Share

BAB 4

Setelah insiden memalukan itu, Elleonore kini mengubah panggilannya dari paman menjadi Kiel.

Sebenarnya nama Kiel terdengar imut namun, tidak cocok untuk memanggil pria disampingnya itu.

Elleonore kira, Izekiel akan menertawakan kebodohannya tentang kartu ATM. Ternyata pria itu tidak membahasnya. Berlanjut dari toko pakaian sehari-hari, Izekiel menariknya ke toko dress dan sepatu.

Selanjutnya ke toko tas, padahal Elleonore hanya membutuhkan pakaian saat ini. Tapi tidak apa, toh Izekiel yang mentraktir termasuk makan siang mereka.

Dan disinilah mereka, mobil yang awalnya kosong di bagian belakang, kini diisi oleh banyaknya tas belanjaan bermerk.

"Paman kenal papa darimana?" ucapnya, Elleonore adalah orang yang tidak bisa berhenti bicara.

"Kiel, Ive!"

"Iya-iya, Kiel kenal papa darimana?" hal yang selalu membuat Sienna kepo saat membaca buku itu.

"Dari kamu lahir,"

Entah candaan atau tidak namun, jawaban sukses membuatnya merinding melihatnya dan memberikan tatapan tidak percaya.

Jangan-jangan saat Elleonore mengira Izekiel jatuh cinta padanya saat kembali dari luar negeri, salah. Tapi, tidak masuk akal juga jika kamu terobsesi pada bayi baru lahir.

"Saat umur 13 tahun, Nathan memanggilku menemui anaknya yang baru lahir," entah sejak kapan kata saya terganti aku dalam obrolan mereka.

"Kamu dulu sangat cantik," jadi sekarang udah enggak? Ingin Elleonore menimpalinya seperti itu.

Oke sepertinya saat itu awal obsesinya, tapi kenapa bisa terobsesi pada bayi sih? Bukan hanya karena cantiknya, kan?

"Dan sekarang semakin cantik,"

Izekiel serius, rasanya ingin mengarungi gadis imut di sampingnya. Mengurung di rumah megahnya dan mengikat kaki Elleonore dengan rantai.

Membayangkan setiap membuka mata ada Elleonore di sampingnya saja, sudah membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Elleonore menatap horor Izekiel yang tersenyum lebar. Jalan raya senggang sore itu, mobil masuk ke tempat parkir swalayan.

Katanya ada yang harus dibeli Izekiel, lama pria itu berada di dalam. Elleonore mengedarkan pandangannya, menatap isi mobil. Tidak ada interior kecuali sebuah gelang kecil pada gantungan kunci mobil.

Iseng membuka laci dashboard dan mengambil beberapa foto disana. Foto bayi yang berada dalam gendongan anak laki-laki. Tidak ada petunjuk foto siapa itu.

Satu yang bisa dipastikan, laki-laki itu adalah Izekiel. Karena terlihat lesung pipi anak tersebut sama dengan lesung pipi Izekiel.

Melihat Izekiel yang keluar dengan wajah tertekuk di ikuti seorang perempuan di belakangnya.

"Maaf lama, Ive," menyerahkan barang yang dibeli tadi.

Perempuan dengan dress selutut itu membuka pintu mobil disamping pengemudi.

"Pindah ke belakang," perintahnya yang menimbulkan keheranan Elleonore.

Jika Izekiel se-obsesi itu, dia pasti mencegah Elleonore untuk pindah. Berpura-pura melepaskan seat belt yang tangannya ditahan Izekiel.

"Apa yang kau lakukan Ive? Dia yang duduk di belakang, bukan kamu," sepertinya perempuan itu mendengarkan Izekiel.

Menjalankan mobilnya, sesekali bisa Elleonore dengar perempuan di belakangnya menghembuskan napas kasar.

"Kalian habis berbelanja?" Elleonore mengangguk.

"Jangan dipangku saja Ive, itu untukmu,"

Tanpa mengucapkan terimakasih, tangannya bergerak membuka kantong. Membulatkan mata pada anggur hitam di pangkuannya. Selain apel, dia juga pecinta anggur.

"Terimakasih, Kiel," ucapnya tulus, memasukkan anggur yang benar saja, terasa manis.

"Izekiel, gadis bau matahari ini siapa?" penghinaan luar biasa dan definisi membicarakan di depan orangnya langsung.

Orang yang ditanya terlihat acuh, Elleonore inisiatif menjawab.

"Elleonore Ive Grayson, Tante," menjulurkan tangan yang di hadiahi pelototan mata. Izekiel berdehem, menyembunyikan tawanya.

"Tante? Heh?" sewotnya.

"Iya, Tante temannya Izekiel kan?" menurunkan tangan yang tidak dijabat.

"Tante matamu, gue Rosalie Nova Akardian calon tunangannya Tuan Muda Raven," Raven, Raven terdengar familiar.

"Orangnya di samping lo, bocah," oh iya benar saja, Izekiel Helios Raven adalah nama lengkap pria itu.

"Dia membual, hanya satu pihak yang menyetujui, Ive. Dan tentu pihak yang setuju bukan aku," yang ditimpali wajah cemberut perempuan itu. Padahal Elleonore tidak perlu penjelasan seperti itu.

Dia ingat, Rosalie itu sosok yang sangat menginginkan Izekiel. Bahkan saking ingin memiliki pria itu, Rosalie rela menyingkirkan perempuan-perempuan di sekeliling Izekiel.

Untuk berjaga-jaga, sebisa mungkin dia tidak ingin bertemu Rosalie. Walaupun dalam novel, Rosalie tidak membunuh Elleonore namun alur awal novel yang cukup berubah membuatnya ketar ketir.

"Jadi, saya manggilnya Mbak boleh?" makin sewot saja wajah Rosalie tapi, seminim mungkin tidak memperlihatkan pada Izekiel.

"Panggil nama aja, bocah,"

Elleonore memutar bola matanya.

"Siap, Mbak mau," menyodorkan kotak anggur dan memetik satu untuk dimasukkan ke mulutnya.

Anggur itu menyentuh bibir bagian bawahnya sebelum seseorang menarik tangannya dan memasukkan ke dalam mulutnya.

"Izekiel!!!" bentak Rosalie, Elleonore menarik tangannya segera.

"Sangat manis," entah kata itu ditujukan pada anggur atau tangannya yang sempat tersentuh lidah itu.

Elleonore menutup kotak itu dan melempar pandangannya keluar. Siapa juga yang tidak akan malu dengan sikap seperti itu.

Mereka terjebak dalam keheningan, Rosalie menatap tajam sepanjang jalan pada Elleonore karena kejadian tadi. Sampai mobil itu berhenti sejenak di depan pagar rumah Elleonore, berniat turun yang langsung ditahan Izekiel.

Satpam yang sangat hafal mobil yang selalu datang itu segera membuka pagar.

"Mau ketemu Nathan yah?" pertanyaan Rosalie yang lagi-lagi tidak dibalas Izekiel, perempuan itu belum tahu jika Elleonore adalah anak Nathan.

Di depan pintu, Daya sudah menyambut nona-nya bersama beberapa pelayan. Mereka keluar termasuk Rosalie, dengan cekatan pelayan membawa belanjaan Elleonore masuk.

"Tuan Izekiel, Tuan Nathan menunggu anda di dalam," Izekiel mengangguk dan melangkah masuk diikuti orang-orang tersebut.

"Bagaimana sesi belanjanya Nona?"

"Sangat membosankan, aku ingin istirahat Bi," bisiknya.

"Nona juga harus menemui tuan dulu sebelum istirahat," Elleonore mengangguk mengerti, memasuki ruang keluarga dimana Nathan dan Ara sudah menunggu.

"Ara...," merentangkan tangannya pada gadis yang semula duduk, lalu berdiri membalas pelukan Rosalie.

Mereka semua duduk.

"Makan malam sebelum pulang,"

Hanya itu yang dikatakan Nathan, mengelus kepala Ara sebelum meninggalkan mereka semua. Izekiel mengikut, ada masalah bisnis yang harus dibahasnya.

"Ra, dia anak papamu?"

Rosalie baru menyadari nama Elleonore yang memiliki akhiran sama dengan Ara. Ara mengangguk, menarik tangan Rosalie untuk pergi dari sana.

Merebahkan punggungnya pada sofa dengan mata berkaca-kaca, sesakit itu interaksi Nathan dan Ara di mata Elleonore. Sienna sering memaki saat membaca bagian pilih kasihnya Nathan pada Elleonore.

"Menyebalkan," cebiknya, menghapus air matanya dengan kasar.

Jika di dalam novel, Elleonore tidak sempat merasakan kasih sayang papanya. Maka di kehidupan ini, akan Elleonore renggut itu.

"Semangat Elleonore!" bangun dan berlari menuju tangga.

Sempat berpapasan dengan Nathan dan memberikan senyuman yang diabaikan Nathan. Mungkin hari ini senyumnya di abaikan tapi akan Elleonore pastikan, beberapa hari yang akan datang. Nathan yang akan tersenyum lebih dulu padanya.

Setelah mandi dan turun ke bawah, cepat-cepat Elleonore duduk disamping kursi kepala keluarga.

"Itu tempatku," kalimat itu keluar dari mulut Ara, menunjuk kesal pada bangku yang diduduki Elleonore.

"Duduk di mana pun, sama saja kan Papa?"

Nathan menghela napas.

"Itu tempat Ara," bela Nathan.

Elleonore menangkup dagunya.

"Kak Ara, tidak baik mengadu pada Papa hanya perkara kursi, mengalah pada adiknya apa susahnya," memperlihatkan senyum yang paling menyebalkan.

Merebut tempat duduk adalah permulaan bagus untuk menarik perhatian papanya. Ke depannya akan Elleonore rebut sesuatu yang lebih dari tempat duduk ini.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status