Share

Terjebak Cinta Ceo Bastard
Terjebak Cinta Ceo Bastard
Penulis: Langit_Senja05

Bab 1 Awal pertemuan

Seorang gadis tengah berlari menuruni anak tangga dan menuju ke halte bus. Karena hari ini adalah hari pertamanya magang di perusahaan terkenal yang memiliki cabang di seluruh dunia, Greenland Grup.

"Ini semua salah Kakak, kenapa dia tidak membangunkan aku," gerutunya kesal.

Namanya adalah Zoya Elisabeth. Gadis berusia sembilan belas tahun yang baru saja memasuki jenjang perkuliahan. Ia tinggal di sebuah panti asuhan bersama dengan kakak angkatnya.

Sejak kecil Zoya di asuh oleh Utami, Ibu panti nya yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit karena menderita sakit jantung. Ia terpaksa kuliah sambil bekerja demi membiayai pengobatan sang Ibu.

Hidupnya yang sederhana mengajarkan Zoya untuk tidak mengandalkan orang lain. Apapun harus bisa Zoya lakukan sendiri demi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Dan kenapa Zoya bisa diterima di perusahaan besar tersebut? Tentu saja karena IQ gadis itu yang berada di atas rata-rata. Bahkan ia masuk ke kampus pilihannya karena mengandalkan beasiswa.

Di saat mereka berlomba-lomba masuk ke kampus ternama menggunakan uang orangtuanya, berbeda dengan Zoya yang memakai kecerdasan otaknya.

Zoya sudah berada di halte bus. Ia melirik sekilas benda yang melingkar di pergelangan tangan kanan nya. "Astaga sudah hampir pukul tujuh, bagaimana ini."

Zoya menghela nafas kasar. Jujur saja sejak tadi ia sangat gugup.

Tak lama kemudian, sebuah bus berwarna biru berhenti di depan Zoya, dengan buru-buru gadis itu masuk dan menjatuhkan bokongnya di salah satu kursi penumpang yang kosong.

"Habislah aku, pasti kali ini tidak ada peluang lagi untukku bekerja dan magang di perusahaan terkenal itu," gerutu Zoya pada dirinya sendiri, membuat pria yang berada di sampingnya sedikit terusik.

"Apa kau bisa diam bocah! Berisik sekali," ucap seorang pria dengan topi dan masker berwarna hitam itu tanpa melihat ke arahnya sama sekali.

Zoya berdecak kesal dan tidak menanggapi ucapan pria tersebut. Ia kembali menangisi nasibnya jika nanti ia benar-benar ditolak dan tidak diterima bekerja.

"Huwaaa....Kenapa perasaanku jadi tidak tenang begini,'' teriak Zoya membuat para penumpang kaget dan melirik sinis ke arahnya. Reflek gadis itu menutup mulutnya dan diam.

"Oh Shiit!" pria itu membuka maskernya dan menatap tajam ke arah Zoya. "Kau membuat tidurku terganggu bodoh!" geramnya dengan rahang mengeras, menahan agar suaranya tidak menganggu yang lain.

Zoya berbalik dan membalas tatapan pria itu. 

"Ini angkutan umum Om, jadi terserah aku. Mau teriak, menangis ataupun tertawa. Jika Om merasa terganggu silahkan turun," jawab Zoya dengan penuh percaya diri.

"Kau ini benar-benar membuatku--" ucapan nya terhenti saat Zoya berdiri dari duduknya dan mengacuhkannya.

"Stop Pak! Aku berhenti disini, ada orang gila yang berteriak-teriak tidak jelas di belakang sana," ucap Zoya diangguki oleh supir, lalu dengan cepat gadis itu berjalan keluar bus.

'Dia yang berteriak kenapa dia juga yang menyalahkan aku' batin pria tersebut dalam hati yang juga ikut turun karena memang di depan sana adalah perusahaan tempatnya bekerja.

Orion merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kartu lalu diserahkannya pada supir bus.

"Maaf Tuan saya tidak menerima pembayaran dengan Black Card,'' ucap sang supir bingung kemana harus menggesekkan kartu milik sultan tersebut.

Orion mengusap wajahnya frustasi. Bahkan sekarang dirinya tidak membawa uang receh sepeserpun karena terbiasa menggunakan Black Card.

"Lalu aku harus membayar dengan apa, tidak ada uang cash," geram Orion kesal, ia terpaksa berangkat ke kantor naik angkutan umum karena ingin menghindari kejaran para mantan kekasihnya yang berada di depan mansion.

Sang supir hanya mengangkat kedua bahu nya.

Dengan terpaksa Orion memanggil Zoya dan meminta tolong padanya. Karena hanya gadis itu yang duduk dan mengajaknya bicara tadi. Em lebih tepatnya adu mulut.

Mau tidak mau kali ini ia harus menahan gengsinya. Padahal tidak ada dalam kamus hidupnya, seorang Orion Aldrick meminta tolong pada seorang wanita, apalagi seorang bocah kecil. Pikirnya.

"Hei bocah! Pinjami aku uangmu!" Orion menarik kerah kemeja Zoya, membuatnya sontak menghentikan langkahnya.

Zoya memutar bola mata malas dam berbalik menghadap Orion. Wajah pria yang ada di depannya terlihat kebingungan dan penuh harap.

"Maaf Om aku sedang terburu-buru dan tidak punya uang receh," Zoya menepis tangan Orion, karena dirinya harus segera masuk ke dalam.

Orion mendelik mendengar ucapan Zoya, apa dia pikir aku ini pengemis?

Dan sekali lagi, Zoya berhasil membuatnya mati kutu. Untung saja tidak ada siapapun selain mereka berdua di sana. Kalau ada dipastikan mereka akan menertawakan dirinya yang di ejek oleh bocah.

"Cepatlah supir bus itu sudah menunggu."

Benar saja para penumpang lain menatap tajam dan ada yang berteriak ke arah mereka berdua.

Zoya menghela nafas dan terpkasa memberikan selembar uang seratus ribu padanya. Satu lembar uang miliknya dan hanya satu-satunya. 

Gadis itu tidak peduli lagi dengan itu, asalkan hari ini ia bisa diterima bekerja.

"Lain kali kalau tidak punya uang tidak usah naik angkutan umum Om. Memalukan sekali," cibirnya dengan senyuman mengejek.

'Baru kali ini aku diremehkan oleh seorang bocah. Apa dia tidak tau siapa aku' batinnya dalam hati.

Geram? Tentu saja Orion sangat geram dan ingin sekali meremas bibir mungilnya yang cerewet seperti ibu-ibu komplek sebelah.

Banyak wanita yang jika bertemu dengannya akan langsung mengejarnya, bahkan tanpa dia minta akan menyerahkan tubuhnya. Tapi Zoya berbeda, gadis itu seakan tidak menganggapnya ada.

Benar-benar menarik pikir Orion. Tapi lamunannya tersadar saat mendengar teriakan beberapa penumpang bus yang terlihat marah karena menunggu nya.

Setelah menyelesaikan urusannya dengan supir bus, Orion mengembalikan sisa uang kembaliannya pada Zoya.

"Tidak perlu, ambil saja untuk Om. Buat beli cemilan dan juga kopi. Pasti Om belum sarapan kan?" sindirnya berlalu dan meninggalkan Orion.

"What the....Argh!" Orion mengusap wajahnya frustasi.

"Awas saja jika aku bertemu denganmu lagi bocah!" seringai tipis terukir di sudut bibirnya.

Orion terpaksa masuk melalui pintu belakang, karena dia baru saja melihat para mantan kekasihnya ternyata sudah berada di lobby kantor. Tidak hanya satu atau dua wanita tapi sepuluh.

Entahlah bagaimana bisa ia memiliki mantan kekasih yang begitu banyak.

Selama ini hidupnya dihabiskan untuk berkerja dan bermain wanita. Patah hati membuatnya tidak mau membuka hatinya lagi pada siapapun.

Meski dikelilingi banyak wanita, tidak ada satupun yang mampu menggantikan posisi Alana Aldrick cinta pertama yang sekarang menjadi adik tirinya.

"Halangi mereka, jangan sampai masuk ke dalam apalagi keruangan ku!" perintahnya pada seseorang dibalik benda pipih nya.

"Semua gara-gara Alana. Aku terpaksa menjadi pria brengsek." gerutunya masuk ke dalam dan kembali memakai maskernya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status