Zayden yang merasa bingung itu, lantas turun dari atas ranjang. Dia memakai kembali pakaiannya dan bergegas keluar dari sana, meninggalkan Aara yang masih menangis seraya menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Aara mencengkeram kuat selimut itu, dengan air matanya yang terus mengalir, dia melihat ke arah pintu yang baru saja Zayden lewati. Tubuhnya masih bergetar begitu hebat, dia tidak menyangka. Jika Zayden benar-benar akan bersikap begitu mengerikan, dia seperti binatang buas yang sedang kelaparan dan memangsa siapa pun yang berada di dekatnya. Sementara itu, Zayden masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia membanting pintu itu dengan keras seakan menunjukkan kebingungannya yang berujung amarah. Zayden berhenti tepat di depan meja kerjanya, dia berdiri dengan kedua tangannya yang dia tempelkan pada meja. Bola matanya terus melihat ke sana kemari, menunjukkan ketidak mengertian yang saat ini dia rasakan. Dia menggeleng. Apa sebenarnya yang sudah terjadi. Wanita itu, bagaimana bisa wa
“Tuan, apakah Anda yang semalam menabrak saya?” tanyanya.Mendapat pertanyaan itu, Zayden terdiam dengan tatapannya yang mengarah lekat pada Aara.“Menurutmu? Apakah itu aku?” tanyanya balik.Aara belum menjawab, dia kembali menoleh pada mobil Zayden dan menatap lekat pelat nomor itu.Dia yakin, dan dia ingat dengan jelas. Pelat nomor yang tertera di sana sama dengan pelat nomor mobil yang menabraknya semalam.Dan juga ... warna mobil ini sama persis dengan mobil yang semalam. Jadi dia tidak mungkin salah.“Tuan?”“Ya, memang aku,” ujar Zayden yang sontak membuat Aara terdiam.Dengan kedua tangannya yang dia masukkan ke dalam saku celananya. Zayden melangkah, mendekat pada Aara. Membuat wanita itu mendongak, agar bisa tetap melihat ekspresi Zayden.“Lalu, apa yang akan kau lakukan? Kau mau melapor polisi?” tanyanya kemudian dengan angkuh.Aara tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Matanya sudah berkaca-kaca. Tak lama, air mata itu pun lolos, keluar dari pelupu
Aara pulang dari rumah sakit dengan berjalan kaki melewati trotoar jalan raya yang tampak sudah cukup sepi.Suasana juga sudah begitu gelap, namun untuk menenangkan perasaannya yang sangat kacau saat ini. Dia nekat untuk berjalan kaki dan merenungkan apa sebenarnya yang sudah terjadi.Hal jahat apa yang dia lakukan, hingga sampai memiliki nasib seperti ini.Dimulai dari bangkrutnya perusahaan ayahnya hingga keluarganya yang memiliki banyak hutang, lalu semua itu diperparah dengan ibunya yang memiliki penyakit jantung koroner. Bahkan karena semua itu, dia harus rela bekerja di klub malam agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari juga sebagai biaya pengobatan ibunya.Dia pikir semua itu sudah cukup, tapi ternyata. Masih ada hal mengerikan lainnya, yang menerpa hidupnya.Seseorang yang dia pikir sebagai malaikat, yang bisa merubah hidupnya ini ternyata tidak benar. Dia justru iblis, yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang yang semakin dalam dari sebelumnya.Air mata Aa
Sebuah mobil hitam tampak melaju dengan kecepatan tinggi melewati jalanan raya.Zayden, yang tak lain pemilik dari mobil itu tampak duduk menyandar di kursi belakang seraya tatapannya terus melihat jalanan yang saat ini tengah dilewatinya.Ingatannya itu melayang, pada kejadian satu jam lalu yang membuat perasaannya semakin kacau.Satu jam lalu.Zayden baru saja turun dari dalam mobilnya setelah pulang dari kantor.Dia berniat untuk mengunjungi mamanya terlebih dulu, sebelum pulang ke rumahnya sendiri.Ketika melewati pintu utama, Zayden merasakan hal aneh yang terjadi pada suasana di mansion orang tuanya itu.Para pelayan terlihat ketakutan, mereka bahkan tidak menyambutnya dengan tenang seperti biasanya.Langkah Zayden terhenti, dia menoleh pada Charlos yang merupakan kepala pelayan di mansion itu.“Apa yang terjadi?” tanyanya dingin.“Itu ... Tuan Muda, baru saja terjadi pertengkaran antara nyonya dan tuan besar,” jawabnya.Mendengar itu, tentu saja Zayden terkejut. Piki
Aara duduk meringkuk di pojok ruangan dalam kamarnya. Dia memeluk erat dirinya sendiri, untuk menenangkan perasaannya setelah mendapat perlakuan yang begitu kasar dari Zayden semalam.Dan baru saja, Zayden juga meninggalkan kamar ini dengan raut wajahnya yang masih menunjukkan kebencian dan amarah yang begitu besar padanya.Air mata Aara seketika menetes, karena rasa sakit dalam hatinya yang tidak bisa dia tahan.Tok tok! Aara terperanjat, ketika mendengar suara ketukan dari luar kamarnya. Dengan refleks, dia langsung menyeka air matanya dan berusaha untuk tetap tenang. Walaupun Zayden sudah menunjukkan sikap kasarnya padanya di hadapan para pelayan. Dia tetap tidak ingin terlihat lemah di depan mereka.Dia akan berusaha keras untuk tetap terlihat baik-baik saja, walaupun sebenarnya hatinya sudah hancur berkeping-keping.“Nyonya, ini saya Lucas. Apakah saya boleh masuk?”“Masuklah kepala pelayan,” sahutnya dengan tangannya yang masih sibuk menyeka air matanya.Tak lama kemu
Srek! Lucas menarik kursi untuk Aara duduki. Dengan terus diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Aara pun duduk di kursi itu dan memandangi makanan yang sudah tersaji dengan begitu banyaknya di atas meja. Dulu, sebelum ayahnya jatuh miskin. Dia memang hidup dengan mewah, segala sesuatu yang dia butuhkan selalu dia dapatkan. Dia sangat dimanjakan, hingga hidupnya persisi seperti putri yang ada di negeri dongeng Bahkan perlakuan seperti ini, hanyalah sebagian dari kemewahan yang dia dapatkan. Namun, entah kenapa hidupnya tiba-tiba berubah. Bukan hanya kemewahan yang hilang darinya, tapi hidupnya ini penuh dengan penderitaan yang bahkan tidak ada habisnya. “Silakan makan apa pun yang Anda inginkan Nyonya, makanan ini dibuat khusus hanya untuk Anda,” ucap Lucas. Aara menatap tidak selera pada makanan di depannya itu. Tapi, dia harus berpura-pura ingin makan. Karena hanya dengan inilah, mereka semua tidak akan memperlakukannya dengan buruk lagi. “Wahh, benarkah? Kalau begitu aku ak
Aara tampak masih berada di taman. Dia masih duduk di sana seorang diri, dengan wajahnya yang menunduk. Kedua tangannya terlihat mengepal, matanya juga lurus melihat rumput taman yang ada di sana. Kepalanya masih berpikir bagaimana dia harus keluar dari situasinya saat ini. Hal apa yang harus dia lakukan, agar dia terbebas dari belenggu Zayden yang amat menyakitkan ini. Dia tahu karena perjanjian itu, dirinya harus hidup terpenjara dan tersiksa di sini tanpa bisa membela diri. Tapi, jika harus seperti ini. Siapa pun tidak akan bisa menerimanya. “Nyonya, ini sudah siang. Cuaca juga sudah panas, mari masuklah ke dalam,” ucap Feni, yang baru saja datang menghampiri Aara. Aara menoleh, dia lalu menatap Feni. Matanya itu menunjukkan bahwa masih ada hal yang mengganggu pikirannya dan dia tidak bisa memecahkannya. “Feni, boleh aku menanyakan sesuatu padamu?” tanyanya. “Silakan Nyonya.” “Jika seandainya kau menikahi seseorang yang ternyata tidak mencintaimu, dan dia hanya ingin melampi
Aara sudah bersiap-siap sekarang. Dia sudah berganti pakaian dengan model pakaian yang memudahkannya untuk berlari pada saat dirinya menjalankan aksinya untuk melarikan diri. Aara menarik nafasnya dalam-dalam sebelum dirinya membuka pintu yang ada di hadapannya. Dia harus memberanikan dirinya untuk lari dari neraka ini. Jika tidak, maka dia akan menjadi orang yang sama dengan para penghuni di sini.Aara menarik dan membuang nafasnya berkali-kali, ketika merasa sudah siap. Dia pun akhirnya memegang handle pintu itu dan menggerakkannya ke bawah.Ceklek!Pintu pun terbuka. Dengan percaya dirinya, Aara keluar dari dalam kamarnya dan melangkahkan kakinya untuk menemui Lucas.Aara menuruni anak tangga dengan perlahan, karena jujur dia sangat gugup saat ini. Dia tidak boleh melakukan kesalahan, atau semua rencananya akan gagal.Aara melihat ke sana kemari untuk mencari keberadaan Lucas. Namun nihil, dia tidak menemukan keberadaan Lucas di mana pun, karena mansion ini sangat luas, Aara