Wanita yang selalu tampil sederhana tapi elegan itu mendelik mendengar ucapan Arsel. Dia tak paham kenapa mendadak pria yang sangat ia hormati selama ini mendadak suka sekali mencampuri urusan pribadinya.
"Maaf, Pak itu urusan pribadi saya. Saya mohon maaf sebelumnya karena harus resign secara mendadak seperti ini."Kiara mencoba untuk bersikap tenang. Sesekali ia menoleh ke arah pintu karena khawatir akan timbul fitnah jika terlalu lama di ruangan ini berduaan saja dengan Arsel meskipun pintu dalam keadaan terbuka lebar."Bu Kia, ide resign itu bukan dari anda sendiri, kan? Anda pasti tahu peraturan sekolah ini kan? Bagi guru yang resign pada semester berjalan harus mencari pengganti?""Iya, Pak saya paham. Tapi ... saya tidak bisa mencari pengganti secepat ini. Mohon maaf atas hal ini."Arsel menyandarkan punggungnya. Pandangannya lurus ke depan tepat pada posisi Kiara berada. Ada banyak hal yang dipikirkan pria itu tapi sayang dia tidak bisa mengutarakan pa"Lakimu? Angkat, angkat! Aku mau dengar suaranya?" Bu Diana heboh sendiri."Ibu. Bentar ya, aku angkat dulu." Kiara menempelkan ponselnya di telinga. "Assalamualaikum, Bu," sapanya ketika telepon sudah terhubung.[Wa'alaikumsalam, Sayang. Kamu masih cuti atau sudah kembali kerja, Nak? Ayahmu ingin bertemu. Bisa luangkan waktu sebentar saja untuk ke rumah sakit?]Ada rasa sesak di dada saat mengingat ayahnya. Sejak menikah, dirinya belum pernah sekalipun menjenguk. Ada rindu yang bergulung-gulung di dalam jiwanya. Namun apa mau dikata, Kiara sekarang bukan lagi gadis bebas. Dia memiliki suami dan setiap langkanya harus mendapat ridlo dari suaminya. "Kia sudah ke sekolah, Bu. Nanti Kita izin dulu sama Mas Sam ya, Bu. Semoga Kita bisa mengusahakan datang. Salam buat ayah."[Iya, Nak. Kamu harus izin sama suamimu. Karena bagaimanapun dialah walimu sekarang. Kalau dia nggak mengizinkan nggak apa-apa. Nanti biar ibu yang memberi pengertian pada ayahmu]Tetes
"Ada apa, Mas?" tanya Kiara saat suami istri itu sudah berada di dalam kamar. Samudra melepas jas mahalnya lalu diletakkan di atas kasur begitu saja. Kiara melirik perbuatan itu lalu berjalan untuk membereskannya. Sementara lelaki itu membiarkan sang istri melakukan tugasnya. "Jaga batasanmu. Jangan terlalu dekat dengan para pekerja. Apalagi sampai tertawa-tawa seperti tidak punya adab begitu!" ujar Samudra dingin. Kiara berhenti melepas sepatu suaminya yang baru selesai sebelah. Lalu mendongak menatap lelaki yang juga menatapnya datar. Pandangan mereka bertemu tapi Kiara merasakan aura dingin yang sangat membekukan. "Saya hanya ingin berbaur dengan mereka, Mas. Apa salah?" Kiara kembali melepas sepatu suaminya yang belum selesai. Lalu berdiri meletakkan sepatu-sepatu itu ke rak yang sudah tersedia. Samudra menikmati pelayanan Kiara yang totalitas. Meskipun ia sudah mengatakan untuk tidak usah terlalu menjalankan perannya sebagai istri, tapi dia juga tidak menolak dengan apa yang
Melisa, wanita itu sudah lama mendekati Samudra. Berbagai macam cara ia lakukan untuk menaklukkan lelaki beranak satu itu. Dengan parasnya yang cantik, bodynya yang seksi dan ketenaran yang dimiliki, Melisa sangat percaya diri bisa meraih hati pria dingin itu. Kuncinya hanya pada Cantika, anak semata wayang hasil pernikahannya dengan istri sebelumnya. Sayangnya sudah hampir 3 tahun berjalan hubungan mereka jalan di tempat. Samudra hanya menganggapnya sebagai rekan kerja karena kebetulan Melisa selalu mendapat kontrak iklan di perusahaan Samudra. Lelaki itu tak pernah menunjukkan ketertarikannya sama sekali pada sosok bernama wanita sejak kepergian istrinya untuk selama-lamanya. Namun Melisa tak pernah patah semangat. Dia selalu berusaha untuk mengambil hati Cantika karena dia yakin jika gadis kecil itu sudah bisa ditaklukkan, papanya pasti akan langsung setuju untuk menikah dengannya. Sayangnya, usaha wanita yang kerap tampil di layar kaca itu sia-sia. Mendadak Samudra memiliki istr
"Cantik mau ini?" tanya Melisa begitu wanita itu berhasil merebut piring hidangan berisi ayam kecap yang diinginkan oleh Cantika. "Tante ambilin, ya?"Kiara melirik ke arah Melisa yang mulai bertingkah dan mengganggu di meja makan. Terlihat sekali kalau wanita itu ingin merebut peran yang seharusnya dimiliki oleh Kiara. Bahkan ia tak sungkan untuk menunjukkan dominasinya di hadapan semua orang padahal semua tahu kalau kehadirannya tidak diinginkan. "Cantik mau bagian apa ayamnya?" tanya Melisa sembari melempar senyum yang dibuat-buat. Bocah kecil yang diperlakukan bak putri raja itu melengos. Dia memang ingin makan ayam kecap, tapi bukan dari wanita yang selalu berusaha untuk mendekatinya. Gadis itu tahu betul kalau kebaikan Melisa tidak tulus. Dia hanya ingin menarik perhatiannya sehingga jalan untuk mendapatkan papanya semakin mulus.“Aku mau ayam dari Mama,” ucap Cantika tanpa mau melihat ke arah Melisa. “Tante aja yang ambilin, ya? Nih Tante kasih yang banyak buat kamu,” cetus
“Kiara, kamu ngapain di dapur?” Melinda menghampiri Kiara yang tengah sibuk mengumpulkan piring kotor. Kiara yang sedang fokus dengan piring-piring kotor bekas makan malam mereka sedikit berjengkit mendengar pertanyaan mama mertuanya yang tiba-tiba.“Mau cuci piring, Ma,” sahut Kiara.Melinda menatap menantunya dengan tatapan teduh. Lalu berjalan mendekat dan merebut piring kotor yang dipegang Kiara lalu meletakkannya di wastafel. Tak lupa wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu menggenggam tangan Kiara dan diarahkan ke bawah kran air. Membasuh kedua tangan menantunya dengan telaten dan tatapan teduhnya.Kiara sampai terpaku dengan perbuatan mama mertuanya. Selama ini dia terbiasa melakukannya ketika di rumah meskipun ada asisten rumah tangga yang bekerja. Kiara sengaja melatih diri untuk bisa melakukan pekerjaan rumah tangga sebagai bekal ketika menikah. Dan kini, justru dia mendapatkan mertua yang sangat baik. Membuat hati Kiara yang sempat koyak akibat kedatangan Melisa,
Pertengkaran Kiara dan Samudra sebelumnya membuat wanita berhijab itu menangis sepanjang malam. Kiara benar-benar sakit hati dengan sikap suaminya, begitu pula dengan tingkah Melisa yang tak mau menghargai posisinya sebagai istri Samudra. Meskipun sejak awal dia tahu pernikahan ini hanya sebatas keuntungan, tapi tetap saja melihat suaminya tampak biasa saja disentuh wanita lain menciptakan luka di dalam hatinya.Untuk meluapkan kesedihan dan kekecewaannya, Kiara hanya bisa menangis hingga mata wanita itu berubah sembab. Dia juga tak bisa tidur nyenyak sepanjang malam karena terus memikirkan Samudra dan Melisa. "Udah jam 04.00 pagi, ya?" gumam Kiara saat menatap jam yang menempel di dinding. Wanita itu benar-benar tak sadar sudah menguras air mata hingga pagi tiba.Wanita yang belum pernah dekat dengan lelaki sepanjang hidupnya itu segera mengusap wajahnya yang basah dan bergegas bangkit dari ranjang untuk memulai aktivitas. Saat melewati cermin rias, tak sengaja melihat pantulan waja
Wajah Tiara kembali muram setelah wanita itu berjumpa dengan Melisa. Model licik itu benar-benar pintar mengacaukan hati orang. Entah mengapa dia bisa menjadi artis terkenal padahal perangainya buruk dan tidak memiliki adab. Selain bermuka dua, dia Melisa juga pandai sekali memutarbalikkan fakta. Mungkin karena kepandaiannya beracting itulah dia bisa menjadi artis."Kok Mama diam aja?" tanya Cantika pada Kiara yang sejak tadi membungkam mulut selama dalam perjalanan menuju sekolah Cantika. Tidak seperti biasanya yang selalu menanggapi cerita Cantika. Bahkan terkadang keduanya akan melatih hafalan surat-surat pendek selama perjalan atau bahkan sambung ayat bersama. Namun kali ini mood Kiara benar-benar hancur sehingga kebiasaan baru itu tak ia lakukan."Kenapa, Sayang? Kamu butuh sesuatu?" tanya Kiara pada putri kecilnya yang duduk berboncengan dengannya."Kayaknya aku lupa bawa buku, deh," ujar Cantika.Kiaara mengernyit. Setiap pagi dia akan mengecek kembali barang bawaan putrinya. R
"Gimana kabar kamu sama suami kamu, Kiara? Kalian baik-baik aja, kan?" "Kia sama Mas Samudra baik-baik aja. Kami semua sehat," sahut Kiara. "Dokter ngomong apa aja? Kira-kira kapan Ayah boleh pulang?""Kata Dokter efek samping dari operasi enggak terlalu berbahaya. Tapi Dokter belum bisa mastiin kapan Ayah bisa pulang. Ayah masih butuh pengawasan ketat dari dokter pasca operasi. Ring jantung yang baru aja dipasang bisa bermasalah kapan aja, jadi Dokter belum bisa kasih izin atau pulang setelah operasi," terang ibu Kiara.Kiara manggut-manggut mendengarkan penjelasan dari ibunya. "Jadi, kemungkinan Ayah masih harus dirawat di sini agak lama?" tanya Kiara membuat kesimpulan."Kurang lebih begitu, Kiara," sahut sang ayah. "Dokter cuma mau mastiin Ayah baik-baik aja setelah operasi. Ayah yakin nggak akan ada masalah. Ayah pasti bisa pulih secepatnya."Kiara mengulas senyum tipis. Kiara dan kedua orang tuanya makin asik mengobrol hingga mereka lupa waktu. Beberapa hari tak bertemu membuat