Share

241

Penulis: Melyana_Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-26 09:12:12

Matahari baru naik, sinarnya menembus tirai putih kamar Aruna. Ia sudah duduk di tepi ranjang dengan seragam kasual kampus, tangan menggenggam tali tas yang masih tergeletak di sampingnya. Tatapannya kosong ke cermin, wajahnya tampak ragu.

Narumi masuk pelan sambil membawa roti panggang. “Sayang, sarapan dulu sebelum berangkat.”

Aruna tersenyum tipis, mencoba menutupi kegelisahannya. “Iya, Ma. Nanti aku makan.”

Narumi memperhatikan putrinya dengan tatapan seorang ibu yang tak bisa dibohongi. Ia mendekat, meletakkan roti di meja, lalu duduk di samping Aruna. “Kamu takut, ya?”

Aruna menunduk, jemarinya meremas kain rok. “Aku… masih kebayang gosip itu, Ma. Rasanya semua mata nanti akan mengarah ke aku. Mereka pasti bisik-bisik lagi.”

Narumi mengelus punggung tangannya lembut. “Aruna, ingat apa yang Mama bilang? Orang lain boleh bicara apa saja, tapi yang tahu siapa dirimu hanya kamu sendiri. Kamu sudah cukup kuat untuk melewati ini.”

Aurea tiba-tiba muncul dari balik pintu, bersandar san
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   246

    Pagi itu, kampus kembali ramai. Hari ketiga orientasi, tapi suasananya berbeda — ramai, penuh bisik-bisik yang beredar lebih cepat dari kabar resmi.Beberapa mahasiswa baru berkumpul di depan aula, sebagian menatap layar ponsel, sebagian saling berbisik pelan sambil melirik ke arah Aruna yang baru tiba bersama Nadia.“Itu kan Aruna, yang katanya kemarin pingsan?”“Iya. Katanya deket banget sama Kak Ezra, loh. Ada fotonya.”“Serius? Lihat deh, di akun media kampus. Dibilangnya dia Maba paling manja.”Aruna yang baru sampai tidak langsung tahu. Tapi ia bisa merasakan sesuatu yang salah. Tatapan-tatapan itu… bukan sekadar penasaran, tapi seperti menilai.Nadia yang berjalan di sampingnya juga menangkap perubahan suasana. “Rune… kamu ngerasa aneh nggak?”Aruna mengangguk pelan. “Iya. Dari tadi mereka liatin aku…”Tak jauh dari sana, Julia sudah berdiri dengan clipboard di tangan, berpura-pura memberi pengarahan pada beberapa panitia. Ia tertawa kecil, senyumnya cerah — seperti biasa. Tapi

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   245

    Langit mulai berubah warna menjadi keemasan saat Aruna, Ezra, Raska, dan Nadia berjalan bersama kembali ke aula utama kampus. Udara sore mulai menyejuk, tapi suasananya masih ramai — mahasiswa baru masih berkerumun, panitia masih berseliweran dengan clipboard di tangan.Langkah Aruna terasa ringan, tapi pikirannya masih penuh bayangan. Ia menatap ke arah Ezra yang berjalan di sampingnya. Meskipun tak ada kata, keberadaan Ezra membuat langkahnya lebih tenang.Namun begitu mereka masuk ke dalam aula, dunia kembali riuh — dan kenyataan kembali menggigit.Bisik-bisik kecil terdengar lagi.“Itu Aruna, yang tadi katanya pingsan kemarin.”“Dia deket banget sama kak Ezra ya?”“Ck, pantas aja Julia keliatan bete tadi.”Aruna berusaha tidak memperdengarkan, menunduk sambil mengepalkan tangan. Tapi telinganya menangkap semuanya.Sementara itu, Julia berdiri di sisi aula, berpura-pura sibuk dengan dokumen panitia. Matanya tajam, menatap langsung ke arah Aruna yang baru masuk bersama Ezra.Ekspres

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   244

    Waktu berjalan lambat. Sinar matahari sore menembus sela dedaunan, menimpa wajah Aruna yang kini mulai lebih tenang. Napasnya teratur, pelan.Ezra masih duduk di sampingnya tanpa bergerak banyak. Aruna, yang tadi bicara dengan suara gemetar, kini perlahan bersandar… dan sebelum Ezra sempat menyadarinya, kepala Aruna sudah jatuh lembut ke bahunya.Refleks Ezra menahan napas. Bahunya menegang sesaat, tapi kemudian melembut. Ia menatap wajah Aruna — lembut, polos, tanpa beban. Sisa air mata masih meninggalkan jejak tipis di pipinya.Ezra tersenyum samar, jemarinya hampir bergerak untuk menyibak helai rambut yang menutupi wajah Aruna, tapi ia urungkan. Ia tak mau mengganggu ketenangan itu.Dalam hati, ia hanya berbisik pelan, “Kamu nggak tahu seberapa aku kangen lihat kamu tenang kayak gini.”Angin kembali berembus. Daun jatuh perlahan di pangkuan mereka berdua. Ezra masih diam, menjaga agar Aruna tetap nyaman bersandar.Tak lama kemudian, dari arah jauh, terdengar langkah kaki.“Ezra!” s

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   243

    Setelah Julia pergi, suara tawa dan obrolan teman kelompoknya terasa semakin keras di telinga Aruna. Setiap bisik-bisik, setiap lirikan, seolah langsung menembus dadanya.Aruna berusaha tersenyum, pura-pura sibuk membuka catatan di pangkuannya. Tapi jari-jarinya gemetar. Dadanya terasa sesak, dan kepalanya mulai berdenyut lagi.Sampai akhirnya ia berdiri pelan, memberi alasan singkat. “Aku… sebentar ya, mau ke toilet.”Tak ada yang benar-benar memperhatikan kecuali Ezra. Tatapan matanya mengikuti langkah Aruna yang menjauh, tapi ia menahan diri agar tidak terlalu terang-terangan mengekor.Aruna berjalan cepat melewati kerumunan, lalu belok ke arah gedung belakang yang sepi. Di sana ada taman kecil dengan bangku kayu yang jarang didatangi mahasiswa. Ia duduk, menarik napas panjang, mencoba meredam gemuruh dalam dirinya.Air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya jatuh. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, suara lirihnya pecah.“Ke

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   242

    Setelah registrasi, Aruna diarahkan ke kelompok bimbingannya. Suasana halaman kampus dipenuhi mahasiswa baru yang duduk berkelompok, sebagian sudah bercanda akrab meski baru kenal sehari.Aruna melangkah pelan menuju kelompoknya. Ezra sebagai pembimbing berdiri di depan, memberi instruksi. Tatapannya sesekali jatuh pada Aruna, memastikan ia baik-baik saja.“Baik, hari ini kita akan mulai sesi perkenalan antaranggota. Satu-satu ya, biar makin dekat,” kata Ezra dengan suara tegas.Aruna duduk di lingkaran bersama teman kelompoknya. Ia tersenyum sopan, mencoba membuka percakapan. “Hai, aku Aruna. Senang bisa kenal kalian.”Beberapa anak menanggapi dengan senyum tipis, tapi ada juga yang hanya mengangguk tanpa antusias. Salah satu mahasiswi berbisik pada temannya, cukup keras untuk terdengar:“Oh, ini yang kemarin pingsan, kan?”“Iya, iya. Kayaknya gampang sakit deh. Bisa ganggu kelompok nggak, ya?”Aruna tercekat, senyumnya kaku

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   241

    Matahari baru naik, sinarnya menembus tirai putih kamar Aruna. Ia sudah duduk di tepi ranjang dengan seragam kasual kampus, tangan menggenggam tali tas yang masih tergeletak di sampingnya. Tatapannya kosong ke cermin, wajahnya tampak ragu.Narumi masuk pelan sambil membawa roti panggang. “Sayang, sarapan dulu sebelum berangkat.”Aruna tersenyum tipis, mencoba menutupi kegelisahannya. “Iya, Ma. Nanti aku makan.”Narumi memperhatikan putrinya dengan tatapan seorang ibu yang tak bisa dibohongi. Ia mendekat, meletakkan roti di meja, lalu duduk di samping Aruna. “Kamu takut, ya?”Aruna menunduk, jemarinya meremas kain rok. “Aku… masih kebayang gosip itu, Ma. Rasanya semua mata nanti akan mengarah ke aku. Mereka pasti bisik-bisik lagi.”Narumi mengelus punggung tangannya lembut. “Aruna, ingat apa yang Mama bilang? Orang lain boleh bicara apa saja, tapi yang tahu siapa dirimu hanya kamu sendiri. Kamu sudah cukup kuat untuk melewati ini.”Aurea tiba-tiba muncul dari balik pintu, bersandar san

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status