Share

Semakin Dekat

***

Setelah pertemuan pertama mereka di toko buku favorit, Diandra jadi makin getol berkunjung dan berlama-lama di toko buku itu.

Entah apa yang Diandra lakukan di dalam sana, yang jelas dia sengaja berlama-lama baca diruangan khusus pembaca di gedung itu.

Harapannya cuma satu, dia berharap bisa bertemu lagi dan lagi dengan manager cool tapi manis kaya gulali itu.

Dan harapannya selalu terwujud.

Manajer itu selalu menemuinya dikala waktu senggangnya.

"Ehem ... kamu lagi apa? serius amat?" Celetuk Reggie dari arah sebrang meja yang Diandra duduki.

"Hah...? eh... anu pak.. eh bang, aku lagi belajar nulis nih, hehe...." jawab Diandra yang terkejut.

Dia lagi serius mengerjakan sesuatu di laptop kesayangannya yang menjadi hobi barunya itu.

"Belajar nulis? maksudnya kamu lagi belajar nulis tentang apa?" Tanya Reggie penasaran dan dia langsung duduk dihadapan Diandra yang hanya dibatasi meja kecil.

"Ini," jawab Diandra singkat sambil mengeser laptop berlogo gambar apel bekas gigitan separo itu.

Dengan penasaran Reggie pun segera meraih laptop tersebut dan membaca apa yang Diandra tulis disana.

"Waaahh... ini keren, kamu ada bakat menulis, kembangkan bakatmu agar kamu menjadi penulis terkenal!" Seru Reggie sangat berbinar ketika membaca hasil karya Diandra yang baru seperempat jadi itu.

"Ah ... abang terlalu memuji, aku baru belajar ko bang, masih banyak yang harus aku pelajari," jawab Diandra tersipu malu. 

Tanpa ia sadari, diam-diam Reggie memperhatikan tingkah Diandra yang membuatnya salah tingkah tersebut.

Senyum Reggie pun mengembang, tatkala dia melihat ada semburat merah merona di pipi Diandra.

Reggie terus memperhatikan Dindra yang berusaha membuang senyumannya, dengan pipi yang masih memerah, Reggie sangat menyukai semburat itu yang terlihat jelas di wajah Diandra.

Dalam benak Reggie terbersit rasa ingin menggoda Diandra.

"Kamu belum makan ya? sepertinya kamu laper tuh," tanya Reggie tiba-tiba.

"Hah? ngga ko, aku sudah makan bang," jawab Diandra apa adanya.

Ada rasa malu dalam dirinya, takut perutnya bunyi keroncongan tanpa dia sadari, padahal beneran dia sudah makan.

"Lalu... kenapa gambar apel yang ada di laptop kamu digigitin separo? Pasti karna kamu kelaperan kan?" Goda Reggie lagi sambil menggigit bibir bawahnya menahan tawa.

"Eh...?"

Dengan segera Diandra membalikan laptopnya.

Disana dia baru menyadari bahwa Reggie hanya mengerjainnya.

"Ih...abang mah, gitu," rengut Diandra pura-pura marah padahal menahan malu.

Semburat dipipi Diandra semakin memerah hampir semua diseluruh wajahnya, dan mulai berubah merah semua.

Sementara Reggie semakin gemas saja melihatnya.

"Perasaan ruangan ini memakai AC, hawanya pun dingin, tapi kenapa wajah kamu mateng sekali ya?" lanjut Reggie semakin gencar menggoda Diandra yang sedang kepayahan mengontrol emosi dalam permainan yang Reaggie ciptakan. 

"Aaaabaang... ih, udah dong ledekin akunya," seru Diandra merasa gemas dengan sikap Reggie yang hampir merobohkan pertahanannya yang sedang mencoba menjadi wanita yang kemayu di depan Reggie.

"Hehe ... maaf, aku suka melihat semburat wajahmu yang memerah seperti senja yang berubah menjadi jingga saat akan terbenam," ucap Reggie lembut, disertai senyumannya yang menawan.

"Ah... abang bisa aja, udah sih jangan bikin aku..." ucap Diandra terjeda, dia tidak melanjutkan kata-katanya yang keburu didera rasa malu.

"Bikin apa coba? baper ya?" Goda Reggie sambil menyolek hidung mancungnya Diandra dengan refleks.

"Isshh .. abang nih, ga sopan tau colak colek," gerutu Diandra pura-pura manyun padahal hatinya sedang jungkir balik.

benih-benih asmara pun mulai tumbuh di antara keduanya tanpa mereka sadari.

Ada debaran halus yang perlahan-lahan menyelinap kedalam hati, di saat sama-sama saling melempar pandangan dan senyuman.

"Emm.. aku boleh minta nomer Whatsap kamu ga?" celetuk Reggie membuyarkan lamunan Diandra yang sedang melayang entah kemana.

"Boleh, tapi buat apa?" tanya Diandra mencoba sedikit tahan harga dan pura-pura tidak mengerti atas permintaan Reggie.

Terlihat jelas, perilaku kikuk dan salah tingkah, namun tak lama berhasil mengontrol dirinya agar tetap terlihat biasa saja dan berwibawa.

"Kamu kan lagi belajar nulis, kebetulan aku buka les privat tentang kepenulisan, jika kamu senang, aku bisa ngajarin kamu biar lebih berkembang bakatnya," Tawar Reggie mencoba mencari cara agar tak terlihat bahwa itu hanya modusnya saja. 

"Sekalian aku les Privatin hati kamu," gumam Reggie dalam hati.

"Waah serius? Abang mau ngajarin aku menulis?" Seru Diandra setengah bersorak.

"Iya serius," jawab Reggie singkat, sambil terus tersenyum.

Diandra bersorak kecil, rasanya ingin sekali Diandra salto, namun segera ia kuasai agar tak terlihat aneh di depan Reggie. 

Padahal sedang berada di keramaian, saking kegirangannnya, kalo saja di kamar tidurnya, mungkin Diandra sudah guling-giling di balik selimut seperti dadar gulung.

Tapi ini di tempat umum, depan Reggie pula, mana mungkin dia lakukan itu, nanti dikira kurang waras dan membuat Reggie menjadi ilfil.

"Aku pikir kamu akan salto, setelah mendapatkan nomer whatshapku," goda Reggie cengengesan seakan memahami dan mendengar sorak sorai yang bergemuruh dalam hati Diandra.

"Pengennya sih gitu bang, tapi malu, takut dikira kehabisan obat," sahut Diandra mulai maladeni candaan Reggie.

Merekapun tertawa bersama di pojok ruangan.

Reggie seolah lupa, bahwa disini mengelola dan mengembangkan Book store yang menjadi tugasnya, bukan malah menggoda gadis tomboi yang membuat hatinya menjadi berdebar debar.

"Ehem ... ehem ... pantesan aja kamu sering ngilang Ndra, sampe puas kami mencarimu disegala penjuru, ternyata malah mojok disini," celetuk Ardi yang sudah menggeser kursi di sebelah kanan Diandra secara tiba-tiba.

Entah dia datang dari mana asalnya, tiba-tiba muncul ada disini bersama Fay yang mengambil posisi duduk di kursi sebelah kiriku.

Kebetulan meja ini yang terletak di pojokan dan menjadi tempat terfavoritku memilik 4 kursi disetiap sisi mejanya.

"Eh ... kalian, ngagetin aja deh, tiba-tiba muncul kaya hantu," celetuk Diandra yang memang merasa kaget dengan kehadiran mereka yang secara tiba-tiba.

"Kamu pikir kami berdua ini jelangkung, yang datang tanpa di undang, kalo pulang wajib di anterin?" Sungut Fay menggerutu kesal dibilang hantu oleh Diandra.

"Tau nih, mentang-mentang nemu mangsa empuk, lupa sama kita-kita," sahut Ardi sambil manyun.

"Apaan sih kalian berdua, dateng-dateng pada ngambek, aku disini lagi belajar menulis sebuah karya, lagi di ajarin sama bapak manajer baik yang ada di depan aku, siapa tau nanti aku jadi penulis terkenal," kilah Diandra mencoba menjelaskan pada kedua sahabatnya.

Sementara Reggie hanya mengangguk memberi hormat pada kedua sahabat Diandra sambil terus mengembangkan senyum.

"Duh senyumannya, ngembang mulu dari tadi, kalo balon udah terbang kali ya?" batin Diandra merasa sangat gemas melihat Reggie yang terus tersenyum.

"Aamiinn...!" Seru kedua sahabatnya secara bersamaan sambil menengadahkan tangan ke atas dengan suara yang sangat keras.

Pluukk...!

Sebuah buku mendarat tepat di meja kami yang dilempar seseorang.

"Woy... berisik...!" Seorang pengunjung yang sejak tadi sibuk dengan laptop dan bukunya, entah apa yang dia kerjakan merasa terganggu dengan kegaduhan yang diciptaan kedua sahabat Diandra.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status