Share

Bab 6. Hukuman

Author: Capucinno
last update Last Updated: 2025-03-05 09:26:25

“Rey!”

“Ya, Pak,” sahut Reynhart. Tak perlu dijelaskan, dia tahu maksud Teofilano ketika hanya menyebut namanya.

“Tolong!” jerit Viana.

Meski ada yang mendengar, siapa yang berani menolong?

Viana tidak percaya, kaki tangannya diikat, mulut dilakban, dan dimasukkan ke bagasi mobil Teofilano.

Ya, itu Teofilano lakukan agar tidak terulang kejadian kemarin. Gara – gara Viana, dia dan sopir pribadinya—Dion, di interogasi sampai beberapa jam di kantor polisi. Karena Viana memberi keterangan kepada polisi bahwa dia pembunuh yang memutilasi korbannya setelah diperkosa.

Viana menangis. Semakin benci kepada Teofilano.

“Ah!”

Viana kesakitan Teofilano membuka lakbannya kasar, “Tidak bisakah pelan-pelan?!”

Teofilano memiringkan kepalanya, menatap Viana. Baru kali ini ada karyawan yang berani kurang ajar padanya. Kalau bukan karena wajahnya mirip Lauren, sudah dia lempar ke hiu sejak detik pertama.

Bicara ketus memang sudah tabiat Viana.

Teofilano membuka tali Viana, “Turunlah!”

Viana emosi, menatap rumah 2 lantai bercat putih berpagar kaca pada balkonnya.

Ini adalah mansion Lauren. Setidaknya 2 kali Viana ke sini, untuk mengantar makanan. Biasanya, dia hanya berhenti sampai depan gerbang, tapi kali ini dia menginjakkan kaki di halamannya yang luas seperti lapangan basket.

“Selamat pagi, Pak Teo.”

Viana mendengar suara asisten rumah tangga dan sopir pribadi Lauren menyapa Teofilano secara bersamaan, tapi tidak menyapanya.

Tidak masalah. Viana juga tidak minta disapa.

“Ah!”

Viana terkejut Teofilano menarik sikunya dan melemparnya ke ruang tamu.

Andai bisa, Viana ingin membunuh Teofilano.

“Kamu tahu kenapa aku menyelamakanmu dari gantung diri?” tanya Teofilano.

Viana berdecih, “Kenapa, kenapa Bapak menyelamatkan saya?! Apa Bapak baru sadar terbongkarnya perselingkuhan Bapak bukan murni kesalahan saya?!”

Teofilano tertawa, sebenarnya geram teringat Lauren sudah tidak ada disisinya lagi. Geram juga, kalau dia terlambat sedikit saja, nyawa Viana melayang. Dia mendekati Viana hingga perempuan itu berpikir akan dicium, seperti kemarin.

“Bukankah sayang kecantikanmu ini disia – siakan?”

Viana meludahi Teofilano, “Berapa kali harus saya katakan, saya bukan pelacur!”

Tawa Teofilano semakin keras, seiring marahnya.

“Rumi!”

Teofilano memanggil asisten rumah tangganya. Tak lama, wanita berbobot 80 kg itu datang.

“Ya, Pak,” sahut Rumi, takut melihat kilat emosi di mata Teofilano.

“Mandikan dia! Dandani dia seperti Lauren dan semprotkan parfum Lauren padanya!”

Di depan cermin, Viana jijik melihat dirinya saat ini. Dia sudah seperti kembar identiknya Lauren.

Matanya yang tadinya coklat berubah menjadi hijau, berkat soflenz. Rambutnya yang hitam lurus juga sudah berubah menjadi golden dan bergelombang karena Rumi mengecatnya.

Rumi belum usai memasang kutek di kaki Viana, “Bapak kayaknya suka sama Non Viana.”

Viana berdecih, “Jangan membuatku ingin muntah.”

“Serius Non. Bi Rumi tahu banget Bapak itu orangnya kayak apa. Nyonya Lauren, dan semua kita bawahannya nggak ada yang berani kurang ajar ke Bapak. Jangankan meludahi wajah Bapak seperti yang Non lakukan, bicara saja kita hati – hati. Tapi Bapak gak bunuh Non Viana, apa namanya kalau bukan suka?”

Bukannya suka, Viana malah makin jijik mendengar analisa Rumi.

“Bi, pliss! Aku gak mau dengar tentang dia lagi!” tegas Viana.

Pukul 4 sore Rumi baru usai menyulap Viana menjadi Lauren versi muda.

Rumi memandangi Viana, “Sebenarnya, kalau Bi Rumi boleh berpendapat, Non Viana jauh lebih cantik kalau nggak pakai make up. Entah kenapa Bapak suruh Bi Rumi mendadani Non seperti Nyonya, jadi lebih tua sekarang.”

Usia Viana saat ini 20 tahun, sementara Lauren 27 tahun. Saat memakai make up bold, Viana memang mirip Lauren.

Viana terpaksa memakai make up bold saat bekerja. Karena menurut aturan pemerintah, usia minimal boleh bekerja di club malam adalah 21 tahun. Sementara usianya baru 20 tahun. Jadi, hanya Diky—orang yang membawa Viana bekerja di KIC dan HRD yang tahu usia aslinya.

Dan semalam, Teofilano melihat versi aslinya itu. Viana memang jauh lebih baby face saat tidak pakai make up.

“Masih lama, Bi?” tanya Viana.

Bukannya ingin cepet – cepet bertemu Teofilano, tapi ini jamnya dia pulang kerja. Dia takut dicari suaminya.

Rumi puas melihat hasil nail artnya di kuku kaki dan tangan Viana.

“Nggak Non, tinggal parfum aja.”

Rumi menyemprotkan parfum Lauren ke tubuh Viana. Mulai dari belakang telinga, leher, bahu, belahan dada, siku depan, nadi, pusar, lutut belakang, betis, terakhir pergelangan kaki.

Viana melepas soflens dan menghapus semua make upnya,  sesaat setelah Teofilano mengunci pintu kamar, “Saya bukan Lauren!”

“Kalau Bapak butuh Lauren, susul aja di ke negaranya atau cari wanita yang mau Bapak dandani se—"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 185

    Pagi ini Teofilano heran, ketika bangun tidur Viana sudah tidak ada di sampingnya. Dia cari kebawah pun tidak ada. Dan tidak ada yang tahu kemana perginya, yang pasti keluar bersama bodyguardnya.‘Tumben gak pamit ke aku?’ batin Teofilano sembari meraih ponselnya dari saku saku celana.Dia menelpon Viana, panggilannya masuk namun hingga tak dijawab. Tak mau membuang waktu, dia menghubungi bodyguard Viana. Rasa herannya berubah menjadi geram. Tak satupun yang mengangkatnya.Akhirnya telpon bodyguard bayangan Viana yaitu anak buahnya yang Viana angkat jadi mata-mata ketika dia pura-pura jadi Devil.“Ke psikiater?” tanya Teofilano, heran.“Ya, Pak.”“Sejak kapan dia ke psikiater?”“Kalau saya tahunya sejak Ibu kembali ke Triodes,” kata Z1“Ok, Z1. Kirimi aku lokasinya.”2 jam kemudian Teofilano tiba di lokasi. Sengaja dia parkir agak jauh, sebab mobil Viana masih ada di depan tempat praktek.Teofilano tidak bisa menjawab pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Selama ini Viana selalu

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 184

    “Pernah dengar aja,” dusta Viana. “Oh ya kapan aku bisa pulang?” Viana tidak betah berada di rumah sakit.“Setahun lagi.”Viana menyesal bertanya ke Mr Fox. Entah kenapa pria itu terlihat sebal dari tadi. Namun Viana sedang malas bertanya.“Aku ingin menemui suamiku.” Viana menatap mereka bergantian, namun tak ada yang menjawab. Akhirnya Viana berusaha turun dari tempat tidurnya.“Nyonya, anda belum bisa menemuinya,” cegah Alvin, berusaha sabar bila Viana dalam mode kekanak-kanakan seperti ini. Namun bukan Viana jika tidak keras kepala.Terpaksa malam itu juga mereka mengantar Viana ke kantor polisi. Sebenarnya datang ke kantor polisi juga tidak bisa sembarangan. Karena Viana sudah seperti anak kecil, Mr Fox dan Alvin mau tak mau meloby penjaga.Tangis Viana pecah ketika melihat suaminya muncul. Viana segera minta peluk Teofilano dan itu membuat Mr Fox ingin muntah. Dia kesal melihat Viana sebucin itu dengan Teofilano. Padahal Teofilano itu brengsek, punya banyak wanita.“Aku gak mau l

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 183

    Teofilano tidak segera membuang pistolnya. Dia ingin memastikan satu hal. “Dimana dia?”Tiger menoleh ada buahnya. Tak sampai 1 menit Teofilano melihat Viana berada di toilet hotelnya.“Aku ingin anak buahmu pergi,” pinta Teofilano, yang langsung dituruti Tiger.“Aku sudah menuruti permintaanmu, sekarang buang senjatamu,” ulang Tiger, tidak sabar ingin menghabisi Teofilano.“Berjanjilah padaku, masalah kita selesai sampai disini. Selamanya kau tidak akan menganggunya.” Kata Teofilano sebelum membuang pistolnya.Tiger keberatan, karena dia juga ingin membalas perbuatan Viana. Tapi jika menolak permintaan Teofilano, takut dia yang mati hari iniTiger memutuskan seperti rencana awal. “Viana pernah menancapkan pulpen ke punggung Cintya. Asal kau ijinkan aku membalasnya hari ini, aku tidak akan menganggunya.”Teofilano menulikan telinga ketika Tiger memberi perintah kepada anak buahnya. Namun jerit Viana menyayat hati. Sebagai suami, dia merasa gagal melindungi istrinya.Tapi tidak ada pil

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 182

    Teofilano tetap menelpon Viana meski sudah sampai tempat persembunyiannya. Dia turun dari mobil. Memasukkan ponsel ke dalam saku kemeja hitamnya sementara earphone wireless terselip pada telinganya.Bagi Teofilano, Viana bukan hanya sekedar perempuan yang dia cintai. Tapi lebih kompleks. Viana penyelamat sekaligus anak pembunuh orang tuanya. Ah, tentu saja juga karena Viana cantik dan kaya, meskipun ada hal yang tak dia sukai dari perempuan itu.Tapi tak ada manusia sempurna kan?Sejujurnya, dari ketiga istrinya, yang mendekati sempurna adalah Cintya. Cantik, seksi, pintar, kaya dan tak perlu diragukan kemampuannya sebagai mafia. Cintya adalah pasangan yang paling sepadan dengannya, termasuk dalam hal bela diri.Sayang, Cintya pernah ditiduri ayahnya dan tak punya rahim. Sehingga dia membuat perjanjian sebelum menikah bahwa tidak akan ada sentuhan fisik diantara mereka. Tapi sebagai gantinya, dia akan membantu Cintya balas dendam ke ayahnya dan memberi perempuan itu banyak uang.Kare

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 181

    Teofilano senang kala itu pernah berbincang dengan Tuan Alexander Jho, ternyata alasan pria itu mau menghapus data Viana dari bumi Triodes karena Gabriella adalah kekasihnya! Sayang hubungan mereka harus kandas karena Gabriella direbut Nit King.Wajah Viana yang mirip Gabriella King itulah yang membuat Tuan Alexander Jho menganggap Viana seperti anak sendiri, karena seperti melihat Gabriella dalam diri Viana. Itulah yang dia manfaatkan.Awalnya dia ragu dan ingin menyuruh anak buahnya yang di Triodes menjemput Viana di hutan. Ternyata keputusannya untuk menitipkan Viana ke Mr Fox dan ayahnya, tepat.“Bapak belum menjawab pertanyaanku.” Viana membuyarkan lamunan Teofilano.“Yang mana?”“Yang tadi, pas aku baru datang. Gimana Bapak bisa selamat dari pembakaran itu?”Teofilano tampak berpikir. Sebenarnya dia tidak mau membahas pekerjaannya dengan Viana. Karena jika Viana tahu, mungkin akan takut padanya atau bahkan menyuruhnya berhenti jadi mafia.“Rahasia,” kata Teofilano, tetap pada pe

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 180

    Meskipun hubungan Viana dengan anak buah Teofilano kurang begitu baik, mereka tidak melarang Viana datang ke mansion, KIC atau tempat manapun milik Teofilano. Karena pada dasarnya mereka menerima Viana sebagai wanitanya Teofilano tapi menolak perempuan itu menjadi penerus Teofilano.Alasannya, mereka merasa Viana tak punya kemampuan memimpin organisasi, selain mereka sendiri haus jadi pemimpin.Karena itu, Viana juga tahu diri. Setelah mendengar saran dari Mr Fox, Viana memutuskan bukan anggota silent killer.Pukul 5 sore ketika mobil sedan warna hitam metalik keluaran terbaru milik Viana tiba di King Palace Hotel. Seperti biasa, diluar urusan kepemimpinan tadi, mereka tidak ada masalah dengan Viana. Hubungan mereka hangat seperti sedia kala karena Viana tidak berambisi menjadi pemimpin.“Nyonya yakin tidak mau temani?” tanya Alvin, kuatir.“Tidak perlu, Alvin. Mereka akan menjagaku dengan baik.”“Baik, Nyonya. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi saya. Saya ada di parkiran.”“Kamu pu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status