Share

Bab 4 Mandiri

last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-19 02:57:55

Cuaca sore hari yang cerah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta sangat tenang. Gedung dan lorong-lorong rumah sakit masih disibukkan oleh beberapa orang yang berlalu lalang, baik sebagai pasien ataupun sebagai staf dan pekerja di Rumah Sakit dr. Moewardi. Bau obat yang khas seperti Rumah Sakit pada umumnya, tercium sangat menyengat. Aura Rumah Sakit dengan dipenuhi oleh orang-orang yang berobat jalan ataupun sebagai pasien bermalam, terlihat jelas dari kondisi manusia yang lebih banyak pasien dibandingkan tenaga medis. Para pengunjung sebagai keluarga yang mengantar atau menjenguk pasien juga membuat Rumah Sakit Umum Daerah itu semakin ramai.

Di keramik putih yang berlorong panjang, memiliki tiang-tiang penyanggah untuk atap yang menutupi lorong itu, Nadia berjalan pelan. Dia melewati lorong yang bertiang di kiri kanannya yang berjarak sekitar 1 meter setiap  tiang. Tiang-tiang itu dicat berwarna abu-abu. Gadis yang memiliki kulit putih dan bertubuh ramping, sesekali menundukkan kepala pada saat berjalan menyusuri lorong berlantai keramik. Tas kecil berwarna hitam yang di sandang, sesekali digeser ke arah belakang. Berjalan sambil memikirkan sesuatu.

Gadis itu mengingat akan perjuangannya untuk masuk Fakultas Kedokteran di Universitas Sebelas Maret. Dia berusaha sekuat tenaga, setelah tamat Sekolah Menengah Atas, untuk mengambil jurusan favorit dihampir setiap universitas. Mengikuti ujian seleksi masuk yang sangat ketat dan akhirnya dirinya lulus. Perjuangan hidup dalam babak kehidupan selanjutnya, dimulai.

Perjuangan tidak semudah yang dibayangkan. Tidak semudah pikiran manusia lain yang melihatnya saat ini telah mengenakan pakaian seragam Dinas Kesehatan yang berwarna putih. Menggunakan mobil untuk berangkat ke tempat pekerjaannya. Memiliki penampilan yang menawan seperti wanita karir pada umumnya. Manusia lain hanya melihat hasil dari perjuangan seseorang, tapi tidak melihat bagaimana pahit dan getirnya perjuangan itu dilalui, sehingga terbentuk manis di belakangnya.

Tidak melihat perjuangan dirinya di masa-masa sekolah dasar, hingga Sekolah Menengah Pertama. Tidak melihat perjuangannya ketika memasuki dunia perkuliahan yang lebi sulit dari masa-masa sekolah yang telah dilalui sebelumnya.

Dalam jangka waktu enam tahun, Fakultas kedokteran dengan segala kerumitan dan terkenal dengan pengeluaran yang cukup besar, bisa dilalui dengan baik. Walaupun harus mengeluarkan air mata memohon kepada Tuhan untuk dipermudah perjuangannya di sela-sela perjalanan itu. Dalam jangka waktu enam tahun kuliah di Fakultas Kedokteran, gadis yang sedang berjalan perlahan menyusuri lorong, tak pernah meminta uang sepeserpun kepada kedua orang tua untuk biaya kuliah, bahkan untuk biaya fotocopy materi sekalipun. Dia mencari uang itu dengan berbagai cara tapi dengan cara yang halal seperti mengambil ketikan makalah teman-temannya, menjual buku-buku kedokteran yang bekas ataupun baru kepada teman-teman atau kenalan dan mengambil terjemahan Bahasa Inggris Kedokteran yang susah sekali diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Jika mahasiswa yang mau mengerjakan materi dalam Bahasa Inggris sudah merasa pusing ketika melihat tulisan itu pertama sekali, maka Nadia menjadi alternatif untuk mengerjakan pekerjaan itu.

Nadia memanfaatkan segala macam peluang yang bisa dijadikan uang, tapi dengan cara halal, bukan cara yang tidak berkah. Berusaha dengan keras dan yakin bahwa Allah akan menolong dan mengambulkan keinginannya.

Empat tahun mengikuti kuliah untuk mendapatkan gelar sarjana, ditambah dua tahun menjadi co- asisten di tempat dia berkerja sekarang ini, membuat dirinya semakin percaya diri menghadapi kehidupan, karena dia sudah melalui masa-masa yang sangat sulit. Masa-masa dimana membentuk dirinya menjadi wanita yang kuat. Membentuk dirinya menjadi wanita yang percaya diri dan mandiri.

Gadis berambut panjang, hitam dan lurus sudah terbiasa dengan kehidupan sederhana sedari kecil. Pada saat duduk di Sekolah Dasar, dia sudah berkerja di Usaha Kecil Memengah yaitu usaha pembuatan jajanan khas solo di sebelah rumahnya. Nama jajanan itu adalah Mata Maling. Menggoreng dan membungkus jajanan yang terbuat dari kulit belinjo, sudah merupakan pekerjaannya sehari-hari selesai pulang sekolah. Kegiatan itu dilakoninya dari kelas lima Sekolah Dasar sampai dia tamat Ssekolah Menengah Atas. Perjalanan hidup yang sudah dilalui itu membuat dia menjadi sosok yang mandiri, percaya diri dan tegar menghadapi semua rintangan di kehidupan ini. Hal itu juga yang membuat dirinya berpikir bahwa hidup ini harus dibarengi dengan kerja keras untuk mendapatkan hal yang diinginkan.

Nadia keluar dari ujung lorong dan berjalan menuju ke tempat parkir. Sore hari yang masih ramai dengan manusia dengan bermacam-macam tujuan, memenuhi lorong utama tempat keluar masuk pengujung dan tenaga kesehatan. Nadia telah berhasil keluar dari lorong utama yang masih terasa penuh dan sesak. Langkah kaki menuju tempat parkir utama dari Rumah Sakit Umum Daerah itu. Berjalan beberapa langkah dengan langkah yang mantap dan dengan paras tanpa rasa letih sedikitpun. Akhirnya, dirinya telah memasuki kawasan parkir utama. Mobilnya berada di barisan paling kanan dari tempat parkir yang luas. Dirinya harus berjalan beberapa langkah lagi untuk mencapai mobilnya. Dia sedikit menundukkan kepala sambil melangkah pelan. Merogoh tas hitam kecil yang di sandang. Mencari-cari kunci mobil. Hitungan detik kunci itu sudah berada di dalam genggaman.

Gadis yang memiliki wajah tirus dan berhidung mancung berjalan di alas aspal beton di lapangan parkir. Menyusuri mobil-mobil yang terpakir dengan rapi. Sesekali menghindari mobil yang berjalan dan akan keluar dari kawasan itu. Tiba-tiba hatinya berdetak beberapa kali tapi sangat kuat.

Deg.

Deg.

Deg.

Dia melihat dua orang pria berjalan menuju mobil mereka yang terparkir tak jauh dari mobilnya. Dirinya terpaku.  Matanya tertuju kepada satu pria yang berkulit kuning langsat, memiliki rambut sedikit ikal terpotong rapi dan mengenakan kemeja panjang berwarna biru muda berkerah putih dengan pasangan bawahan, celana bahan berwarna hitam. Pria itu terlihat tinggi di mata Nadia. Dia melihat pria yang akan masuk ke mobil sedan Mercy tersenyum manis kepada temannya yang berada di sisi mobil berbeda.

"Perasaan apa ini?" lirihnya.

Langkah kaki Nadia tersekat. Berhenti dan terpaku di lapangan parkir di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi. Cahaya matahari sore sedikit menerpa ujung kakinya. Dia terhenti di tengah lapangan parkir utama Rumah Sakit Umum Daerah, melihat mobil Mercy hitam perlahan bergerak, berbelok ke kanan menjauhi dirinya. Mobil mewah itu menuju keluar lapangan parkir. Nadia masih berdiri, melihat ke punggung mobil mewah yang dikendarai oleh lelaki yang membuatnya terpaku sesaat.

Siapa dia?

Mobil Mercy berwarna hitam telah menghilang dari pandangananya. Nadia tersadar dari lamunan, kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju mobil Avanza hitam yang dia miliki. Mobilnya bertepatan di sebelah area parkir kosong yang sebelumnya dihuni oleh mobil Mercy hitam tadi. Menekan tombol tomotasi untuk membuka pintu mobil. Membuka pintu mobil secara perlahan. Melakukan kegiatan sesuai protokol unutk mengendarai mobil seperti memasang sabuk pengaman. Mengamakan handphone-nya di posisi tertentu agar tidak mengganggu pada saat mengemudi nanti. Menghidupkan mesin dengan perlahan. Bersiap-siap untuk menjalankan mobilnya. Kemudian berusaha mmengendarai mobil dengan perlahan dan berbelok ke kanan menuju pintu keluar kawasan parkir Rumah Sakit tempat dia berkerja selama dua tahun terakhir ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Takdir Suami   Bab 23 Jantan

    "Aku akan menikahimu, Nad... tapi aku ingin kita tunangan terlebih dahulu, setelah beberapa bulan dan saling mengenal, baru kita menikah...."Arkan mengucapkan kalimat itu dengan jelas dan lugas. Lelaki yang sedang memakai baju kemeja berwarna salem, duduk dengan menegakkan punggung dan menatap lurus ke arah gadis yang di hadapannya. Dia sangat berwibawa dan sopan."Ya... Tuhaaaan...! Apakah ini mimpi...!" jerit Nadia di dalam hati. Hatinya seakan berhenti berdetak sesaat. Kedua matanya menatap ke arah lelaki yang duduk di hadapannya tanpa berkedip.Akhirnya, cerita dongeng yang diharapkan menjadi kenyataan. Seseorang pangeran yang muncul tiba-tiba --dikenal tanpa sengaja-- datang ke rumahnya tanpa janji palsu dan akhirnya akan melamar dia di depan kedua orang tua secara jantan. Nyata. Drama yang sangat diinginkan berlaku di dalam kehidupannya, bukan sebuah skenario yang dibuat oleh manusia.

  • Terjebak Takdir Suami   Bab 22 Janji

    "Bagaimana dengan, Fandi?" "Apa tuh yang bagaimana?" "Fandi sangat dekat dengan Mas Arkan. Apa dia tidak kangen dengan ayahnya?" Nadia mengambil potongan Sushi dengan garpu. Dia menyucuk ujung garpu ke satu sushi yang terlihat menggugah selera. "Dari kecil, Fandi sudah tinggal bersama kami. Abang iparku, Ayah Fandi... kerja melaut. Tempat dia bekerja di salah satu BUMN terbesar di Indonesia. Jadi kakakku dan Fandi sering ditinggal. Setahun sekali ayah Fandi baru pulang. Jadi... dia tidak terlalu dekat dengan ayahnya." Arkan menyeruput minuman Strawberry Shake yang ada dihadapannya. "Kasian dia ya, Mas. Masih kecil sudah ditinggal ibunya." Nadia berseru pelan. Memang terlihat kesedihan di wajah Nadia ketika mengatakan itu. "Ya. Aku berusaha untuk memberikan kasih sayang lebih kepada Fandi. Agar nanti... ketika besar... dia tidak minde

  • Terjebak Takdir Suami   Bab 21 Penting

    Arkan menjemput Nadia dari rumah sakit dr. Moewardi sore ini. Lelaki yang dikenal Nadia, genap 2 bulan ini, menelponnya tadi pagi. Arkan memberitahu ke Nadia bahwa sore akan dijemput dari tempat kerja dan pergi ke suatu tempat. Ada yang ingin dibicarakan oleh lelaki tampan itu. Karena itulah, tadi pagi Nadia menggunakan taksi online untuk pergi bekerja. Tidak membawa mobil.Saat ini, mereka berdua duduk di restoran yang menyediakan beberapa menu masakan Jepang. Sushi yang beraneka ragam sudah ada di meja mereka saat ini.Arkan yang mengenakan baju kemeja, mempermainkan sumpit di tangan kanan seolah-olah bingung akan memilih makanan yang mana. Sedangkan Nadia melihat menu di meja dengan kening sedikit berkerut."Kamu sudah ketemu dengan orang-orang yang dekat denganku... aku sengaja melakukan itu agar kamu mengerti keadaanku, Nad."Arkan mengambil sepotong sushi yang ber

  • Terjebak Takdir Suami   Bab 20 Rumor

    "Arkan...? Arkan Wiguna...?""Iya, Mba. Kenapa, Mba?"Nadia bertanya penuh rasa penasaran kepada perempuan yang bertubuh gemuk di depannya.Perempuan yang memakai jilbab berpakaian baju PNS berwarna coklat, terdiam. Dia menyibukkan diri dengan makanan yang ada di hadapannya."Kenapa, Mba?" tanya Nadia. Dia semakin penasaran ketika melihat gelagat perempuan itu."Dia teman aku di SMA dulu. Kalian sudah pacaran?" tanya perempuan yang sekarang sedang menyeruput Jus Alpukat di hadapannya. Dia makan dan minum dengan lahap. Wajar saja badannya sangat berisi."Gimana ya? Dibilang pacaran sih, dia belum ada mengungkapkan perasaannya, tapi sikapnya sudah menganggap aku pacarnya. Dia sudah datang ke rumah beberapa kali dan mengajak aku keluar," jelas Nadia. Wajahnya masih sangat penasaran.Nadia tidak tahu kemana arah pembicaraan pere

  • Terjebak Takdir Suami   Bab 19 Bola

    Tugu... dengan desain patung di atasnya yang berwarna coklat keemasan terlihat di depan stadion bola. Di tugu terlihat 2 patung berdiri di atas cawan. Di depan terlihat patung perempuan berpakaian adat Jawa yang sedang merentangkan busur panah ke arah kiri dengan kepala yang berpaling ke kiri juga. Patung kedua, berada pas di belakang patung perempuan tadi, juga menggunakan pakaian adat Jawa, terlihat seorang pria yang sedang memalingkan kepala ke kiri, melihat sasaran panah yang akan dipanah oleh perempuan di depannya. Tugu ini adalah ciri khas dari Stadion Manahan di kota Solo. Tugu ini terletak di pintu halaman depan sebagai pelambang selamat datang bagi para pengunjung.Arkan memarkirkan mobil mercy hitam di depan Stadion Manahan. Dia memarkirkan mobil tepat di posisi sesuai garis putih. Mematikan mesin dan berusaha untuk membuka pintu mobil, digerakkan selanjutnya."Ayo."Arkan menarik handle pintu, membuk

  • Terjebak Takdir Suami   Bab 18 Tabah

    Dengan canggung, Nadia masuk ke dalam rumah yang lumayan besar. Setelah melalui taman depan rumah yang lumayan luas, Nadia masuk ke ruang tamu dari pintu utama.Ruang tamu yang bercat dominan putih sangat rapi dan teratur. Ada dua set sofa di ruang tamu. Satu set sofa berwarna abu-abu dan yang satunya lagi berwarna putih bersih. Di sofa berwarna putih --di sebelah kanan ruang tamu-- telah duduk seorang wanita yang sudah berumur, sedang mengaji. Wanita yang berusia mendekati 70 tahun ini masih terlihat segar dan sehat. Wanita tua yang masih menggunakan mukena, tertunduk, membaca buku yang ada hadapannya.Jantung Nadia berdetak sangat hebat ketika melihat satu sosok yang entah mengapa sangat ditakutinya saat ini. Bukan takut karena seram, tapi takut jika dia berbuat salah dengan sikap dan perilakunya ketika berhadapan dengan wanita ini."Assalamu'alaikum, Umi."Arkan membuka kata setelah masuk ke dalam ruangan.

  • Terjebak Takdir Suami   Bab 17 Penculik?

    "Nad.""Ya, Mas....""Malam minggu ini aku jemput kamu di rumah ya?""Mau kemana, Mas?""Ke rumahku.""Ke rumah, Mas Arkan? Ngapain?""Mau memperkenalkan kamu dengan Mamaku.""Astaghfirullah....""Haloooo... Nadia....""Ouh... iya mas. Ya sudah....""Oke ya. Aku masih ada kerjaan."Arkan menutup telepon.Nadia pucat. Dia terbengong.***Baru beberapa kali Nadia bertemu dengan Arkan. Belum bisa dihitung dengan jari yang ada di kedua tangannya. Tapi kali ini, dokter spesialis yang masih muda mengajaknya untuk bertemu dengan ibunya.Ibu Arkan adalah seorang janda yang Sudah 26 tahun ditinggal suaminya. Ayah Arkan meninggal ketika dia berumur 3 tahun. Ibunya yang ditin

  • Terjebak Takdir Suami   Bab 16 Perkenalan

    "Kenapa aku harus dibawa-bawa sih?" ujar Tisna sambil berjalan mengimbangi langkah Nadia."Sudah... ikut saja.""Tapi... aku tidak mau menjadi orang yang ketiga, Nad."Tisna berbicara dengan nada yang serius seolah-olah dia emang pantas untuk menjadi idola. Gadis yang berprofesi sebagai perawat mengikuti Nadia dari belakang."Itu mereka!"Nadia tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh temannya barusan. Tapi, dia malah menunjuk ke restoran ternama yang ada di salah satu mall terbesar di Kota Solo dengan bibirnya."Mereka...?"Tisna memandang ke arah yang dimaksud oleh Nadia.Duduk 2 orang lelaki yang memiliki tinggi hampir sama. Dua orang yang terlihat menawan. Sepertinya kedua lelaki ini sangat ekstra menjaga penampilan tubuh mereka.Satu sosok dengan rambut hitam yang sedikit ikal, tertawa ke arah lelaki satunya lagi. Di sa

  • Terjebak Takdir Suami   Bab 15 Malam Minggu

    Arkan duduk di depan teras rumah yang sederhana dengan tenang. Dia menyilangkan kakinya. Kaki kiri menjadi tumpuan. Pria yang memakai baju kaos dan celana jeans, sedang memegang handphone-nya saat ini. Mengetik sesuatu di chat room."Sudah lama datang, Nak Arkan."Arkan terkejut. Handphone yang dipegang hampir lepas dari tangan. Kepalanya langsung ditolehkan ke samping.Tiba-tiba wanita setengah baya keluar dari ruangan membawakan minuman dan sedikit makanan ringan. Tersenyum melihat tingkah tamu putrinya sembari meletakkan baki yang tertata beberapa benda di atasnya."Oh, Tante. Baru saja, Tan."Pria yang memiliki dada bidang, langsung berdiri dan menyalami wanita setengah baya. Dia berusaha untuk menetralisir rasa kaget yang mendera."Ayo, silakan duduk. Nadia di mana ya?"Wanita yang merupakan Ibu Nadia bertanya ke arah Arkan, sembari duduk di kursi plast

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status