LOGIN"Apa kamu akan mendengar dan mempercayai apa yang aku katakan?"
Farel bungkam mendengar itu "Kurasa tidak kan? Jadi untuk apa kamu menuntut penjelasanku!" Velie nampak grogi takut jika kebohongannya di ketahui oleh Farel. Velie nampak kesal mendengar ucapan wanita yang baru ia ketahui bernama Nayara itu. Entah apa profesi wanita itu di rumah Farel. "Mending pecat saja pembantu seperti dia Beb! Pembantu tidak sopan sama sekali pada majikan!" Naya mencelos mendengar kaliamat yang di ucapkan Velie. Apakah Farel yang mengatakan pada kekaishnya jika dirinya adalah seorang pembantu di rumahnya! "Naya, aku harap kamu lebih menjaga sikap pada siapa saja yang datang di rumah ini! Aku tidak mau melihat kejadian ini lagi!" Farel akhirnya tidak bertanya lagi apa yang terjadi sebenarnya. Melihat tatapan nanar wanita itu cukup membuatnya tahu apa yang terjadi. Walaupun demikian Farel tetap mengingatkan Naya untuk lebih menjaga sikapnya. "Beb! Kamu itu terlalu lembek sama pembantu kamu itu! Aku rasa dia lebih pantas di pecat saja daripada di pertahanankan!" Velie masih mengoceh tentang Naya karena merasa Farel tidak tegas pada pembantu nya yang sudah kurang ajar padanya. "Sudah lah Vel, nggak usah bahas yang lain! Aku lagi mumet mikirin itu!" Walaupun Naya itu istri kontrak nya tetapi entah mengapa Farel tidak suka jika velie menyebut Naya sebagai pembantu. "Turun!" Velie membulat kan matanya saat Farel menghentikan mobilnya dan menyuruhnya untuk turun. "Beb, kamu bercanda kan?" Demi apa Velie tidak ingin di turunkan di tengah jalan seperti ini oleh Farel. "Jika tidak ingin di turunkan di tengah jalan seperti ini. Maka berhentilah membahas dia!" Ancam Farel yang berhasil membuat Velie mengunci rapat bibirnya. Farel pun kembali melaju kan mobilnya menuju apartemen Velie kekasih sementaranya. Ya, Farel hanya menganggap Velie kekasih sementaranya saja. Hanya untuk senang-senang saja. Velie adalah segelintir wanita yang menyerahkan tubuhnya dengan suka rela pada Farel pria tampan pengusaha ternama yang terkenal dingin dalam berbisnis. Keesokan harinya Naya bangun lebih awal. Niatnya bangun pagi-pagi sekali sebelum Farel bangun. Agar dirinya cepat berangkat bekerja tanpa harus melayani dulu pria yang cerewet dan banyak perintah itu. Dan juga Naya masih malas bertemu dengan Farel setelah kejadian kemarin. "Loh! Naya, sudah mau berangkat kerja?" Bi Ina menegur Naya sebab di jam sepagi ini Naya sudah rapih dengan seragam kerjanya. "Eh!...Iya bi! Aku berangkat pagi, hari ini!" Naya memegang dadanya karena terkejut mendengar suara Bi Ina yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya. "Oh! Yasudah, hati-hati di jalan ya Nay!" Usai mengatakan itu bi Ina pun kembali ke ruang laundry untuk melanjutkan pekerjaannya. "Hah! Untung saja bukan si Tuan pemerintah itu yang bangun!" Gumam Naya yang segera membuka pintu utama dengan perasaan lega sebab pagi ini ia lolos dari keisengan Farel. Dengan langkah ringan Naya berjalan menuju gatasi di mana motor matic nya terparkir. "Loh! Kok nggak ada Ban nya! Kemana ban motorku? Siapa yang melakukan ini!" Naya sangat terkejut saat mendapatu motornya sudah tidak ada ban belakangnya. "Tidak mungkin ada maling kan di perumahan elite seperti ini? Masa iya ban motorku di gondol maling. Apa gunanya security dua orang di sana! Masa ban motor ku hilang mereka nggak tahu!" Naya pun akhirnya menghampiri pos scurity untuk menanyakan tentang hilangnya ban motornya. "Permisi pak!" "Iya, ada apa Nona!" "Aku ingin menanyakan bagaimana ban motor aku bisa hilang padahal di parkir di dalam garasi?" Kedua security itupun saling pandang. "Bagaimana cara kerja kalian jika motor yang berada di tempat aman saja ban nya bisa hilang! Apa...." "Maaf Nona, apa ban motor yang anda maksud yang itu!" Security itu pun menunjuk ban motor yang teronggok di sudut teras pos. "Astaga! Kenapa bisa ban motor saya ada disini pak?" Naya kembali terkejut saat melihat ban motornya berada di teras pos security. "Oh, itu karena.....!" "Hahahahaha! Kamu pikir bisa pergi begitu saja tanpa melakukan kewajiban mu terlebih dahulu? Oh tidak bisa kucing kecil yang licik! Aku lebih cerdas darimu!" Farel tergelak menyaksikan kepanikan Naya dari rekaman cctv yang tersambung ke ponselnya. "Apa..?!" Naya menoleh ke arah balkon saat mendengar suara siulan dari arah sana. Di sana Farel menyuruhnya masuk dengan isyarat. "Hugh!" Kesal Naya yang menghentakkan kakinya namun tak urung mengikuti perintah Farel. Kembali masuk ke dalam rumah dengan wajah di tekuk. Dari undakan tangga menuju lantai dua Naya sudah bisa mendengar suara gelak tawa Farel. Sepertinya pria itu bahagia sekali karena berhasil menggagalkan niatnya yang ingin cepat-cepat berangkat kerja demi menghindarinya. "Apa! Mau protes?" Naya membuang muka ke samping saat baru tiba di lantai dua dan mendapat sambutan seperti itu dari Farel. "Menjengkelkan!" "Kamu bilang apa tadi?!" Farel menatap tajam Naya saat mendengar gumaman wanita itu namun tidak jelas apa yang si ucapkannya. Namun Farel yakin jika itu adalah umpatan untuk nya. "Tidak ada!" Ketus Naya yang enggan sekali menatap Farel yang berdiri tidak jauh darinya dengan bertolak pinggang. "Bantu aku mandi!" "Apa..?!""Maksudnya gimana Nay?" Ella menautkan kedua alisnya mendengar penuturan sahabatnya itu. Naya mendesah pelan sebelum menjelaskan apa yang di alaminya selama sebulanan ini dengan sikap Farel yang kontras sekali dengan perubahannya. "Intinya semenjak kejadian itu Farel jadi berubah sikap El, dia seperti menghindariku!" jelas Naya yang sangat kentara raut resah di wajah cantiknya. "Aku nggak ngerti, kenapa dia seperti itu! Sebelumnya dia selalu hangat dan romantis!" lanjutnya, murung. Ella semakin menautkan kedua alisnya mendengar penuturan Naya. Wanita itu ikut berpikir, apa yang telah terjadi dengan hubungan Naya dan Farel."Mungkin dia sedang lelah karena banyak pekerjaan di kantor! Edward saja sekarang jarang menemuiku karena terlalu subuk. Dia hanya mengirimkan pesan saja setiap hari!"" ucap Ella mengingat kekasihnya juga akhir-akhir ini sangat sibuk. "Apa iya begitu El? Hampir setiap hari pulang malam, dan pagi-pagi sekali dia sudah pergi lagi. Kadang aku belum bangun dia suda
Hari berlalu begitu cepat, tidak terasa kini sudah sebulan dirinya kembali berkumpul dengan keluarga kecilnya. ehari-hari yang Naya lalui penuh keceriaan bermain bersama Kenan. Walaupun sebulan terakhir ini Naya merasa ada sedikit ganjalan di hatinya. Naya merasa Farel suaminya sedikit cuek padanya. Entah hanya perasaannya saja atau memang demikian. Tetapi Naya merasa Farel lebih banyak berada di rung kerjanya di bandingkan bersama dirinya dan Kenan seperti sebelumnya. Sebelum kejadian naas yang menimpanya satu bulan yang lalu. Sebelumnya Farel selalu mengurungnya di kamar, bahkan tiada hari yang mereka lewati tanpa bercinta. Tetapi kini Naya merasa ada perubahan pada sikap Farel padanya. Sepertinya ada yang di sembunyikan darinya. Tetapi Naya tidak tahu apa itu. Malam ini Naya sengaja menunggu Farel pulang, ya, akhir-akhir ini Farel selalu pulang larut. Terkadang saat pulang dirinya sudah tertidur pulas. Bahkan dalam sebulan ini Farel hanya meminta haknya dua kali saja. Tidak sepe
Naya membuka kedua matanya dan seketika matanya memicing saat sinar lampu menyorot telak netranya. "Eum, aku dimana ini?" ucapnya dengan suara serak. Naya kembali membuka matanya perlahan setelah berhasil menetralkan penglihatannya. Sesekali matanya berkedip saat terasa sepat memandang pencahayaan yang cukup terang. "Auuhh!..sakit, kok tanganku di infus, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya pelan. Naya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan itu dan sedikit terkejut campur bahagia saat mendapati Farel yang tertidur di samping Badnya. "Mas Farel ada disini? Itu berarti aku telah lolos dari penyekapan yang di lakukan Dicky?" gumam Naya pelan. Perlahan Naya menggerakkan tangannya yang terpasang selang infus dan mengusap-usap rambut Farel. Berpisah selama beberapa hari membuatnya merindukan pria itu. Ternyata dirinya benar-benar telah mencintai Farel. Merasakan usapan lembut Naya di kepalanya membuat Farel terjaga. "Sayang, kamu sudah bangun?" ucap Farel sembari berdiri dari d
"Brengsek..!!" geram Farel sambil menggenggam erat ponselnya yang menampilkan sebuah foto yang baru saja dikirimkan oleh Dicky. Bughh!!! Farel meninju kuat dasbor mobil itu dengan tiba-tiba. Sontak saja Edward terlonjak kaget karenanya. "Lebih cepat lagi Edward! Apa kamu tidak bisa mengemudi dengan benar?" teriak Farel dengan wajah memerah menahan kesal. "Astaga, ada apa dengan Tuan Farel, bukannya tadi baik-baik saja?" monolog Edward yang heran dengan sikap Tuannya yang tiba-tiba saja ngamuk. Padahal tadi baik-baik saja. "Kurang ajar, berani-beraninya kamu menyentuh istriku Dicky!" geram Farel sambil mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku tangannya memutih. Tak berapa lama Edward telah menghentikan mobilnya tepat didepan sebuah Apartemen sederhana. Tanpa menunggu lama Farel langsung keluar dan berjalan tergesa-gesa menuju lift untuk membawanya naik ke lantai atas dimana Dicky menyembunyikan Naya. Sesampainya di unit yang di tuju, Farel di sambut oleh beberapa o
"Mohon maaf Tuan Farel, ada keperluan apa Tuan kesini?" Basuki menahan langkah Farel yang hendak memasuki kediaman Yanto dan langsung di cegah oleh Basuki pria paruh baya kepercayaan Yanto. "Mana si bajingan itu, dia telah menculik istriku!" tukas Farel dengan rahang mengeras penuh emosi. "Tuan muda sedang tidak ada di rumah, dan anda tidak boleh masuk!" Basuki tetap berusaha menahan Fsrel untuk tidak masuk ke dalam rumah majikannya. Bisa bahaya jika sampai Farel berhasil masuk, bisa-bisa seluruh isi rumah akan hancur lebur nanti. "Minggir! Aku tahu dia memang tidak ada di sini! Tapi aku ingin bertemu si tua bangka yang pandai bersandiwara itu! Dia pasti ambil andil juga dalam hal ini. Iya kan?" kesal Farel "Apa anda masih mencurigai beliau yang bahkan untuk sekedar beraktivitas saja tidak bisa?" tukas Basuki yang berhasil membuat Farel terdiam. "Tuan, anak buah kita telah berhasil menemukan persembunyian Tuan Dicky." Edward berbisik ditelinga Farel setelah mendapatkan kabar dan
Bugh!!!Bugh!!!"Brengsek!" teriak Farel dengan melampiaskan kekesalannya meninju kuat tembok di hadapannya saat Edward telah berhasil melacak keberadaan Dicky yang ternyata sudah kembali ke ibu kota. Namun lokasinya belum di ketahui dimana sepupu bajingannya itu membawa Naya istrinya. "Tenangkan dirin anda Tuan Farel, jangan emosi begini! Kita pasti secepatnya menemukan dimana lokasi persembunyian Tuan Dicky!" Edward berusaha menenangkan Farel yang sudah tidak bisa menahan kemarahannya pada Dicky. "Bagaimana aku bisa tenang Ed, dia menculik istriku! Bagaimana jika dia menyakiti istriku?" ucap Farel dengan wajah memerah penuh emosi yang meluap-luap. Edward yang mendengar perkataan Farel itupun terdiam sejenak. Sebelum berucap yang berhasil membuat Farel terdiam. "Aku rasa, Tuan Dicky tidak akan menyakiti Nona Naya Tuan, sebab Nona Naya sebelumnya adalah,,,,,," Bugh!! "Hentikan, tidak perlu kamu memperjelas hubungan mereka sebelumnya, Naya istriku, tentu saja aku begitu mengkhawat







