Share

Terjebak Perjodohan
Terjebak Perjodohan
Author: Iyan wiyanti

Diandra

***

9-April-2020

Lumpuhkanlah ... ingatanku, hapuskan tentang dia ... 

Hapuskan memoryku tentangnya  ... 

Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia, ku ingin ku lupakannya ...

_______________________________________________

Fay langsung menyetop lagu sebelum bait reff selesai. 

Dia lalu menghampiri Diandra yang sedari pagi masih saja bersembunyi di balik selimut sambil menikmati alunan lagu Geisha --Lumpuhkan Ingatanku.

"Andra, kok masih aja tiduran, sih? Malam ini kita 'kan udah ada janji mau makan di luar sama Ardi, dia udah nunggu di depan, tuh," teriak Fay sahabat Diandra dengan suara khasnya yang melengking.

Diandra yang mendengar teriakan Fay seketika langsung menutup kedua telinga dengan tangannya.

"Apaan sih, Fay? Berisik, ah," sungut Diandra yang masih berada di balik selimut.

"Kamu tuh yang berisik, Ndra. Lagian ngapain sih, tiap hari dengerin lagu itu terus?" Tanya Fay protes dengan suara yang semakin meninggi, tapi Diandra nggak menggubrisnya sedikitpun.

"Kamu masih belum bisa move on ya, dari Reggie?" tanya Fay lagi.

"Pikir aja sendiri!" Jawab Diandra ketus seraya beranjak dari tempat tidur, kemudian berlalu meninggalkan Fay tanpa sedikitpun melihatnya dan langsung masuk ke kamar mandi.

"Ih ... kok malah kabur sih, Ndra? Kamu mau ikut, nggak?" Fay kembali berteriak, berharap agar suaranya terdengar oleh Diandra yang sudah mendekam di kamar mandi.

"Nggak," teriak Diandra singkat dari dalam kamar mandi.

"Kenapa, sih?" Tanya Fay lagi dari depan pintu kamar mandi.

"Nggak ..  ya nggak. Aku lagi nggak pengen kemana-mana," jawab Diandra yang membuat Fay kecewa dan manyun.

Setelah mendengar jawaban Diandra, Fay langsung beranjak pergi dari kamar sahabatnya itu sembari menggelengkan kepalanya dan menepuk keningnys sendiri, kemudian kembali menemui Ardi.

*****

Setelah selesai mandi dan ganti baju, Diandra malah langsung merebahkan diri lagi di tempat tidur. Masih dengan posisi yang sama seperti sebelumnya, kemudian dia ambil earphone dan kembali mendengarkan alunan lagu Geisha.

🎶

Jangan sembunyi

Ku mohon padamu jangan sembunyi

Sembunyi dari apa yang terjadi

Tak seharusnya hatimu kau kunci

Lumpuhkanlah ingatanku

Hapuskan tentang dia

Hapuskan memoriku tentangnya

Hilangkanlah ingatanku

Jika itu tentang dia

Ku ingin ku lupakannya

🎶

Di sela-sela alunan lagu itu, pikiran Diandra melayang memikirkan seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya. Raganya memang sedang terbaring, tapi tidak dengan jiwa dan isi kepalanya.

Reggie Kaivan ... nama itu yang menjadi hantu disetiap waktunya.

Dirinya pernah berniat melupakan pria itu. Ingin berpaling dari kenangan indah di masa lalu bersamanya dan menghapus semua ingatan tentangnya. Namun ... semakin itu dia lakukan, hatinya seakan teriris. Perih.

"Ternyata tak semudah itu bunuh diri. Ya, bunuh rasa yang udah terlanjur hadir dan mulai bersemi dalam diri," batin Diandra.

Waktu yang terus menggulung pagi, menyadarkannya dalam lamunan. Lamunan akan indahnya saat-saat bersama kekasih hatinya. Semilir angin yang menerpa dedaunan, seolah mengantarkan lamunan pada kenangan masa silamnya. Kenangan yang seolah enggan untuk enyah dalam ingatannya meskipun hanya sedetik.

Berulang kali dia mencoba menghapus semua ingatan akan kenangan bersama kekasihnya dulu, tapi tetap saja rasa yang terlanjur tersimpan di hatinya tak bisa terhapuskan. Bahkan sampai saat ini, rasa itu tetap terpatri di dalam hati dan jiwa Diandra.

"Dirimu seolah enggan berlalu dari pikiranku. Seperti eratnya mentari yang memeluk semestanya tanpa ada rasa lelah untuk terus menyinari," gumam Diandra lirih.

Kehadiran Reggie memberikan segala rasa bagi Diandra. Rasa cinta, senang, bahagia, sakit, sedih dan kecewa bercampur menjadi satu rasa yang hadir dalam jiwa.

"Aku tahu, bahwa aku sudah dipilihkan jodoh oleh orangtuaku dengan orang lain.  Mengapa Tuhan mempertemukan kita dalam keadaan yang sangat sulit dan rumit. Hingga kita berdua terjebak dalam satu hubungan yang seharusnya tidak terjadi," lirihnya lagi seraya meneteskan air mata yang tanpa disadarinya telah menganak sungai di kedua pipinya. Menciptakan ceruk yang semakin dalam di dasar hatinya.

Tapi apalah daya. Jarinya bak ranting yang di paksa menari oleh badai. Hatinya seperti daun yang terus digetarkan oleh amukan angin. Otaknya laksana akar yang mulai goyah dan tak lagi mampu mencengkram tanah, dan badannya adalah batang yang sesaat turut meliuk mengikuti mabuknya diri dengan rasa pada hati yang tepat diwaktu yang salah.

Dia tak lagi berkuasa atas takdir dan tak pula mampu memaksa takdir. Semua kesadaran pun sirna seketika saat dirinya berusaha melawan rasa yang mendera.

"Aku tak peduli lagi. Aku hanya menikmati yang Tuhan beri saat ini, dengan menyisihkan sebuah tempat di hatiku untuk namamu. Dan masa bodoh dengan celaan atas perbuatanku itu, yang ku tahu hanyalah kini dirimu adalah bagian dari duniaku. Ya .. dunia hingar bingar rasaku karena hadirmu." Lagi-lagi Diandra bergumam pada dirinya sendiri.

"Dan di saat keheningan malam mulai datang, saat itu pula lah rindu dan segala rasa selalu dan terus menyapaku tanpa mengenal waktu. Aku sangat merindukanmu, rindu saat kamu berbicara, 'Kamu berbeda, Diandra. Karena itu aku harus memperlakukanmu dengan istimewa' disertai dengan jemari yang menggenggam pelan namun dalam. Bak pena yang menancap pada secarik kertas guna membubuhkan tintanya. Bak kuas yang menari bebas pada kanvas dengan menghempas ribuan warnanya. Aku merindukanmu, Reggie Kaivan," lirih Diandra dalam sudut kamarnya.

Untuk kesekian kalinya dia berbicara sendiri. Tanpa dia sadari, di balik pintu ada sepasang anak manusia yang menguping percakapan Diandra yang terus berbicara pada dirinya sendiri seperti orang yang sudah kehilangan kewarasannya. 

Mereka adalah Ardi dan Fay yang sedari tadi menunggunya di luar pintu kamar Diandra. Mereka hanya bisa terdiam tatkala mendengar celotehan sahabatnya yang sedang di landa rindu pada orang yang salah, sehingga membuat otak Diandra seolah geser dari tempatnya. .

Wajah mereka berdua seketika berubah sendu, karena merasa iba sekaligus asihan pada sahabatnya yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya yang menghilang di telan waktu.

"Sekarang, apa yang harus kita lakukan Di? " Tanya Fay lirih. 

"Tak ada, kita tak tak bisa lakukan apapun lagi untuk saat ini, kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya," Jawab Ardi yang tak kalah lirihnya menahan sesak di dada saat mengingat kisah cinta sahabatnya yang sudah dia anggap seperti adik kandungnya. 

Didalam kamar Diandra, masih terdengar alunan lagu Geisha yang di terus di putar berulang kali, dan celotahan Diandra yang terus bergumam seorang diri, menambah pilu bagi siapapun yang mendengarnya. 

Tanpa di sadari, pipi mungil Fay telah basa oleh air mata yang entah sejak kapan mengalir membasahi kedua pipinya, sampe membuat wajah ayunya menjadi sembab. 

Sahabat mana yang tak ikut terluka saat sahabatnya mengalami hal yang sangat memilukan, apalagi soal cinta? 

"Kita tunggu dulu disini ya Di, aku ga tega ninggalin dia," pinta Fay yang langsung di anggukan oleh Ardi sebagai tanda setuju. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status