Share

BAB 84

Penulis: Atdriani12
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-12 20:15:00

Reyan membalik halaman naskah yang baru saja dicetak Jasmin. Ia membaca dengan fokus, alisnya naik turun, kadang mengernyit, kadang tersenyum samar. Jasmin duduk di seberangnya, pura-pura sibuk memainkan sendok di dalam gelas, padahal sejak tadi ia mengamati ekspresi Reyan.

“Kenapa kamu nulisnya gini?” tanya Reyan akhirnya, menunjuk satu paragraf. “Tokohnya kabur, ninggalin si cowok, padahal mereka udah jelas-jelas saling cinta.”

Jasmin mengangkat bahu. “Mungkin karena aku pengen pembaca ikut frustasi.”

“Dan kamu nggak kasihan?” Reyan menatapnya serius, meski senyum masih terselip di sudut bibirnya.

“Kasihan… tapi juga puas.” Jasmin tertawa kecil. “Itu kan tugas penulis, bikin pembaca nggak bisa tidur.”

Reyan meletakkan naskah itu, menatap langsung ke matanya. “Tapi kamu sendiri, masih pengen lari kayak tokoh kamu itu?”

Jasmin terdiam sesaat. Pertanyaan itu terasa terlalu dekat, terlalu nyata.

“Kadang… iya,” jawabnya juj
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 86

    Langit kota yang berbeda tak membuat degup jantung Jasmin melambat. Di depan gedung apartemen bertingkat, ia berdiri mematung, memandangi papan nama kecil di lobi yang tertulis: Wellington Residence. Tangannya menggenggam erat tali tas, sedang matanya sibuk menghafal setiap sudut bangunan itu.“Pikiran kamu ke mana?” suara Reyan menembus lamunannya.Jasmin menggeleng pelan. “Aku masih nggak percaya kita beneran pindah.”“Kamu nyesel?”Ia menoleh. “Sama sekali nggak.”Reyan menyentuh jemarinya, lalu membimbing masuk. Lobi itu dingin dan elegan, jauh dari suasana rumah lama mereka yang penuh kenangan. Tapi justru karena itulah, ada ruang untuk mulai dari awal.“Lift-nya ke kanan,” ujar Reyan setelah berbicara singkat dengan resepsionis. Ia menyodorkan kartu akses ke Jasmin. “Ini buat kamu.”Jasmin mengangkat alis. “Kita dapet kartu sendiri-sendiri?”“Supaya kamu nggak perlu nunggu aku kalau mau keluar. Kamu bebas.

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 85

    Pintu kamar terbuka sedikit. Udara dari jendela membawa aroma kertas baru dan sedikit bau kopi yang tertinggal di meja kerja. Jasmin berdiri di depan lemari, memandangi beberapa tumpukan baju yang baru saja ia lipat. Tangannya berhenti pada sweater Reyan yang ia pinjam diam-diam dan belum juga dikembalikan.Ia meremas kain itu sebentar, lalu mendekatkannya ke dada.“Kenapa kamu suka banget nyimpen baju aku?” suara Reyan terdengar dari belakang.Jasmin menoleh cepat. “Karena wanginya kayak kamu.”Reyan menyandarkan tubuh di kusen pintu, mengamati wanita itu dengan lembut. “Jadi setiap kangen, kamu peluk sweater ini?”“Bukan cuma peluk…” Jasmin mengangkat alis. “Kadang aku pakai tidur. Biar mimpiin kamu.”Reyan tertawa kecil, lalu mendekat dan menarik pinggangnya. “Berarti sekarang nggak perlu sweater lagi. Aku ada langsung di sebelah kamu.”Jasmin menggigit bibirnya menahan senyum. “Tapi tetap aja, ini nyaman banget.”

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 84

    Reyan membalik halaman naskah yang baru saja dicetak Jasmin. Ia membaca dengan fokus, alisnya naik turun, kadang mengernyit, kadang tersenyum samar. Jasmin duduk di seberangnya, pura-pura sibuk memainkan sendok di dalam gelas, padahal sejak tadi ia mengamati ekspresi Reyan.“Kenapa kamu nulisnya gini?” tanya Reyan akhirnya, menunjuk satu paragraf. “Tokohnya kabur, ninggalin si cowok, padahal mereka udah jelas-jelas saling cinta.”Jasmin mengangkat bahu. “Mungkin karena aku pengen pembaca ikut frustasi.”“Dan kamu nggak kasihan?” Reyan menatapnya serius, meski senyum masih terselip di sudut bibirnya.“Kasihan… tapi juga puas.” Jasmin tertawa kecil. “Itu kan tugas penulis, bikin pembaca nggak bisa tidur.”Reyan meletakkan naskah itu, menatap langsung ke matanya. “Tapi kamu sendiri, masih pengen lari kayak tokoh kamu itu?”Jasmin terdiam sesaat. Pertanyaan itu terasa terlalu dekat, terlalu nyata.“Kadang… iya,” jawabnya juj

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 83

    Langit mendung seperti ikut menyimpan sesuatu yang berat, tapi Jasmin tak memperdulikan itu. Di balik jendela kaca besar apartemen, ia duduk bersila sambil memeluk lutut, menggenggam cangkir hangat yang belum disentuh sejak tadi. Sesekali matanya menatap ke luar, tapi tak benar-benar melihat apa pun.“Apa kamu lagi menulis sesuatu di kepalamu?” Reyan muncul di belakangnya, dengan suara serak yang masih belum sepenuhnya bangun.Jasmin menggeleng pelan. “Nggak. Cuma… merasa aneh aja.”Reyan duduk di sampingnya tanpa bertanya lebih jauh. Ia menanti. Diam, tapi hadir.“Aku pikir, setelah semuanya seperti ini, aku bakal tenang. Tapi ternyata perasaan itu belum benar-benar hilang,” ucap Jasmin. “Masih ada ruang kosong yang nggak bisa dijelaskan.”“Ruang kosong?” Reyan mengulang, pelan.“Rasa seperti… kita sudah sampai di tempat yang benar, tapi kehilangan arah.”Reyan tidak menjawab. Ia menatap wajah Jasmin yang terus berbicar

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 82

    Suara ketikan sudah lama berhenti, tapi Jasmin masih duduk di tempat yang sama. Matanya memandangi jemari sendiri, seolah mencari jawaban yang tak ada pada halaman terakhir novelnya, tetapi mungkin terselip di antara garis-garis halus di telapak tangan.Seseorang mengetuk pintu apartemen. Lembut. Seperti tak ingin mengganggu, tapi juga tak ingin diabaikan.Jasmin berdiri perlahan, membuka pintu tanpa menebak siapa. Dan saat daun pintu bergeser, ia melihat sosok perempuan yang dulu pernah menjadi bagian dari luka panjang dalam hidupnya.Ibu tirinya. Marlina.Perempuan itu berdiri di ambang pintu dengan rambut sedikit berantakan, wajah tanpa riasan, dan tatapan yang—untuk pertama kalinya—tidak membawa penilaian. Tidak juga membawa permintaan. Hanya ada diam. Dan ragu.“Aku nggak tahu harus ke mana,” kata Marlina akhirnya.Jasmin tidak langsung membalas. Napasnya mengambang. Tapi langkahnya mundur sedikit, memberi ruang untuk masuk.

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   Bab 81

    Langkah kaki Reyan terdengar pelan di koridor rumah, melewati rak buku dan pot tanaman yang sudah lama jadi saksi bisu kehidupan mereka. Ia membawa dua gelas berisi cokelat hangat, uapnya masih mengepul saat tiba di depan kamar kerja kecil di ujung lorong. Jasmin duduk di lantai, punggung bersandar ke dinding, matanya menatap kosong ke arah pintu yang setengah terbuka.Begitu Reyan masuk, Jasmin mengangkat wajahnya. Tak ada senyum, tapi juga tak ada air mata. Wajahnya tampak letih, tapi ada semacam ketenangan yang mengambang di sana—tenang yang lahir dari rasa lelah yang akhirnya dimengerti.“Dingin?” tanya Reyan sambil menyerahkan satu gelas padanya.Jasmin mengangguk pelan. Ia mengambilnya, menggenggam gelas itu seperti seseorang yang akhirnya menemukan sesuatu untuk dipegang setelah terlalu lama mengambang.“Cokelat hangat?” gumamnya.Reyan duduk di lantai, tepat di sampingnya. “Kamu butuh yang manis,” jawabnya. “Tapi nggak terlalu man

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status