Naya baru saja mematikan mesin motornya yang dia parkir kan di garasi mobil milik Farel yang luasnya melebihi lapangan bola yang ada di dekat rumahnya. Rasanya tidak semangat sekali mengingat akan bertemu lagi dengan Farel sepulang kerja. ingin rasanya ia menginap saja di mess toko roti tempatnya bekerja itu. Tetapi itu tidak mungkin. Farel pasti akan keberatan dengan hal itu.
"Hah! ternyata dia sudah pulang duluan!" Ucap Naya pelan saat melihat mobil yang biasa di gunakan Farel sudah terparkir di garasi itu. sepeda motornya bagai sebuah sampah rongsokan saat berjejer dengan mobil-mobil mewah Farel. Sebelum mendorong pintu Utama, Naya menarik dahulu nafasnya panjang-panjang dan menghembuskan nya dengan kasar. Untuk menghadapi Farel yang selalu cerewet dengan perintah nya ini itu. "Ah..!" Naya terkejut saat baru mendorong daun pintu telinganya di sambut dengan suara desahan seorang wanita. Naya mengedarkan pandangannya dan... Dari tempatnya berdiri Naya menyaksikan langsung pria yang begitu mengesalkan itu tengah bercumbu dengan seorang wanita yang nyaris telanjang bagian atasnya. Jantungnya berdegup kencang melihat pemandangan yang tidak layak si pamerkan di ruang terbuka itu. Karena terkejut Naya tidak sengaja menutup pintu sedikit keras. Wanita itu sedikit gemetar melihat pemandangan yang mencengangkan itu. Dan karena kecerobohan nya itu telah berhasil menggagu kegiatan panas yang sedang berlangsung. Naya melangkah lebar melewati ruang tamu itu ingin cepat-cepat enyah dari sana tanpa menoleh sedikitpun. Inginnya segera sampai ke paviliun di mana kamarnya berada. "Ck!" Decak Faren yang langsung menghentikan kegiatannya dalam mencumbui wanitanya itu. "Beb..!" Rengek wanita yang masih berada di pangkuan Ferel itu tidak rela kegiatan memabukannya di hentikan begitu saja oleh Farel karena kedatangan seorang Wanita yang tidak dia kenali. "Apa kau tidak punya tangan untuk mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam rumah?!" Bentak Farel yang merasa kesal kegiatannya terganggu oleh kedatangan Naya. Naya menghentikan langkahnya tanpa menoleh dimana kedua pasangan sejoli itu berada. "Maaf, tapi ini ruang terbuka. Jika kalian ingin melakukan hal itu, lakukanlah di tempat tertutup!" Balas Naya yang kemudian segera melanjutkan langkahnya menuju dapur. Farel mengeraskan rahangnya mendengar ucapan Naya itu. Farel segera menurunkan Velie dari pangkuannya. Sudah tidak ingin lagi melanjutkan cumbuanya pada wanitanya itu. Gairahnya langsung hilang. "Beb!" Sekali lagi Velie merengegk sebagai bentuk rasa kecewanya saat Farel mengakhiri kegiatan panas mereka. Padahal Velie sudah besar kepala sebab sedikit lagi akan berhasil menaklukkan pria dingin itu. "Pulanglah! Aku sudah nggak mood melanjutkannya." Ucap nya seraya berdiri meninggalkan Velie yang mengepalkan kedua tangannya. Lagi-lagi ia gagal menaklukkan Farel pria dingin yang sulit sekali di sentuh itu. "Sialan! Ini pasti gara-gara wanita tadi. Aku jadi gagal menaklukkan Farel!" Kesal Velie yang segera berdiri dan memperbaiki pakaiannya yang telah melorot. "Pembantu sialan! Gara-gara dia lagi-lagi rencanaku gagal! Keknya perlu di beri pelajaran pembantu songong tadi!" Gumam Velie lagi yang bersiap ke belakang mencari keberadaan Naya yang ia sangka pembantu. sementara Naya yang sudah tiba di kamarnya merasa haus dan kembali keluar menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral untuk membasahi tenggorokan nya yang terasa kering. Sudah seminggu dirinya menikah dengan Farel, dan selama itu pula tidak membawa perubahan baik apapun dalam hidupnya. Pria itu begitu merepotkan dengan perintahnya yang aneh serta setiap kata-kata yang keluar dari mulut nya selalu menyakitkan. "Heh! Pembantu sialan!" Betapa terkejutnya Naya tiba-tiba saja bahunya di dorong kuat oleh seseorang Hampir saja gelas kaca yang ada di tangannya terlepas dari genggamannya. Naya membalikkan tubuhnya dan ternyata yang mendorongnya itu adalah wanita sexy yang tadi bercumbu dengan Farel suaminya di ruang tamu. "Ya! Ada perlu apa?" Tanya Naya acuh! sungguh rasanya ia begitu jijik melihat penampilan wanita yang terlewat sexy di hadapannya itu. Apalagi mengingat bagaimana wanita itu nyaris telanjang saat bercumbu dengan Farel suami kontraknya. "Kamu pembantu baru di rumah ini ya?" Tanya Velie dengan menaikkan sebelah alisnya menatap rendah Naya. "Apa urusanmu ingin tahu statusku di rumah ini?" Balas Naya yang benar-benar malas meladeni Wanita itu. "Jika tidak ada hal penting, Sebaiknya anda urus saja kekasih anda sana. Jangan menggangguku!" Ucap Naya lagi yang kemudian mengambil mengisi gelasnya dengan air mineral hingga gelasnya penuh. Naya hendak kembali ke kamarnya untuk beristirahat setelah bekerja seharian. "Kurang ajar! Pembantu sialan!.." Kesal Velie seiring dengan tangan yang menarik rambut Naya sehingga membuat Naya yang tidak siap oleng dan gelas di tangannya jatuh membentur lantai. Pecahan beling sedikit mengenai kakinya membuat Naya meringis perih. "Pembantu kurang ajar yang tidak sopan harus di beri pelajaran!" Tukas Velie lagi dengan menarik rambut panjang Naya kuat-kuat. "Akh!...Lepas!" Teriak Naya Tangannya berusaha menggapai rambut Velie dan membalas menjambak rambut sebahu Velie. Bahkan Naya menarik rambut wanita sexy itu sekuat tenaga. Hal itu membuat Velie menjerit sakit. "Aaa.....! Farel, tolong aku!" Tangannya terlepas dari rambut Naya dan berteriak meminta tolong pada Farel. Rasanya kepalanya serasa mau lepas saat ini.. Farel yang hendak memanggil Naya untuk ia suruh itupun terkejut melihat kejadian di dapur itu. " Astaga...!! Wanita ini! NAYARA..!!" Bentak Farel sambil berusaha melepaskan belitan tangan Naya dari rambut Velie. "Apa-apaan ini hah? Apa yang kamu lakukan pada Velie?" Tanya Farel setelah berhasil melepaskan tangan Naya dari Velie dengan nafas memburu menatap tajam Naya yang juga acak-acakan dengan nafas yang sama tidak teratur. Rambut Naya bertakan namun lebih berantakan dan acak-acakan lagi rambut Velie. bahkan Naya berhasil menarik beberapa helai rambut wanita itu. entahlah rasanya emosinya saat ini tengah meledak-ledak. "Aauuh! Sakit banget kepalaku! Wanita ini jahat dan kasar sekali Rel, aku hanya ingin bertanya saja padanya. Tetapi dia malah menyeragku! Huhuhu!" Adu Velie dengan air mata yang berjatuhan. Lebih tepatnya Air mata buaya. melihat itu Naya membuang wajahnya ke samping merasa muak dengan drama wanita licik itu. "Dia sangat kasar beb! lihat! rambut ku yang indah ini bahkan telah rontok!" Velie memegang kepalanya yang sakit akibat jambakan Naya yang terlalu kuat. Naya membulatkan matanya mendengar penuturan Velie yang tidak sesuai dengan kenyataan. "Wanita ular ini! Pandai sekali memutar balikan fakta!" Batin Naya kesal. Kepalanya pun masih terasa nyut-nyutan akibat jambakan Velie tadi di tambah lagi dengan kakinya yang perih terkena serpihan beling dari gelas susu yang jatuh membentur lantai. "Jelaskan Nayara! " Bentak Farel pada Naya. Penuh emosi. "Apa penjelasan ku penting untukmu?!"Naya baru saja mematikan mesin motornya yang dia parkir kan di garasi mobil milik Farel yang luasnya melebihi lapangan bola yang ada di dekat rumahnya. Rasanya tidak semangat sekali mengingat akan bertemu lagi dengan Farel sepulang kerja. ingin rasanya ia menginap saja di mess toko roti tempatnya bekerja itu. Tetapi itu tidak mungkin. Farel pasti akan keberatan dengan hal itu. "Hah! ternyata dia sudah pulang duluan!" Ucap Naya pelan saat melihat mobil yang biasa di gunakan Farel sudah terparkir di garasi itu. sepeda motornya bagai sebuah sampah rongsokan saat berjejer dengan mobil-mobil mewah Farel. Sebelum mendorong pintu Utama, Naya menarik dahulu nafasnya panjang-panjang dan menghembuskan nya dengan kasar. Untuk menghadapi Farel yang selalu cerewet dengan perintah nya ini itu. "Ah..!" Naya terkejut saat baru mendorong daun pintu telinganya di sambut dengan suara desahan seorang wanita. Naya mengedarkan pandangannya dan...Dari tempatnya berdiri Naya menyaksikan langsung pria y
"Prufftt...! Kopi apa ini? Kenapa nggak ada rasanya! " Bentak Farel saat baru satu teguk mencicipi kopi buatan Naya. "Kamu ini benar-benar nggak berguna ya! Pantes saja Ayahmu lebih memilih membuangmu daripada mempertahankanmu!" Ucap Farel lagi. Degh!! Naya memejamkan matanya meresapi sakit hati yang ia rasakan mendengar ucapan pedas Farel. Ingin rasanya balik memaki pria yang berstatus suami kontraknya itu. Namun lidahnya kelu suaranya seakan tertahan di tenggorokan. Sulit untuk bersuara. Hanya tatapan nanar yang ia tujukan untuk pria itu dengan netra yang kian berembun siap meluncurkan bulir-bulir beningnya. Namun Farel acuh tidak perduli dengan perasaan Naya. "Keluar! Bikin kopi saja tidak becus!" Bentak Farel yang masih bisa di dengar jelas oleh Naya yang berlalu dari ruang kerja pria itu. Naya berjalan cepat menuju paviliun di mana kamarnya berada. Naya menutup pintu kamarnya sedikit kencang demi melampiaskan kekesalannya yang tidak bisa berbuat apa-apa. Air
Entah sudah berapa lama tertidur, Naya terbangun karena suara ketukan di pintu kamar nya. Yang di sertai suara panggilan. Sepertinya itu bi Ina. "Naya! Ini bi Ina!" Tok! Tok! "Iya bi, sebentar!" Naya segera bangun dan membuka pintu kamarnya. "Maaf Nay, bibi ganggu waktu istirahat nya!." "Iya, nggak apa-apa, masuk bi. Saya cuci muka dulu!" Naya mempersilahkan bi Ina memasuki kamarnya. Sementara dirinya segera berlalu ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar lebih segar. "Ada apa bi?" Tanya nya saat sudah keluar dari kamar mandi dan kini tengah duduk di tepi tempat tidurnya sembari mengeringkan wajahnya dengan handuk kecil. "Itu Nay, Den Farel memanggil kamu ke dalam. Hanya itu saja kok!" Ucap bi Ina. Naya mengkerutkan keninganya mendengar perkataan bi Ina. "Ada apa lagi bi, bukannya sudah nggak ada hal penting lagi yang harus di bahas?" Tanya Naya heran. "Bibi tidak tahu Nay, sebaiknya kamu datangin saja Den Farel nya. Mungkin ada yang kelupaan yang b
"Kamu punya kaki yang normal kan? Turun!" Ucap Farel yang telah lebih dulu meninggalkann nya. pria itu telah berlalu memasuki rumah mewahnya. Naya yang tengah melamun memikirkan nasibnya kedepannya. tersentak kala suara berat itu menyuruhnya turun dengan kota kata yang kurang baik. "Astaga orang ini, apa enggak bisa bertutur kata yang baik!" monolognya. Ingin rasanya melawan perlakuan kurang menyenangkan pria itu. Tetapi Naya berusaha bersabar. Bersabar untuk sementara waktu ini. dirinya sadar akan akibatnya jika melawan Farel "Ya Ampun, besar sekali rumah nya!" Gumamnya yang mengedarkan pandangannya keseluruh arah. lebih besar dan mewah di banding rumah keluarga Dicky mantan kekasihnya. Ya, Naya kini telah menganggap Dicky mantan. Naya buru-buru mengikuti langkah Farel yang sudah tidak terlihat lagi dsri jangkauannya. Naya segera memasuki Rumah besar itu sebelum pria itu mengeluarkan kata-kata kasarnya lagi. sesampainya di dalam Farel langsung menyambutnya dengan beberapa
"Apa?! Mempelai laki-lakinya kabur?" Teriak Wahyu dengan mata melotot marah. Bagaimana bisa seperti ini. Sementara penghulu sudah menunggu sejak tadi. Ini sama saja sengaja mempermalukan dirinya untuk kedua kalinya. Wahyu menoleh Putrinya yang duduk dengan menundukkan kepalanya. Dengan tatapan nyalang seakan ingin menelannya hidup-hidup. Karena telah mencoreng nama baiknya. "Kurang ajar sekali dia, berani-beraninya mempermainkan anak saya!" Ucap Wahyu lagi dengan rahang mengeras. "Tenang dulu Pak Wahyu, mungkin anak kami terjebak macet di jalan." Ucap Yanto Ayah Dicky calon mempelai pria yang juga tidak habis pikir dengan tindakan Dicky saat ini. "Bagaimana saya mau tenang! anak anda tidak bertanggung jawab begini!. Dia sudah membuat malu saya, dan sekarang dia malah lari dari tanggung jawabnya, kalian telah kembali mempermalukan saya hari ini." Sahut Wahyu dengan suara menggelegar penuh emosi. Tidak perduli suaranya akan di dengar oleh banyak orang yang hadir untuk menyaksi