Zayden memberhentikan mobilnya itu tepat di depan pintu utama rumahnya.
Namun, bukannya turun dari sana. Zayden justru tetap di dalam beberapa saat.Dia bahkan menempelkan keningnya itu pada setir mobilnya, terlihat jelas suasana hatinya yang memburuk paska menemui mamanya.Dia sebenarnya tidak tega meninggalkan mamanya sendirian. Tapi, demi melancarkan rencananya dia harus tinggal sendiri. Karena dia tidak mau jika mamanya tahu kalau dia menikahi Aara yang notabenenya adalah selingkuhan dari suaminya.Terlebih, Zayden juga tidak ingin melihat wajah papanya. Sudah cukup dia menahan emosi saat berada di kantor. Dan dia tidak ingin membuat mamanya semakin sedih jika mendengar pertengkarannya dengan papanya.Zayden mengangkat kembali wajahnya, dia menghela nafasnya dalam seraya bersandar pada kursi mobilnya.Dia pun kemudian turun, setelah perasaannya ini sedikit membaik.Suasana mansion sudah tampak sedikit sepi, mengingat saat ini hari memang sudah cukup larut.Zayden yang tidak memedulikan suasana mansion nya itu hanya terus berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ruang kerjanya terlebih dahulu.Namun, langkahnya itu tiba-tiba terhenti kala dia melihat Aara yang keluar dari dalam kamar dan seperti hendak pergi ke suatu tempat.Dia tampak terburu-buru, bahkan sampai tidak menyadari keberadaan Zayden yang berdiri tak jauh dari lokasi tangga yang Aara tengah lewati.“Mau kemana dia malam-malam begini. Apa mungkin ....”Menyadari itu, Zayden pun langsung mengurungkan niatnya untuk pergi ke ruang kerjanya, dan memilih untuk mengikuti kemana Aara pergi.***Setelah berkendara sekitar satu jam, Zayden memberhentikan laju mobilnya itu tak jauh dari lokasi pemberhentian taksi online yang Aara naiki.Seperti dugaannya, Aara pergi ke klub malam tempatnya bekerja.Dia tidak menyangka, bahkan setelah menikah dengannya pun. Aara tidak berniat untuk lepas dari pekerjaannya itu.Dan hal ini, semakin membuat Zayden merasa jijik padanya. Baginya, Aara benar-benar hanya wanita kotor yang pantas untuk dia injak-injak.Paska melihat Aara yang masuk ke dalam klub malam itu, Zayden tidak bergerak dari dalam mobilnya.Dia hanya diam di sana, seraya terus menunggu berapa lama wanita itu akan berada di sana.Tatapannya terus dia tujukan pada klub malam itu. Seakan dia sama sekali tidak berniat untuk mengalihkannya.2 jam pun berlalu begitu saja dengan cepat, Zayden yang masih duduk di dalam mobilnya itu sudah tidak memiliki kesabaran lagi.“Apa dia akan berada di sini sampai pagi?”Memikirkan hal itu, Zayden tidak bisa lagi diam. Dia pun berniat keluar dari dalam mobilnya.Namun, baru saja pintu mobilnya itu terbuka. Zayden sudah lebih dulu mengurungkan niatnya, kala netranya itu melihat sosok Aara yang baru saja keluar dari sana.Tapi, rupanya Aara tidak keluar sendirian. Di belakangnya, ada sosok lain yang keluar bersamanya. Dan sosok itu tak lain adalah papanya.Perlahan, amarah Zayden mulai kembali menguasainya. Kedua tangannya mengepal kuat. Rahangnya mengeras, bahkan saking marahnya dia hingga membuat urat-urat di leher dan tangannya terlihat begitu jelas.Tampak, matanya yang melebar ketika manik mata coklatnya itu melihat tangan Aara dan papanya yang saling memegang satu sama lain.Dari pandangannya, mereka terlihat begitu mesra. Seperti tidak memikirkan ada hati dari seseorang yang mereka sakiti.Menjijikkan, setidaknya itulah yang Zayden pikirkan pada wanita yang sudah menjadi istrinya itu juga ayah kandungnya sendiri.Mereka orang-orang tidak tahu malu, yang rela menyakiti orang lain demi kepuasan mereka sendiri.“Aara, kau yakin tidak ingin om antar?” tanya Zion.“Tidak Tuan, terima kasih. Saya bisa pulang sendiri. Lebih baik Anda pulang sekarang, dan beristirahatlah. Terima kasih untuk hari ini,” ujarnya.Zion mengangguk. Dia tahu Aara keras kepala, karena itu dia memilih untuk mengalah, lalu masuk ke dalam mobilnya, dan pergi dari sana.Sementara Aara, dia berniat untuk berjalan dulu sebentar sebelum memesan taksi online untuk mengantarnya pulang.Tanpa Aara sadari, sorot mata tajam milik Zayden terus tertuju padanya.Terlihat api membunuh yang begitu jelas di sana.Hingga dengan kemarahannya yang besar, Zayden pun menginjak pedal gas mobilnya dan membuat mobilnya itu melaju dengan begitu kencang.Dia tidak bisa berpikir jernih, karena di dalam pikirannya saat ini. Dia hanya ingin menghabisi wanita itu, dan membuatnya hilang dari dunia ini.Sementara Aara yang tengah berjalan itu seperti merasakan firasat aneh.Dia mendengar suara mobil yang melaju kencang semakin dekat ke arahnya.Sontak, Aara pun menoleh ke belakang. Dia terkejut, matanya membelalak ketika mobil berwarna hitam melaju kencang ke arahnya seperti ingin menabraknya.“Aaaaaaa!”Brugh!Ckittt!Zayden seketika memberhentikan mobilnya, saat berhasil menyerempet tubuh Aara.Dia menoleh ke belakang, melihat Aara yang tersungkur di aspal jalan seraya meringis kesakitan.“Beruntungnya kau, karena aku masih memiliki akal sehat untuk tidak menabrakmu sampai mati. Karena aku sadar, kau tidak boleh mati begitu saja sebelum aku memberikanmu seluruh penderitaan di dunia ini. Kau, harus tetap hidup dengan wajah yang selalu penuh dengan air mata penderitaan. Karena itulah hukuman yang pantas untuk wanita tidak tahu malu sepertimu,” ucapnya.Zayden melajukan kembali mobilnya, ketika orang-orang di sekitaran sana mulai berhamburan dan menghampiri lokasi di mana Aara terjatuh.Tampak Aara yang terus meringis kesakitan, seraya melihat siku tangan dan juga lututnya yang terluka karena bergesekan dengan aspal saat terjatuh tadi.“Mbak, apa Mbak tidak papa?” tanya salah seorang yang datang menolong Aara.“Saya tidak papa, Pak. Ini hanya luka kecil saja,” jawabnya.“Hei mobilnya melarikan diri!” ujar orang lainnya. “Sebentar Mbak, kami akan mengejarnya, dan meminta pertanggung jawaban untuk Anda.”“Ah tidak papa Pak,” tahan Aara. “Sepertinya itu orang yang mabuk, mengingat daerah ini dekat dengan klub malam. Saya bisa memakluminya,” lanjutnya.“Tapi Mbak, bukankah ini tidak bisa dibiarkan? Anda terluka cukup parah, dan Anda membutuhkan perawatan. Orang itu harus bertanggung jawab.”“Saya tidak papa Pak, terima kasih karena sudah mau menolong saya.”Mendengar kekukuhan Aara, sepertinya orang-orang di sana tidak bisa mengatakan apa pun lagi. Mereka pun hanya bisa pasrah, karena bahkan Aara pun menolak dengan halus ketika salah satu dari mereka akan mengantarkannya ke rumah sakit atau pun ke rumahnya. Alhasil mereka hanya bisa melihat Aara yang berusaha untuk tetap pergi dari sana walau dengan terpincang-pincang.Tatapan Aara juga mengarah pada jalanan yang baru saja dilewati oleh mobil yang baru saja menabraknya.Dia mengingat sesuatu dari mobil itu, yaitu sebuah pelat nomor yang melekat di sana.“Kenapa aku merasa mobil itu menabrakku dengan sengaja. Jelas-jelas aku berjalan di sisi jalan, dan masih banyak ruas jalan yang tersisa. Siapa sebenarnya orang itu, apa dia memiliki dendam padaku,” gumamnya seraya terus melihat ke arah mobil itu pergi.Aara sudah berada di ruang perawatan VVIP sekarang. Di sana juga sudah ada Zayden, Alya dan Zion yang menemaninya. Setelah 3 jam tertidur, akhirnya Aara membuka matanya. Dan sekarang dia tengah memakan makanan yang disiapkan rumah sakit untuknya.Tampak Zayden dengan telatennya menyuapi makanan itu pada Aara. Walaupun Aara terus menolaknya, namun Zayden tetap memaksanya untuk memakan makanan itu.Aara terus menolak karena makanan rumah sakit itu tidak enak menurutnya. Rasanya hambar dan membuatnya mual.“Sayang sudah cukup, aku tidak mau makan lagi,” ucap Aara.“Sedikit lagi, lihat. Sebentar lagi makanannya habis. Ayo paksakan sedikit lagi ya,” jawab Zayden.Dengan bibir cemberutnya, Aara pun membuka mulutnya dan memakan yang terus Zayden sodorkan ke bibirnya itu.“Kamu memang anak yang baik,” puji Zayden.“Besok kita sudah bisa pulang, kan?“ tanya Aara.“Iya sayang, sekarang kau perlu dirawat dulu karena kelelahan.”“Apa putra dan putri kita baik-baik saja? Aku belum melihat
Ketika sampai di rumah sakit, Zayden langsung bergegas keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit. Dia berlari dengan tergesa-gesa menuju ruang persalinan. Hingga sampai di ruang persalinan itu, mereka melihat Alya dan juga Zion yang sudah berada di sana dengan raut gelisah yang terlihat jelas di wajah mereka. “Mama, Papa,” panggilnya.Sontak, Alya dan juga Zion langsung melihat ke asal suara. “Zay,” jawab Alya.Tampak Zayden terus berlari menghampiri Alya dengan keringat yang sudah bercucuran di keningnya. “Bagaimana hah hah keadaannya, Ma? Apa hah bayinya sudah lahir?” tanyanya dengan nafasnya yang terengah-engah.“Belum sayang, dari tadi Aara terus memanggil-manggil kamu. Tapi kamu masih belum datang. Masuklah, dia membutuhkanmu,” ujar Alya.Zayden pun mengangguk, dia berjalan ke arah pintu ruang persalinan. Glek! Zayden menelan salivanya, tidak bisa dia ungkiri saat ini dia merasa gugup dan juga takut. Menemani istrinya melahirkan adalah suatu impiannya. Tapi, saat hari
Sejak Aara memaafkan Zayden dan melupakan semua perbuatan yang telah Zayden lakukan padanya, kehidupan mereka berubah. Tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi perasaan tertekan. Mereka seperti mendapatkan kehidupan baru dan memulai semuanya dari awal.Zayden semakin memperhatikan Aara, begitu pun dengan Alya dan Zion. Mereka juga sangat menyayangi Aara layaknya putri mereka sendiri, saat ini mereka semua sangat menantikan lahirnya penerus keluarga Tan yang tak lain adalah Zevan Rionard Tan dan Zayna Audrey Tan, yang tak lama lagi akan segera hadir ke dunia ini.Waktu terus berjalan, kebahagiaan demi kebahagiaan terus Aara dan keluarga Tan rasakan. Seperti semuanya berjalan dengan lancarnya tanpa hambatan apa pun. Sepertinya saat ini Tuhan sedang berbaik hati kepada mereka, setelah banyak cobaan dan ujian yang diberikannya, akhirnya semua itu bisa mereka lewati dan mereka bisa menikmati yang namanya kebahagiaan. Hingga 1 bulan pun berlalu, kandungan Aara sudah menginjak 9 bulan se
Zayden saat ini telah dipindahkan ke atas ranjangnya, tampak di sana sudah ada Alya, Zion, Aara dan juga dokter David.Ekspresi wajah Alya dan Zion tampak begitu tegang, karena sudah 2 jam berlalu tapi Zayden tak kunjung sadar.“David sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Zayden bisa tiba-tiba pingsan seperti ini. Katamu kondisinya sudah semakin membaik, tapi apa ini?” tanya Zion.“Sepertinya ini memang disebabkan oleh luka di kepalanya, mungkin ada sesuatu yang membuat luka itu kembali terasa sakit,” jawabnya.“Apa itu berbahaya, apa Zayden akan baik-baik saja?” kali ini giliran Alya yang bertanya. Suaranya begitu bergetar, karena rasa kekhawatiran yang begitu besar pada putranya itu.“Saya rasa ini tidak akan berdampak buruk, wajar bagi pasien yang memiliki luka cukup parah di kepala untuk sesekali merasakan sakit kepala. Tapi, jika hal ini terus berlanjut di kemudian hari. Tentu saja harus ada penanganan,” jawab David.Mendengar semua penjelasan David, Aara semakin merasa bersa
Zayden kembali melepaskan paksa pelukan yang Naura lakukan padanya. Dia lalu memegang kedua bahu Naura, dan menatapnya dengan begitu dingin.“Tidak ada, aku tidak merasakan apa pun lagi. Karena seperti yang kubilang, itu hanyalah masa lalu. Jadi tolong pergilah!”Air mata Naura turun semakin deras, dia sungguh tidak menyangka jika Zayden akan melupakan seperti ini.Dia menunduk. “Baiklah, maafkan aku Zay. Karena aku telah menggangguku, dan membuatmu tidak nyaman. Tapi, aku merasa senang karena kita bisa bertemu lagi. Karena dengan begitu, aku bisa meminta maaf padamu.” Naura tersenyum, dan senyum itu tampak tulus.“Aku akan pergi, semoga kau selalu bahagia,” lanjutnya. Seraya menyeka air matanya, Naura pun melangkah keluar.Tampak Zayden yang langsung menarik nafasnya, dia lalu memegangi keningnya. Tapi syukurlah, masalah ini sudah selesai. Dan Naura tidak akan menemuinya lagi.Ya, ini semua sudah selesai. ‘Sekarang fokusku hanya kepada Aara dan calon anak kami. Aku akan berusah
“Zay,” ucap Naura yang baru saja dipersilakan masuk ke ruangan Zayden setelah mendapat izin darinya.Zayden pun mengangkat wajahnya, dia melihat Naura yang berdiri di depan pintu ruangannya.Entah kenapa, penampilan Naura saat ini mengingatkannya pada 10 tahun lalu. Dia tidak menyangka setelah selama itu, mereka akan bertemu lagi.Zayden lalu berdiri, keluar dari meja kerjanya menuju sofa. “Masuk dan duduklah,” ucapnya.“Silakan Nona,” ucap Sam yang kemudian memandu Naura untuk masuk dan duduk di sana.Sam kemudian membungkuk, dia keluar dari sana, memberi ruang untuk tuannya berbicara dengan tamunya ini.Tampak Zayden kemudian duduk, dia menatap Naura sebentar sebelum akhirnya dia pun membuka mulutnya.“Apa yang ingin kau sampaikan?” tanyanya.Naura yang tadi hanya menunduk, akhirnya mengangkat wajahnya itu. Kedua tangannya tampak saling meremas satu sama lain. Dia menelan salivanya, dengan air matanya yang tampak menetes.“Aku ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, tidak