Share

2| Apakah Sienna Adalah Simpanan Presdir?

“Dokter Sienna?” panggil Viola.

Sienna yang baru saja selesai menjadi dokter pendamping untuk operasi transplantasi hati menatap Viola. “Ya, sus?”

“Dokter dicari oleh Bapak Dirut di ruangannya,” kata Viola lagi.

Sienna menganggukkan kepalanya dan berterima kasih dengan perawat itu. Ia melihat jam pada ponselnya. Masih ada tiga puluh menit sebelum dirinya mengikuti dokter utama untuk melakukan visit kepada para pasien. Seharusnya, ia menggunakan waktu tiga puluh menit itu untuk makan siang, tidur dan menyikat giginya. Namun, ia memutuskan untuk menemui direktur utama rumah sakit ini.

Di belakang Sienna, Viola menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Enggak. Enggak mungkin. Aku yakin dokter Sienna bukan tipe cewek simpanan..”

“Tapi dokter Sienna cantik, badannya bagus dan masih muda,” jawab Annisa dari belakang.

Viola dan Annisa saling pandang, kemudian mereka memutuskan untuk tidak membahas hal itu lagi.

Sementara itu, Sienna berbelok ke arah lift dan menekan nomor lantai paling tinggi dari gedung rumah sakit ini. Dalam diam, ia merasakan jantungnya yang berdebar kencang.

Sesampainya di dalam ruangan itu, ia melihat seorang pria tua berusia hampir tujuh puluh satu tahun yang sedang duduk di sebuah meja kerja. Pria tua itu tersenyum ke arahnya, membuat Sienna juga mau tak mau tersenyum.

“Kamu benar-benar tidak mau pulang ke rumah?” tanya direktur utama ini.

“Aku sibuk, Pa,” jawab Sienna sambil berjalan menghampiri ayahnya yang sudah berdiri.

Tanpa siapapun ketahui, Sienna adalah putri dari pemilik rumah sakit ini. Putri yang tidak pernah dipublikasikan semenjak kelahirannya. Putri hasil dari hubungan gelap antara sang direktur utama dan seorang wanita.

“Papa sudah meminta kamu untuk masuk ke bedah saraf daripada bedah umum. Sangat sedikit residen yang memilih bedah umum di rumah sakit kita dan kamu harus bekerja lebih banyak karena kekurangan residen,” kata Anthony Darel Wibowo.

“Kalau aku enggak masuk ke bedah umum, siapa lagi yang akan memilihnya, Pa?” tanya Sienna sambil memeluk ayahnya.

Tidak ada yang tahu kalau ia bekerja di rumah sakit milik ayahnya sendiri, karena itu adalah janjinya kepada ketiga kakaknya. Bahwa dirinya harus merahasiakan semua ini jika ingin bekerja di Mount-Sien Medical Center. Ini adalah satu-satunya cara agar ia bisa lebih dekat dengan ayahnya.

“Ada apa, Pa?” tanya Sienna.

Mereka sudah duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

“Kamu sudah tumbuh menjadi seorang wanita tangguh dan cantik,” kata Anthony. “Papa sangat menyayangi kamu. Kamu adalah anak Papa yang mengingatkan Papa pada wanita yang sangat Papa cintai di dunia ini.”

Anthony memang sangat mencintai mendiang ibu Sienna, meskipun usianya jauh lebih muda darinya. Walau kini wanita yang sangat ia cintai itu sudah tiada, namun ia bahagia karena memiliki seorang putri yang sangat mirip dengan wanita yang sangat ia cintai itu.

“Dan Papa semakin tua seiring aku yang semakin dewasa. Makanya Papa harus jaga kesehatan,” jawab Sienna dengan senyumannya.

Ketika mereka sedang bicara, pintu ruang kerja Anthony terbuka, menampakkan ketiga putranya yang masuk beriringan. Ia memang mengundang semua anaknya. Namun, ketiga putranya itu menghentikan langkah ketika melihat keberadaan Sienna.

“Masuk,” kata Anthony.

Theodore, Tammy, dan Vrederick kembali melangkah, namun tatapan mata mereka terlihat tidak suka dengan keberadaan Sienna. Seolah-olah Sienna tidak berhak berada di antara mereka semua.

“Aku yakin kalau Papa mengirimi kami pesan yang menyatakan kalau Papa akan membahas sesuatu dengan anak-anak Papa. Hanya anak Papa, tidak dengan dokter di rumah sakit ini,” kata Theodore, anak tertua Anthony.

Wajah Anthony langsung berubah dan ia menepuk punggung Theodore yang duduk di sebelahnya. “Kamu tidak tahu kalau semua yang ada di sini adalah anak Papa?”

“Aduh!” ringis Theodore.

“Pa,” kata Tammy, yang hanya menyandarkan tubuhnya sambil melihat kuku tangannya yang kini berwarna biru tua. Lalu, ia mengalihkan perhatian kepada Sienna yang duduk dengan kaku. “Dia sudah berjanji untuk menjadi staf rumah sakit saja supaya bisa kerja di sini.”

“Kalian tidak akan mendapatkan warisan Papa sedikitpun kalau memperlakukan Sienna seperti ini!” decak Anthony.

Semua anak lelakinya itu diam, karena mereka tidak ingin kehilangan warisan darinya. Hanya satu hal yang bisa membuat tiga anak lelakinya itu duduk diam di hadapan putri bungsunya. Warisan.

Anthony kembali menghela napasnya. “Satu minggu lagi adalah hari ulang tahun Papa yang ke tujuh puluh satu. Papa ingin merayakannya dan mengundang semua orang yang Papa kenal. Jadi, Papa harap kalau Sienna bisa hadir. Sebagai putri Papa.”

“Pa. Semua orang akan terkejut kalau tiba-tiba Papa memperkenalkan dia sebagai anak Papa. Harga saham pasti akan menurun. Sekarang rumah sakit kita sedang berada di puncak keberhasilannya,” Vrederick tentu saja tidak akan membiarkan nilai saham rumah sakit mereka terancam hanya karena adik yang tidak pernah mereka inginkan itu.

“Kalian tidak tahu bagaimana Papa menahan rasa bersalah di usia ke tujuh puluh satu! Papa tidak mau tahu. Kalian semua harus datang,” kata Anthony. Kemudian, ia menatap Sienna dengan tatapan lembut. “Terutama kamu, sayang. Kamu tidak perlu takut dengan Kakak-kakak kamu. Papa akan mengusir mereka jika mereka menghalangi kamu untuk datang.”

Mau tak mau, Sienna tersenyum. Sementara ia bisa mendengar suara helaan napas tidak setuju dari ketiga kakak tirinya itu. Ia tahu kalau ketiga kakaknya tidak bisa melakukan apapun jika itu sudah menjadi keputusan ayah mereka.

“Dia tidak akan datang,” kata Tammy. “Ya, kan, woman?”

Sienna yang merasa kalau kakak keduanya itu sedang bertanya kepadanya hanya menggeleng. “Aku akan datang di pesta ulang tahun Papa.”

Sienna tahu kalau apa yang ia katakan pasti akan membuat ketiga kakaknya marah. Namun, untuk kali ini, ia sangat ingin menghadiri pesta ulang tahun ayahnya. Ia juga ingin merayakannya bersama dengan orang lain.

Untuk pertama kalinya dalam dua puluh lima tahun, ia ingin bahagia bersama ayahnya.

***

“Kenapa kamu hanya menyenangkan wanita dengan jari-jari kamu?” tanya seorang wanita yang Sean lupa siapa namanya.

Ia kembali membawa seorang wanita yang ia temui di salah satu klub malam ke apartemennya. Sekarang sudah pukul sebelas malam, waktu yang sangat sesuai untuknya menghabiskan waktu dengan seorang wanita.

"Hm?" tanya Sean. "Seharusnya kamu tidak menanyakan hal ini kepadaku."

Selama ini, hal yang tidak pernah siapapun ketahui adalah, bahwa ia tidak pernah berusaha untuk menggoda wanita. Ia hanya memberikan kepuasan bagi wanita yang menggodanya.

Sean tahu kalau wanita itu akan segera mencapai puncaknya. Namun, ia tidak akan memberikan hal itu, karena ia langsung mengeluarkan jemarinya dan membuat wajah penuh gairah wanita itu berubah menjadi raut kecewa.

"Kenapa?" tanya wanita itu.

"Apa yang kenapa?" Sean tersenyum.

Sean yang sedari tadi menindih tubuh wanita itu akhirnya merubah posisinya menjadi berbaring di sisi lain ranjang. Ia akan berdiri, namun wanita itu tentu saja tidak akan membiarkan dirinya merasa kecewa seperti ini. Wanita itu menindih tubuh Sean, membuat dada mereka berhimpitan.

“Hm?” tanya Sean. Dengan mata seksinya, ia menatap mata wanita yang berusaha untuk terlihat merajuk itu. “Aku tidak memberikan kamu kepuasan karena kamu sudah menanyakan hal itu.”

“Aku cuma mau tau,” kata wanita itu. Ia menyentuh bibir Sean dengan jemarinya, berusaha untuk membangunkan sisi pria Sean. “Aku enggak akan menanyakannya kalau kamu enggak suka.”

Tangan wanita itu beralih ke bagian bawah tubuh Sean, ke pusat sensitif pria itu. Namun, Sean menahan tangan wanita itu ketika wanita itu sudah menggenggamnya. “Aku juga tidak mengizinkan kamu untuk menyentuhku.”

Wanita itu melepaskan genggamannya pada titik sensitif milik Sean, dan akhirnya mencium bibir pria itu, yang ternyata disambut dengan baik. Sean adalah seorang pencium yang handal, dan bisa membuat lawannya terbang seketika dengan ciumannya.

“Please,” kata wanita itu, sambil mengarahkan jari tangan Sean ke arah titik sensitif tubuhnya. “Please. Aku akan patuh dan tidak akan menanyakan apapun.”

Kini, Sean kembali menindih tubuh wanita itu. “As you wish.”

Kemudian, Sean langsung memasukan tiga jarinya, membuat wanita itu tersentak karena merasa sangat penuh.

“Sean–” kata wanita itu.

“Kamu bisa meneriakkan namaku,” kata Sean.

Dengan cepat, wanita itu mencapai puncaknya, dan Sean menggerakkan jemarinya, agar wanita itu bisa menikmati sisa puncaknya. Ketika Sean akan berdiri, wanita itu mengalungkan lengannya ke leher Sean dan kembali mencium bibir Sean.

“Aku akan berusaha supaya kamu mengizinkan aku untuk menyentuh kamu,” kata wanita itu.

“Aku yang memilih siapa yang bisa menyentuhku,” jawab Sean yang mengikuti keinginan wanita ini. Ia memperdalam ciumannya, dan bisa merasakan kalau wanita ini kembali menginginkan jemarinya berada di dalam tubuh wanita ini.

Ketika ciuman mereka semakin lama, Sean mendengar suara deringan telepon, membuatnya langsung bangkit, karena dari nada deringannya, ia tahu siapa yang menelepon.

“Apa?”

“Sekarang mau hujan. Aku takut naik ojol karena udah malem..”

Biasaya Sean akan marah-marah jika Sienna mengganggu waktunya seperti ini. Namun, ia terdiam ketika wanita itu mengatakan kalau sekarang akan hujan.

“Tunggu di sana. Lima menit–” kata Sean dan melihat tangannya yang penuh dengan cairan. Setidaknya, ia harus membersihkan dirinya sendiri dulu. “Sepuluh menit. Aku akan sampai di sana sepuluh menit lagi.

“Kamu lagi sama kura-kura?”

“Bukan. Kali ini ikan. Aku akan membersihkan tanganku dulu. Bisa kamu tunggu aku sepuluh menit?” tanya Sean dengan sigap.

Setelah itu, ia mematikan sambungan telepon dan meminta wanita yang tadi ia puaskan dengan jemarinya untuk pergi. Karena, ada hal lain yang harus ia lakukan. Hal yang sangat penting.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status