Danendra Sanjaya merasa tertarik pada seorang wanita cantik yang ditemuinya di kelab X. Danendra yang baru kembali dari luar negeri tidak tahu, wanita itu adalah Maharatu seorang aktris yang tengah bersinar. Sebagai seorang casanova cap kadal, Danendra tidak menyia-nyiakan kesempatan saat melihat Maharatu mabuk berat. Tanpa berpikir dua kali, Danendra membawa Maharatu ke hotel di dekat kelab. Maharatu yang mabuk mengira Danendra adalah Bagaskara--suaminya. Keduanya hampir saja terlibat ONS, tapi Maharatu menyadari kalau pria yang sedang mencumbunya bukanlah suaminya. Maharatu mendorong tubuh Danendra lalu bersembunyi di kamar mandi. Keesokan paginya Maharatu terkejut karena dia tertidur di samping Danendra. Buru-buru Maharatu melarikan diri sebelum Danendra bangun. Danendra yang kesal karena ditinggal kabur mencari tahu tentang Maharatu. Pria itu sempat mencibir saat tahu Maharatu hanyalah seorang istri kedua. Pertemuan kedua mereka menjadi titik balik Danendra yang semakin ingin menggali lebih dalam tentang Maharatu. Pasalnya dia bertemu Maharatu dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Wajah, leher, dan tubuh wanita itu penuh luka lebam. Bahkan dengan lantang Maharatu bilang Danendra hampir membuatnya mati. Keberuntungan berpihak pada Danendra, Bagaskara mencari bodyguard untuk menjaga istri keduanya itu. Alhasil Danendra menyamar menjadi bodyguard untuk Maharatu. Disini Danendra tahu kenapa Maharatu bersedia menjadi istri kedua yang menderita. Danendra bertekad akan melepaskan Maharatu dari cengkeraman Bagaskara dan membuat wanita itu merasakan kebahagiaan yang tidak pernah dia rasakan sejak kecil. Terlebih saat Danendra dan Maharatu sudah saling jatuh cinta berbagai cobaan dan halangan merintang di hadapan keduanya. Mampukah mereka meraih kebahagiaan yang sejati? Lalu mampukah Maharatu lepas dari cengkraman Bagaskara yang kejam?
Lihat lebih banyakHari ini benar-benar sangat melelahkan bagi Maharatu, artis muda berusia 24 tahun. Pagi sampai siang hari dia harus syuting drama series terbaru. Sore hari sampai menjelang malam, dia harus pemotretan sebuah brand baju ternama.
Jam di pergelangan tangan perempuan berambut panjang itu sudah menunjukkan jam sepuluh malam saat wanita cantik itu sampai apartemen miliknya.“Aku sangat lelah,” keluh Ratu yang berjalan lunglai menuju kamar.Setelah membersihkan wajah dari make up yang membuat wajah terasa berat, Maharatu menuju kamar mandi lalu menyalakan lilin aroma terapi.Dia duduk di pinggir bathtub, mengisinya dengan air hangat kemudian menuangkan sabun beraroma mawar, kesukaannya. Kaki jenjang Ratu masuk ke dalam air. Disusul seluruh tubuhnya.Ratu memejamkan mata dengan kepala yang disandarkan pada bathtub menikmati aroma mawar yang membuatnya rileks. Rasa lelah membuat Ratu tertidur sepersekian menit.Hingga nada dering khusus membuatnya kaget. “Astaga, bisa-bisa kamu tertidur Ratu,” rutuknya pada diri sendiri.Ratu menggeser ikon warna hijau di ponselnya.“Hallo, Mas,” sapa Ratu lembut.“Kamu dimana?” Suara berat seorang pria memenuhi pendengaran Maharatu.“Aku dirumah,” jawab Ratu.“Alihkan ke panggilan video!” titah sang penelpon.Tidak ada pilihan lain, Maharatu menurut.Melihat penampilan Maharatu, jakun pria di seberang sana naik-turun. “Kamu menggodaku?”Pria mana yang tidak tergoda melihat seorang wanita yang berendam di dalam bathtub dengan rambut yang diikat ke atas dan sedikit berantakan, sehingga leher jenjangnya terekspos sempurna.“Siapa yang menggoda. Aku memang sedang mandi.” Ratu mencebik.“Seandainya saja aku bisa ke sana. Habis kamu malam ini,” ancam si penelpon.Ratu hanya menanggapi dengan senyum tipis. “Memangnya Mas dimana?”“Aku ada di klub X. Biasa menemani calon investor bersenang-senang.”“Selamat bersenang-senang kalau begitu,” kata Ratu yang akan mematikan panggilan video.“Tapi kamu bisa ke sini, ‘kan?”“Hah,” Ratu melebarkan matanya.“Setelah sampai langsung hubungi aku. Aku akan memesan spesial room.” Panggilan terputus sepihak.“Sial!” umpat Ratu menahan kesal.Pria satu itu memang sangat egois. Mengenalnya adalah suatu bencana bagi Ratu meski harus wanita berkulit putih itu akui. Karena Bagaskara juga, dia bisa berada di puncak karir seperti sekarang.Gegas Ratu membersihkan dirinya dari busa yang menempel di tubuh. Ratu kembali memoles wajahnya dengan make up dan lipstik merah merona kesukaan Bagaskara, suaminya.Ratu melapisi dress sepaha bertali spageti berwarna hitam dengan Hoodie over zise. Meski sudah memakai Hoodie, Ratu tetap memakai topi, masker dan kacamata hitamnya.Memacu mobil dengan kecepatan tinggi, Ratu harus segera sampai di klub X. Bagaskara paling tidak suka menunggu.“Aku sudah sampai.” Ketik Ratu pada aplikasi berbalas pesan. Maharatu memilih tetap berada di dalam mobil, menunggu balasan dari Bagaskara.“Maaf Sayang. Aku lupa hari ini Hanum ulang tahun. Aku harus menyiapkan kejutan untuknya. Lalu besok pagi Marisa mengajakku ke Singapura untuk merayakan ulang tahun Hanum.”Balasan yang sangat panjang kali lebar dari Bagaskara membuat bibir tipis Ratu melengkung.“Tidak masalah, Mas. Ulang tahun Hanum lebih penting, bukan!” balas Ratu.“Kamu memang pengertian, Ratu.”“Ayo kita nikmati malam ini, Ratu!” Ratu mengangkat tangannya ke atas. Karena sudah terlanjur sampai di klub, Ratu ingin bersenang-senang. Melepas penat.Ratu melepas Hoodie miliknya. Memasukkan kacamata dan maskernya kedalam tas.Ratu duduk di meja bartender, menenggak segelas minuman. Ini memang bukan pertama kalinya Ratu masuk klub. Bekerja di dunia entertainment, membuatnya cukup mengenal dunia malam. Karena dia harus pandai berbaur dengan artis lain dan para koleganya.Ratu bangkit bergabung dengan yang lainnya di lantai dansa. Wanita itu terus meliukkan tubuhnya. Tanpa dia sadari, ada sepasang mata yang terus memperhatikannya dari jauh.Mata elang Danendra terus berfokus pada seorang wanita cantik dengan tubuh sintal yang duduk sendirian di meja bartender.“Kalian pergilah!” usir Danendra pada dua wanita di sampingnya.“Apa kamu tidak ingin bersenang-senang dengan kami, Danendra,” ucap salah satu wanita. Tangan kedua wanita itu terus mengusap dada Danendra.“Pergi kubilang!” Suara Danendra meninggi. Tatapannya pada kedua wanita itu berubah nyalang.Tidak ingin terkena masalah. Kedua wanita itu memilih pergi.Setelah kedua wanita itu pergi, pandangan Danendra kembali berfokus pada wanita cantik di meja bartender. Kecantikan wanita itu benar-benar mengalihkan dunia Danendra.Danendra memutar gelas minuman di tangannya sembari memperhatikan gerakan sensual si wanita yang sudah beralih ke lantai dansa.“Sepertinya dia mabuk berat,” gumam Danendra dengan senyuman tipis.Hingga beberapa lelaki mulai mendekati si wanita. Pemandangan yang membuat darah Danendra memanas. “Sial, berani mereka mendekati mangsaku.” Danendra meletakkan gelasnya lalu, ikut turun ke lantai dansa.Karena terlalu mabuk, Maharatu menanggapi semua pria yang berjoget di sekitarnya.Danendra menepuk bahu lelaki yang berjoget dengan Maharatu. “Minggir, dia milikku!”Melihat siapa yang menepuk bahunya, si lelaki memilih menyingkir. “Sorry, gue nggak tau.”Dalam jarak dekat, Danendra bisa melihat pipi Maharatu yang merah karena mabuk.Perawakan Danendra yang hampir mirip dengan Bagaskara, ditambah Maharatu yang mabuk berat, membuat Maharatu mengira Danendra adalah Bagaskara.“Mas disini?” Mata Maharatu menyipit. Beberapa kali dia bersendawa kemudian mengalungkan tangannya di leher Danendra.“Hem, aku disini.” Sengaja Danendra berbisik di telinga Maharatu. Memancing sesuatu. Danendra tak acuh siapa yang dimaksud Maharatu, yang terpenting bagi Danendra adalah bisa memiliki wanita cantik di depannya, meski hanya semalam.“Tapi… aroma Mas berbeda.”“Aku memakai parfum baru,” kilah Danendra yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Dia mulai menjelajahi leher Ratu. “Aku suka wangi tubuhmu, Cantik.” Aroma mawar di tubuh Maharatu semakin membuat Danendra berdesir.Maharatu menghentikan cumbuan Danendra.“Kenapa? Kamu tidak suka?” Kening Danendra mengernyit.“Jangan di sini! Nanti ada yang lihat,” bisik Maharatu yang serupa rayuan bagi Danendra.“Baiklah, kita cari tempat lain.”Setelah mengambil tas Maharatu, Danendra memapah Maharatu meninggalkan klub. Pria bertubuh tegap itu membawa Maharatu ke sebuah hotel elit.Danendra membaringkan tubuh Maharatu di ranjang king size. Dia dengan tidak sabar mulai melepas pakaiannya, menampakkan tubuhnya yang penuh otot.Lelaki berambut gondrong itu kembali mencumbu Maharatu. Sementara Maharatu pasrah saat Danendra mencumbunya karena alam bawah sadar Maharatu mengira Danendra adalah Bagaskara.“Mas, kenapa brewokan? Rambut, Mas juga gondrong.” Bibir Maharatu mengerucut, matanya lagi-lagi menyipit.Melihat bibir Maharatu yang mengerucut, membuat Danendra gemas. Pria itu mengecup bibir Maharatu berulang kali. “Kamu terlalu banyak bicara.”Dengan tidak sabar, Danendra mencoba melepas dress yang melekat di tubuh wanita yang berada di bawah kungkungannya.Maharatu memiringkan kepalanya, memperhatikan wajah lelaki yang berada di atas tubuhnya dengan seksama. Ratu menahan dada Danendra, sebelum Danendra berhasil menanggalkan dress yang dikenakan Ratu. “Tunggu!”Danendra dan Maharatu sedang menikmati kebersamaan di ruang tamu. Keduanya menonton film bersama dengan kepala Maharatu yang berada di pangkuan Danendra. “Suamimu akhir-akhir ini sering sekali berkunjung, Ra?” tanya Danendra yang mengusap-usap rambut Maharatu. “Ndra….” Maharatu mengelus rahang Danendra. Menatap manik kekasihnya dalam-dalam. Seolah berkata kalau saat ini dia tidak ingin membahas tentang Bagaskara. Danendra membuang napas kasar. “Aku cemburu, Ra!” kata Danendra membuang muka.Maharatu bangkit dari posisinya. Ditangkupnya wajah Danendra, agar mata keduanya saling bertemu.“Aku tau kamu cemburu, tapi untuk saat ini aku belum bisa lepas dari Mas Bagas, beri waktu aku sedikit lagi.”Danendra melepaskan tangan Maharatu dari rahangnya dengan kasar. “Sedikit lagi … sedikit lagi … itu terus Ra yang kamu katakan sejak enam bulan lalu. Aku ini lelaki biasa yang juga punya rasa cemburu. Aku tidak bisa terus-terusan melihat kamu dijamah oleh Bagaskara!” Suara Danendra yang bia
“Kamu mau kemana, Sandra?” Rahman yang baru keluar dari kamarnya tertatih-tatih menghampiri sang istri yang membawa dua koper besar.“Mau pergi dari sini,” sarkas Sandra yang terus melangkah tanpa menghiraukan suaminya.Rahman mempercepat langkahnya, meski masih terpincang-pincang karena memang kondisinya yang belum sembuh sempurna. “Pergi kemana?” Tangan Sandra dicekal oleh Rahman. “Lepasin!” Dengan kasar Sandra mengibaskan tangan suaminya. “Yang jelas sejauh mungkin. Karena aku tidak mau kembali hidup kere sama kalian seperti dulu.”Dahi Rahman berkerut. Hidup kere bagaimana? Saat ini hidup mereka bahkan bisa dibilang bergelimang harta. “Lihatlah semua ini Sandra. Kita bergelimang harta sekarang?”“Ya, sekarang, tapi sebentar lagi kita akan jadi kere seperti dulu. Karena anak perempuanmu itu main-main dengan Bagaskara,” ujar Sandra dengan bersungut-sungut. “Bicaramu semakin tidak jelas.”“Kalau ingin lebih jelas, nanti tanya pada putrimu itu.” Sandra memegang kedua kopernya hen
“Maaf.” Maharatu memeluk tubuh Danendra dari belakang. Pria itu sedang berada di balkon, melukis sesuatu yang abstrak. Sesuatu yang mencerminkan perasaannya saat ini.Danendra memejamkan mata, mencoba meredam rasa sakit yang mencabik-cabik di hati. Karena pelukan kekasihnya. Pelukan yang Danendra tahu pasti sebabnya.Danendra meletakkan kuasnya. Tangannya menyentuh tangan Maharatu dengan lembut, berniat melepaskan pelukan Maharatu sejenak sebelum berbalik badan. Namun, Maharatu justru semakin mengeratkan pelukannya.“Jangan berbalik, kumohon,” lirih Maharatu dengan suara parau, “biarkan seperti ini. Aku masih ingin memelukmu, Ndra.”Hening, tidak ada suara. Hingga setelah beberapa saat, terdengar isakan kecil dari Maharatu. Danendra dapat merasakan kaos yang dipakainya basah di bagian belakang. Wanitanya sedang menangis. Tak tahan mendengar isakan Maharatu yang semakin menyayat hati. Danendra melepas pelukan Maharatu, berbalik badan lalu membawa wanitanya itu ke dalam dekapannya. “T
Maharatu mengembuskan napas panjang. Dari pantulan cermin dapat dia lihat, Sandra sudah berdiri di belakangnya dengan wajah masam. Maharatu lalu berbalik badan. “Kenapa pagi-pagi sekali Mama sudah berdiri di situ. Jatah bulanan yang kukasih, kurang? Tapi, maaf Ma. Ratu nggak bisa kasih Mama credit card lagi,” ujar Maharatu. “Ck!” Sandra berdecak membuang muka ke samping sejenak lalu menatap wajah putrinya dengan amarah yang berkobar. “Apa kamu pikir setiap Mama datang padamu selalu karena uang?” bibir Sandra mencebik, tak terima dengan praduga Maharatu. “Tentu saja, karena sejak dulu Mama memang begitu. Selalu uang … uang … dan uang,” ketus Maharatu dengan senyum mengejek. “Terserah kamu, Ra, mau berpikir bagaimana. Mama hanya ingin memperingatkanmu?” Dahi Maharatu berkerut. “Untuk?!” Kini giliran Sandra yang tersenyum mengejek. “Jangan main-main dengan Bagaskara. Semalam Mama lihat kamu keluar dari kamar Endra!” Deg! Maharatu kaget dengan perkataan mamanya. Sial sekali bagin
“Terima kasih karena sudah bicara pada, Pangeran,” ucap Maharatu yang menyandarkan kepalanya di pundak Danendra. Danendra mengusap pipi Maharatu lembut. “Kalian hanya miskomunikasi saja, sebenarnya.” “Kamu benar Sayang, seharusnya aku bertanya pelan-pelan pada Pangeran. Apa alasan yang mendasari dia bekerja bukannya malah langsung marah seperti tadi." Masih saja ada rasa sesal yang bercokol di hati Maharatu. “Sebenarnya kamu itu marah bukan karena Pangeran bekerja, tapi karena Pangeran dipermalukan di depan semua orang, ‘kan? Tapi sayangnya, kamu tidak tau haru melampiaskanya pada siapa? Jalan termudah, ya, kamu melampiaskanya pada Pangeran” “Kakak mana yang terima adiknya di hina seperti tadi, Ndra. Di depan semua orang lagi.” Keduanya sedang berada di kamar tamu, tempat Danendra tidur saat berada di rumah Maharatu. “Kata Pangeran, tadi Ayang kasih saran supaya dia buka usaha sendiri, ya?” sambung Maharatu. Mendengar panggilan Ayang dari Maharatu, sudut bibir Danendra terang
Suara ketukan membuat Pangeran yang sedang duduk di meja belajarnya menoleh. “Boleh, Mas masuk!” Danendra berdiri di ambang pintu dengan senyum yang mengembang. “Silakan, Mas!” Setelah mendapat izin dari pemilik kamar, Danendra masuk ke dalam kamar. “Interior yang bagus,” puji Danendra setelah menelisik setiap sudut kamar Pangeran. Tanpa menunggu dipersilakan oleh yang punya kamar, Danendra duduk di tepi ranjang. “Desain yang bagus.” Danendra melongok gambar yang sedang dibuat Pangeran di buku gambar. “Terima kasih, Mas.” Pangeran meletakkan pensil lalu menggeser kursinya agar menghadap ke arah Danendra secara langsung. “Daripada kerja di tempat lain, kenapa nggak buka usaha sendiri saja,” saran Danendra pada Pangeran. “Buka usaha apa, Mas?” “Costum kaos misalnya. Kan, kamu pintar gambar.” “Maksudnya?!” “Kamu buat desain yang bagus terus coba aplikasikan desain yang kamu buat itu ke dalam kaos. Post hasilnya di media sosial. Lalu tawarkan di sana. Untuk desain tulisan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen