Share

Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu
Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu
Author: Zahira

Bab 1

Author: Zahira
"Nyonya, Tuan Christian sudah kembali!" seru Siti sambil berlari masuk dengan gembira.

Finella Zakaria langsung berdiri. Tukang manikur yang sedang mengecat kukunya langsung berhenti bekerja.

"A ... apa katamu?"

"Tuan Christian belum mati! Dia sudah kembali!" ulang Siti dengan penuh semangat.

Kaki Finella langsung terasa lemas dan dia terhuyung-huyung untuk sejenak. Untungnya, pembantu di sampingnya segera memapahnya.

Gawat! Christian sudah kembali. Jika Christian tahu dirinya telah melahirkan anaknya tanpa seizinnya dan tinggal di vilanya, Christian pasti akan membunuhnya!

Dulu, Finella menggunakan sedikit tipu daya untuk tidur dengan Christian. Setelah melewati satu malam penuh gairah dengan Christian, dia pun hamil. Saat hamil empat bulan, dia mencari Christian dengan harapan bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk menjadi istri orang kaya.

Namun, Christian sama sekali tidak peduli pada anak itu. Setelah menghina Finella, dia langsung melemparkan selembar cek senilai miliaran ke wajahnya.

Christian menyuruh Finella untuk menggugurkan kandungannya, juga memberinya peringatan. Jika dia berani diam-diam melahirkan anak itu, Christian akan membuatnya merasakan kehidupan yang jauh lebih sengsara daripada kematian.

Finella masih ingat tatapan mengerikan dan kejam itu.

Christian Pradipta adalah pewaris Grup Pradipta. Dia memiliki tampang dan hati yang dingin, kejam dalam bertindak, serta sangat pendendam.

Saat masih menjadi sekretaris Christian, Finella telah menyaksikan sisi dingin dan kejamnya. Sekarang, dia bukan hanya tanpa izin melahirkan anak yang seharusnya digugurkannya, tetapi juga menyamar sebagai kekasih gelap Christian dan pindah ke vila Keluarga Pradipta.

Dahi Finella langsung dipenuhi keringat dingin dan wajahnya pucat pasi. Bagaimana mungkin pria yang seharusnya sudah tewas dalam kecelakaan helikopter itu bisa kembali?

"Nyonya, kenapa kamu kelihatan begitu pucat? Kamu nggak enak badan?" tanya Siti dengan khawatir.

Finella tersadar kembali, lalu langsung mengubah ekspresinya menjadi penuh kegembiraan dan semangat. "Nggak, aku terlalu gembira sampai kelupaan untuk bereaksi."

"Bi Siti, kamu yakin Christian benar-benar sudah kembali?" Finella terisak untuk sejenak sebelum melanjutkan, "Aku khawatir ini cuma harapan palsu."

"Yakin. Ini kabar dari kediaman lama. Kabarnya, Tuan Christian diselamatkan orang."

Sorot mata Finella pun bergetar. "Kalau dia sudah diselamatkan, kenapa dia baru kembali sekarang? Apa dia terluka sangat parah?"

Siti merenung sejenak sebelum menjawab, "Katanya, kepala Tuan Christian terbentur dan dia hilang ingatan. Dia bahkan lupa sama orang tuanya. Jadi ... dia mungkin juga nggak ingat sama kamu."

Seusai berbicara, Siti mengamati reaksi Finella dengan saksama karena khawatir dia akan pingsan lagi karena terlalu sedih.

Di pemakaman Christian sebelumnya, Finella yang sedang hamil menangis tersedu-sedu hingga hampir pingsan. Sampai sekarang, semua orang di Keluarga Pradipta tahu betapa besar cinta Finella terhadap Christian.

Namun, setelah mendengar kabar ini, mata Finella malah tiba-tiba berbinar dan suaranya dipenuhi kegembiraan yang tak tersembunyikan.

"Dia hilang ingatan?"

Siti merasa agak terkejut. "Nyonya, kamu sepertinya senang banget."

Kegelisahan Finella akhirnya mereda. "Aku memang senang karena Chris masih hidup. Selama dia masih hidup, aku nggak peduli meski dia melupakanku."

Finella merapikan sedikit gaun dan rambutnya. Dia ingin memastikan bahwa penampilannya terlihat berantakan, tetapi tetap cantik.

"Siapkan mobil. Aku mau pergi ke kediaman lama sekarang juga."

...

Di kediaman lama Keluarga Pradipta.

"Chris, akhirnya kamu kembali juga!"

Suara lembut yang menahan tangis langsung memecah suasana sentimental di ruang tamu. Finella berdiri di pintu masuk dan menatap pria yang tampangnya sama persis seperti Christian dengan penuh kasih.

Pria di hadapan Finella berambut pendek dan rapi, memiliki sorot mata yang dalam, serta berhidung mancung. Di balik ketegasannya, terselip sedikit kelembutan.

Kelembutan? Apakah ini masih adalah presdir Grup Pradipta yang rambutnya selalu dibelah samping, memiliki tatapan tajam, dan memancarkan aura angkuh?

Setelah mengamati Christian untuk beberapa detik, Finella pun sepenuhnya percaya pada rumor mengenai Christian yang hilang ingatan. Syukurlah! Bahkan Tuhan juga membantunya.

Mendengar suara itu, Christian menoleh, lalu melihat seorang wanita yang luar biasa cantik dan memiliki kulit seputih susu. Matanya terlihat memerah, rambut panjangnya yang bergelombang menjuntai di punggungnya dan terlihat sedikit acak-acakan, sedangkan posturnya terlihat lemah.

Tanpa sadar, Christian berdiri dan bertanya dengan ragu, "Kamu itu ... pacarku?"

Inilah yang dikatakan orang tuanya setelah pertemuan mereka. Mereka mengatakan bahwa pacarnya dengan tegas memutuskan untuk tetap melahirkan anaknya setelah kecelakaan helikopternya.

Finella menancapkan kukunya ke telapak tangannya yang lembut. Rasa sakit yang menyengat itu membuat air mata menggenang di matanya, nyaris jatuh tetapi masih tertahan.

"Emm, aku ini Nella-mu." Suara Finella terdengar tercekat, sedangkan kata-kata terakhirnya bergetar dengan lirih. Seusai berbicara, dia berlari kecil dan melemparkan diri ke dalam pelukan pria itu. "Chris."

Pria itu membeku, lalu secara naluriah mencoba untuk mendorong wanita itu menjauh.

Namun, mana mungkin Finella mengabulkan permintaannya? Dengan mengerahkan sedikit kekuatan, dia menekan seluruh tubuhnya ke dada Christian hingga Christian tidak mungkin bisa mendorongnya menjauh.

Finella terisak, lalu mengaitkan jari-jarinya dengan jari-jari Christian erat-erat. "Semua orang bilang kamu sudah mati, tapi aku nggak percaya. Kamu begitu mencintaiku, juga belum ketemu sama anak kita. Mana mungkin kamu tega tinggalkan kami? Sudah kutahu kamu pasti akan kembali."

Finella menangis getir. Bahu rampingnya sedikit gemetar.

Leny Sudirman, ibunya Christian yang duduk di samping menunduk dan menyeka air matanya. Johannes, ayahnya Christian itu juga berlinang air mata dan menghela napas.

Tubuh Christian perlahan-lahan rileks dan dia berhenti mendorong Finella, melainkan memeluknya dengan longgar.

"Maaf, aku mengalami cedera otak dan sudah lupa sama banyak hal. Jadi, aku nggak mengenalimu."

Seiring dengan ucapan Christian, mata Finella pun melebar. "Chris, kamu nggak ingat sama aku lagi?"

Finella terpaku di tempat. Air mata menggenang di matanya dan baru menetes setelah ujung hidungnya juga memerah. Dia telah berlatih trik ini berkali-kali di depan cermin. Dia tahu tampang seperti ini baru lebih bisa membangkitkan naluri protektif dan rasa bersalah seorang pria.

Seperti yang diduga, Christian menunduk dan menghela napas dengan pelan. "Maaf, aku benar-benar hilang ingatan."

Finella memasang ekspresi terluka, tetapi memaksakan diri untuk tetap tegar. "Nggak apa-apa, yang penting kamu masih hidup. Meski kamu sudah melupakan aku dan anak kita, aku yakin ingatanmu akan pulih suatu hari nanti."

Heh, Finella sebenarnya sangat berharap ingatan Christian tidak akan pernah kembali selama sisa hidupnya.

Christian mengangguk, tetapi ekspresinya tidak menunjukkan perasaan apa pun. Dia hanya menjawab dengan datar, "Emm."

Seusai berbicara, Christian mendorong wanita dalam pelukannya menjauh sedikit.

Finella yang tahu kapan harus berhenti juga segera melepaskan diri dari pelukan pria itu. Matanya tertuju pada wanita asing yang duduk di sofa.

"Siapa ini?"

Leny segera memperkenalkan wanita itu. "Nella, dia penyelamat Chris. Namanya Adina Martono."

Sesuai namanya, Adina terlihat kalem dan lembut. Dia memiliki wajah oval dan fitur wajah yang indah. Hanya saja, warna kulitnya agak gelap, seharusnya karena sering terpapar sinar matahari. Dia mengenakan gaun polos dan duduk di atas sofa kulit dengan agak canggung.

"Halo, namaku Adina."

Sebelum Finella sempat mengatakan apa-apa, Christian mengadang di depan Adina.

"Dulu, aku beruntung karena nggak langsung tewas. Tubuhku mengapung di laut, lalu Adina dan Paman Daman yang menyelamatkanku."

Melihat sikap defensif Christian, Finella mencibir dalam hati. Sepertinya, jalannya untuk menjadi istri sah orang kaya akan sedikit sulit.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu   Bab 100

    Hera tidur sampai terbangun secara alami. Dia berbaring di tempat tidur cukup lama sebelum perlahan-lahan keluar dari balik selimut.Rambut panjang berwarna merah anggur Hera terlihat acak-acakan. Dia meregangkan badannya dan tali bahunya pun melorot di kulit mulusnya. Separuh bahunya yang seputih salju terpampang di luar. Bahunya dihiasi beberapa bekas ciuman yang terlihat mencolok di kulitnya yang putih.Semalam, Hera dan Robin bergulat hingga larut malam sebelum akhirnya berhenti. Anak muda memang berbeda. Selain berstamina tinggi, setelah diberi sedikit instruksi, mereka langsung paham, juga dapat mengembangkannya.Hera mengikat rambutnya, lalu keluar dari kamar tidur tanpa alas kaki dengan masih mengenakan gaun tidurnya. Begitu keluar, dia langsung mendengar bunyi dentingan spatula dan aroma samar telur goreng."Harum banget!"Mengikuti aroma itu, dia menemukan Robin sedang menggoreng telur dengan mengenakan celemek merah mudanya."Kak, kamu sudah bangun?" Robin menoleh dan tersen

  • Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu   Bab 99

    Yunita menunduk dan tidak menyahut. Melihat tampangnya itu, Sarah juga tidak tega memarahinya lagi. Mereka berdua berjalan beriringan di trotoar yang dingin tanpa mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, Sarah tiba-tiba teringat foto itu dan berkata, "Oh iya, ada sebuah hal yang nyaris kulupakan. Ada selembar foto yang jatuh keluar dari tas nenek sihir itu. Gadis di foto itu mirip banget sama Nyonya Finella!"Langkah Yunita terhenti sejenak. Dia langsung menoleh dan bertanya, "Apa katamu? Nyonya Finella?""Emm, gadis itu mirip banget seperti Nyonya Finella, terutama sepasang matanya yang begitu jernih dan berkilau."Tidak heran juga Sarah langsung mengenalinya. Finella memiliki wajah yang sangat mudah diingat."Coba ceritakan dengan lebih spesifik lagi." Yunita bertanya sambil mendekat, "Apa isi foto itu?"Sarah berpikir sejenak. "Foto itu terlihat cukup tua. Lingkungannya mirip desaku. Nggak, kayaknya bahkan lebih miskin dan terbelakang daripada desaku. Gadis itu baru berusia sekitar 17-18

  • Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu   Bab 98

    Pelipis Yunita tidak berhenti berdenyut, tetapi dia tetap bersikeras berkata, "Terserah kamu mau percaya atau nggak. Aku akan anggap aku lagi sial, kalian nggak perlu ganti rugi. Sekarang, cepat tinggalkan tempat ini!"Sarah memanfaatkan pertengkaran itu dan menyelinap ke belakang, lalu mengambil tas Jenny yang diletakkan di atas meja kopi. Setelah itu, dia membuka tas itu dan menuang keluar isinya. Ada setumpuk barang gratis yang berhamburan keluar, termasuk syal Hermes itu."Ini syalnya!"Saat hendak mengambil syal itu, mata Sarah menangkap sebuah foto lama yang jatuh di atas meja. Itu adalah foto seorang gadis remaja yang berusia sekitar 18-19 tahun.Gadis itu terlihat sangat cantik, bagaikan bidadari yang turun ke dunia fana dan sama sekali tidak cocok dengan lingkungan kumuh di sekitarnya. Namun, kenapa gadis itu terlihat familier?Sebelum Sarah sempat bereaksi, Jenny sudah menerjang ke arahnya dan mendorongnya."Dasar anak nggak berpendidikan! Beraninya kamu geledah tasku! Aku ak

  • Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu   Bab 97

    "Mikkel dan kamu sudah pacaran tujuh tahun, tapi kamu malah mau lapor polisi untuk menghancurkannya hanya karena uang sesedikit itu!" umpat Jenny.Sarah mengejek, "Cih! Kalau cuma sedikit, kenapa kamu nggak bayar? Sudah nggak bayar, kamu masih berani bersikap searogan ini!"Jenny memelototi Sarah dan berseru, "Apa urusannya itu denganmu? Kamu itu cuma orang luar! Memangnya kamu punya hak untuk ikut campur?"Sarah memutar bola matanya. "Dasar nenek sihir! Orang luar di sini itu kamu dan putramu!""Lagian ...." Sarah berhenti sejenak sebelum menambahkan, "Kamu itu juga pencuri!""Apanya yang pencuri? Apa yang kucuri?" Kerutan di wajah Jenny terlihat makin jelas lagi karena marah. "Jangan asal bicara! Dasar anak nggak berpendidikan!"Sarah juga sudah sepenuhnya marah karena dimaki. Dia meninggikan suaranya dan berseru, "Kamu sudah curi syal Hermes Yunita!""Omong kosong!" Jenny mengentakkan kaki dengan marah. Jarinya hampir menusuk hidung Sarah. "Memangnya aku begitu nggak ada kerjaan sam

  • Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu   Bab 96

    Yunita berdiri dengan tangan terlipat di depan dada. "Ini apartemen sewaanku, kenapa aku nggak boleh kembali?"Jenny masih berujar dengan percaya diri, "Memangnya kenapa kalau ini apartemen sewaanmu? Berhubung kamu sudah pindah keluar, jangan harap kamu bisa kembali lagi."Yunita mencibir, "Boleh saja kalau mau aku pindah, tapi kalian harus kembalikan uang sewanya dulu kepadaku. Aku sudah bayar uang sewa enam bulan terakhir dan masih ada sisa tiga bulan. Totalnya 18 juta.""Selain itu, putramu masih berutang setengah biaya sewa sebelumnya, yaitu 9 juta. Mengenai tagihan listrik, air, dan yang lain, aku malas menghitungnya dengan kalian. Kalian bayar saja aku 27 juta."Sarah mengingatkannya, "Yunita, jangan lupa sama uang deposit.""Oh iya, aku hampir lupa. Karena aku sudah nggak tinggal di sini lagi, nggak seharusnya juga aku yang bayar uang depositnya. Jadi, kalian juga harus kembalikan uang deposit sebesar 20 juta itu. Totalnya jadi 47 juta."Yunita mengeluarkan ponselnya dan membuka

  • Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu   Bab 95

    Gadis itu mengambil hot pot yang telah dibungkus dari tangan pemilik toko, lalu hendak pergi.Melihatnya hendak pergi, Mikkel buru-buru meraih bahunya. "Tunggu! Berhenti!"Gadis itu seketika berteriak ketakutan dan wajahnya terlihat panik. "Mau apa kamu?"Mikkel akhirnya melihat jelas wajah gadis itu. Dia sama sekali tidak mirip dengan Jayleen. Baru saja Mikkel hendak melepaskan gadis itu, kejadian ini kebetulan disaksikan oleh pacar si gadis yang sedang membeli teh susu di sebelah. Dia pun meletakkan teh susunya dan bergegas menghampiri pacarnya, lalu mendorong Mikkel."Apa-apaan kamu!"Mikkel yang lengah pun terdesak mundur beberapa langkah. Hal ini membuat banyak pejalan kaki berhenti untuk menyaksikan keributan. "Mikkel! Kamu baik-baik saja?" Jenny bergegas menghampiri Mikkel dan menopangnya.Mikkel mengusap bahunya yang sakit, lalu memelototi pria yang mendorongnya.Jenny memelototi pasangan itu. "Apa-apaan kalian? Kalau putraku terluka, aku pasti akan lapor polisi untuk tangkap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status