Share

Bab 4 Mandiri

Cuaca sore hari yang cerah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta sangat tenang. Gedung dan lorong-lorong rumah sakit masih disibukkan oleh beberapa orang yang berlalu lalang, baik sebagai pasien ataupun sebagai staf dan pekerja di Rumah Sakit dr. Moewardi. Bau obat yang khas seperti Rumah Sakit pada umumnya, tercium sangat menyengat. Aura Rumah Sakit dengan dipenuhi oleh orang-orang yang berobat jalan ataupun sebagai pasien bermalam, terlihat jelas dari kondisi manusia yang lebih banyak pasien dibandingkan tenaga medis. Para pengunjung sebagai keluarga yang mengantar atau menjenguk pasien juga membuat Rumah Sakit Umum Daerah itu semakin ramai.

Di keramik putih yang berlorong panjang, memiliki tiang-tiang penyanggah untuk atap yang menutupi lorong itu, Nadia berjalan pelan. Dia melewati lorong yang bertiang di kiri kanannya yang berjarak sekitar 1 meter setiap  tiang. Tiang-tiang itu dicat berwarna abu-abu. Gadis yang memiliki kulit putih dan bertubuh ramping, sesekali menundukkan kepala pada saat berjalan menyusuri lorong berlantai keramik. Tas kecil berwarna hitam yang di sandang, sesekali digeser ke arah belakang. Berjalan sambil memikirkan sesuatu.

Gadis itu mengingat akan perjuangannya untuk masuk Fakultas Kedokteran di Universitas Sebelas Maret. Dia berusaha sekuat tenaga, setelah tamat Sekolah Menengah Atas, untuk mengambil jurusan favorit dihampir setiap universitas. Mengikuti ujian seleksi masuk yang sangat ketat dan akhirnya dirinya lulus. Perjuangan hidup dalam babak kehidupan selanjutnya, dimulai.

Perjuangan tidak semudah yang dibayangkan. Tidak semudah pikiran manusia lain yang melihatnya saat ini telah mengenakan pakaian seragam Dinas Kesehatan yang berwarna putih. Menggunakan mobil untuk berangkat ke tempat pekerjaannya. Memiliki penampilan yang menawan seperti wanita karir pada umumnya. Manusia lain hanya melihat hasil dari perjuangan seseorang, tapi tidak melihat bagaimana pahit dan getirnya perjuangan itu dilalui, sehingga terbentuk manis di belakangnya.

Tidak melihat perjuangan dirinya di masa-masa sekolah dasar, hingga Sekolah Menengah Pertama. Tidak melihat perjuangannya ketika memasuki dunia perkuliahan yang lebi sulit dari masa-masa sekolah yang telah dilalui sebelumnya.

Dalam jangka waktu enam tahun, Fakultas kedokteran dengan segala kerumitan dan terkenal dengan pengeluaran yang cukup besar, bisa dilalui dengan baik. Walaupun harus mengeluarkan air mata memohon kepada Tuhan untuk dipermudah perjuangannya di sela-sela perjalanan itu. Dalam jangka waktu enam tahun kuliah di Fakultas Kedokteran, gadis yang sedang berjalan perlahan menyusuri lorong, tak pernah meminta uang sepeserpun kepada kedua orang tua untuk biaya kuliah, bahkan untuk biaya fotocopy materi sekalipun. Dia mencari uang itu dengan berbagai cara tapi dengan cara yang halal seperti mengambil ketikan makalah teman-temannya, menjual buku-buku kedokteran yang bekas ataupun baru kepada teman-teman atau kenalan dan mengambil terjemahan Bahasa Inggris Kedokteran yang susah sekali diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Jika mahasiswa yang mau mengerjakan materi dalam Bahasa Inggris sudah merasa pusing ketika melihat tulisan itu pertama sekali, maka Nadia menjadi alternatif untuk mengerjakan pekerjaan itu.

Nadia memanfaatkan segala macam peluang yang bisa dijadikan uang, tapi dengan cara halal, bukan cara yang tidak berkah. Berusaha dengan keras dan yakin bahwa Allah akan menolong dan mengambulkan keinginannya.

Empat tahun mengikuti kuliah untuk mendapatkan gelar sarjana, ditambah dua tahun menjadi co- asisten di tempat dia berkerja sekarang ini, membuat dirinya semakin percaya diri menghadapi kehidupan, karena dia sudah melalui masa-masa yang sangat sulit. Masa-masa dimana membentuk dirinya menjadi wanita yang kuat. Membentuk dirinya menjadi wanita yang percaya diri dan mandiri.

Gadis berambut panjang, hitam dan lurus sudah terbiasa dengan kehidupan sederhana sedari kecil. Pada saat duduk di Sekolah Dasar, dia sudah berkerja di Usaha Kecil Memengah yaitu usaha pembuatan jajanan khas solo di sebelah rumahnya. Nama jajanan itu adalah Mata Maling. Menggoreng dan membungkus jajanan yang terbuat dari kulit belinjo, sudah merupakan pekerjaannya sehari-hari selesai pulang sekolah. Kegiatan itu dilakoninya dari kelas lima Sekolah Dasar sampai dia tamat Ssekolah Menengah Atas. Perjalanan hidup yang sudah dilalui itu membuat dia menjadi sosok yang mandiri, percaya diri dan tegar menghadapi semua rintangan di kehidupan ini. Hal itu juga yang membuat dirinya berpikir bahwa hidup ini harus dibarengi dengan kerja keras untuk mendapatkan hal yang diinginkan.

Nadia keluar dari ujung lorong dan berjalan menuju ke tempat parkir. Sore hari yang masih ramai dengan manusia dengan bermacam-macam tujuan, memenuhi lorong utama tempat keluar masuk pengujung dan tenaga kesehatan. Nadia telah berhasil keluar dari lorong utama yang masih terasa penuh dan sesak. Langkah kaki menuju tempat parkir utama dari Rumah Sakit Umum Daerah itu. Berjalan beberapa langkah dengan langkah yang mantap dan dengan paras tanpa rasa letih sedikitpun. Akhirnya, dirinya telah memasuki kawasan parkir utama. Mobilnya berada di barisan paling kanan dari tempat parkir yang luas. Dirinya harus berjalan beberapa langkah lagi untuk mencapai mobilnya. Dia sedikit menundukkan kepala sambil melangkah pelan. Merogoh tas hitam kecil yang di sandang. Mencari-cari kunci mobil. Hitungan detik kunci itu sudah berada di dalam genggaman.

Gadis yang memiliki wajah tirus dan berhidung mancung berjalan di alas aspal beton di lapangan parkir. Menyusuri mobil-mobil yang terpakir dengan rapi. Sesekali menghindari mobil yang berjalan dan akan keluar dari kawasan itu. Tiba-tiba hatinya berdetak beberapa kali tapi sangat kuat.

Deg.

Deg.

Deg.

Dia melihat dua orang pria berjalan menuju mobil mereka yang terparkir tak jauh dari mobilnya. Dirinya terpaku.  Matanya tertuju kepada satu pria yang berkulit kuning langsat, memiliki rambut sedikit ikal terpotong rapi dan mengenakan kemeja panjang berwarna biru muda berkerah putih dengan pasangan bawahan, celana bahan berwarna hitam. Pria itu terlihat tinggi di mata Nadia. Dia melihat pria yang akan masuk ke mobil sedan Mercy tersenyum manis kepada temannya yang berada di sisi mobil berbeda.

"Perasaan apa ini?" lirihnya.

Langkah kaki Nadia tersekat. Berhenti dan terpaku di lapangan parkir di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi. Cahaya matahari sore sedikit menerpa ujung kakinya. Dia terhenti di tengah lapangan parkir utama Rumah Sakit Umum Daerah, melihat mobil Mercy hitam perlahan bergerak, berbelok ke kanan menjauhi dirinya. Mobil mewah itu menuju keluar lapangan parkir. Nadia masih berdiri, melihat ke punggung mobil mewah yang dikendarai oleh lelaki yang membuatnya terpaku sesaat.

Siapa dia?

Mobil Mercy berwarna hitam telah menghilang dari pandangananya. Nadia tersadar dari lamunan, kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju mobil Avanza hitam yang dia miliki. Mobilnya bertepatan di sebelah area parkir kosong yang sebelumnya dihuni oleh mobil Mercy hitam tadi. Menekan tombol tomotasi untuk membuka pintu mobil. Membuka pintu mobil secara perlahan. Melakukan kegiatan sesuai protokol unutk mengendarai mobil seperti memasang sabuk pengaman. Mengamakan handphone-nya di posisi tertentu agar tidak mengganggu pada saat mengemudi nanti. Menghidupkan mesin dengan perlahan. Bersiap-siap untuk menjalankan mobilnya. Kemudian berusaha mmengendarai mobil dengan perlahan dan berbelok ke kanan menuju pintu keluar kawasan parkir Rumah Sakit tempat dia berkerja selama dua tahun terakhir ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status