Sudah seminggu Nathan terbujur kaku di Rumah Sakit, setelah Nela mengeluarkan semua racun dari dalam tubuhnya nyawanya masih tertolong tetapi kondisinya masih sangat kritis. Ada yang mengganggu pikiran Nela, sampai saat ini tindakan transfusi darah tidak bisa di lakukan karena golongan darah Nathan tidak di temukan lagi."Paman, sepertinya dia bukan Nathan!" kata Nela saat dia dan paman Badar kebingungan dengan situasi ini.Badar terhenyak dan mendongak, di tatapnya Nela lalu mengarahkan kembali pandangannya kepada Nathan yang terbujur kaku di atas ranjang pasien dengan selang infus yang menempel di tangan."Jika dia bukan Nathan lalu siapa? Dan dimana Nathan?""Paman lihatlah di atas bibirnya yang di bawah hidung, tak ada lekukan di sana, sepertinya dia dari dunia lain menggantikan posisi kak Nathan, aku yakin kak Nathan sekarang ada di dunia lain itu," ucap Nela.Hanya mereka berdua yang berada di dalam ruangan menjaga Nathan sehingga mereka bebas membicarakan kondisi Nathan yang ses
Dengan sangat cekatan, Nela memasukkan obat ke mulut Raja sampai semua larutan obat itu tertelan. Dan hanya beberapa menit kemudian Raja segera siuman."Kalian? Ah...dimana Lady Sina? Dia hampir saja membunuhku," katanya dengan geram sambil berusaha untuk bangun."Jangan bangun dulu kak, aku akan meminta perawat untuk mencabut alat-alat ini," cegah Nela."Begini saja dek, kau buka sendiri alat-alat ini, aku akan menggantikan tempatnya dan paduka Raja berubahlah menjadi diri anda, kembalilan ke kerajaan, terima kasih untuk semua yang telah anda lakukan padaku," Nathan memberi hormat.Nela mengerti apa yang di maksud kakaknya, untuk itu dia segera mencabut semua peralatan yang menempel di tubuh pasien yang tiba-tiba berubah menjadi sosok pria dewasa yang sangat tampan dan berwibawa. Nela menatapnya dengan takjub, wajahnya bercahaya dan tubuhnya tinggi besar dan tegap. Perutnya rata bagaikan tubuh seorang atlit."Sekarang paman turunlah dari ranjang, dan kak Nathan berbaringlah sebelum p
Perawat masuk bersama dokter, seakan tak percaya dengan laporan keluarga pasien mereka datang memastikan sendiri apakah pasien yang dinyatakan kritis itu telah bangun dari komanya."Ini sungguh keajaiban, patut di syukuri semuanya," ucap dokter sambil memeriksa kondisi Nathan.Dokter memasukkan kembali stetoskopnya ke dalam saku jaket putihnya. Setelah menginstruksikan beberapa hal yang di catat oleh perawat, dokter segera keluar dengan sebelumnya menepuk-nepuk bahu Nathan."Cepat sembuh, lihat perkembangan besok jika kondisi pasien stabil sudah boleh pulang," kata dokter.Paman Badar dan Nela tersenyum bahagia, semua masalah sudah teratasi. Nela menatap Nathan dengan tatapan yang sulit diartikan. Kisah Nathan masih disimpannya dalam benaknya untuk di dalaminya sendiri. Percaya atau tidak tetapi itulah yang terjadi. Andai dulu dia tidak di sekap di dunia lain maka dia akan membantah semua cerita Nathan.Sementara itu Raja dan Putera Mahkota kembali ke kerajaannya dengan di kawal Pangl
Fajar telah menyingsing, ayam berkokok bersahutan membangunkan setiap insan yang masih tertidur lelap. Para dayang istana sudah di sibukkan dengan berbagai pekerjaan, ada yang bersiap-siap untuk memasak di dapur istana, ada yang bertugas membersihkan lokasi istana dan ada pula yang mempersiapkan air untuk mandi Raja dan Permaisuri.Raja bangun dari tidurnya, di sampingnya sudah duduk permaisuri menunggunya untuk mandi. "Aku belum ingin mandi, hubungi putera mahkota untuk menemaniku berolahraga di lapangan," pinta Raja Goro.Dayang istana baru saja hendak keluar menuju kediaman Putera Mahkota namun yang hendak di tuju sudah berdiri di depan pintu bersama ayah mertuanya."Kami datang menghadap baginda." Keduanya memberi hormat."Syukurlah kalian sudah datang, temani aku merenggangkan otot-ototku di lapangan, jangan ada yang mendekati lapangan itu selama aku berolahraga di sana," ucap Raja.Dayang yang mendengar hal itu segera memberi tahu kasim untuk mengosongkan jalan yang akan di lal
Lady Sina tertunduk lesu, sifat aslinya yang terkubur dalam kini nampak ke permukaan. Dia memprovokasi Raja, melihat gelagat yang tidak baik ini Putera Mahkota mengirimkan telepati pada ayahandanya."Maafkan atas kelancangan hamba baginda, jangan terpengaruh dengan Lady Sina, dia sengaja memprovokasi. Kita tidak tahu apa yang sesungguhnya yang terjadi, mungkin saja dulunya dia menghabisi kembarannya itu."Raja terdiam, dia kembali menarik nafas dalam mencoba mencerna apa yang di sampaikan puteranya. Jika apa yang di sampaikan puteranya ini benar maka dia tak akan memaafkan Lady Sina walau di lubuk hatinya yang paling dalam dia tak tega karena wajahnya yang sangat mirip dengan orang yang sangat di cintainya di masa lalu.Kilasan tentang kematian Lady San masih membekas dalam ingatan sang Raja. Karena kepergok menggauli kembarannya sendiri, Lady San berlari masuk ke dalam hutan dan berhasil di kejar Raja yang saat itu sebagai Putera Mahkota. Namun sayangnya saat melihat Raja mendekat, L
Tak ingin mendengar teriakan Lady Sina, Raja segera pergi meninggalkan lapangan dengan perasaan marah. Masih terdengar di telinganya Lady Sina terus meneriakan namanya dan terus menyebut nama saudara kembarnya.Untuk menghilangkan kemarahan di hatinya, Raja bergegas menemui permaisuri, biasanya dalam suasana hati yang tidak menentu seperti itu, permaisurilah yang selalu bisa meredamnya.Putera Mahkota mendekati kurungan kaca, wajahnya tak seteduh hatinya. Hal ini yang sangat di takuti Lady Sina. Masih terbayang dalam benaknya selir Raja yang berteriak histeris saat Putera Mahkota melemparnya ke kandang kawanan singa yang sedang kelaparan. Kemudian ďia menyelamatkannya tetapi Putera Mahkota seakan tak punya hati melempar kembali tubuh selir itu berulangkali sampai meregang nyawa. Lady Sina bergidik membayangkan hal itu, nyalinya menciut tatkala Putera Mahkota mengetuk-ngetuk kaca sambil tersenyum penuh ejekan."Sepertinya tak ada lagi yang perlu di bicarakan, ayo kita bermain-main sebe
Nela kembali beraktifitas di kampus, dia harus mengejar ketinggalan beberapa mata kuliah. Saking fokusnya dengan mata kuliahnya dia tak menyadari jika seseorang sedang mengamatinya dari balik jendela."Sepertinya wanita itu memperhatikanmu," bisik Linda sambil menyenggol lengan Nela."Wanita yang mana?" mau tidak mau Nela harus melihat juga ke arah yang di tunjuk Linda.Mata Nela terbelalak, "Bukankah itu Melati?"Di luar Melati terlihat sedang berdiri dengan gelisah, konsentrasi Nela buyar dengan kehadirannya. Saat jam belajar usai, dia buru-buru keluar menghampiri Melati."Kaukah itu?" sapa Nela."Benar, maaf aku mengganggu konsentrasimu," Melati merasa sangat bersalah."Tidak apa-apa, ayo kita ngobrol di kantin," ajak Nela.Melati terlihat sangat ketakutan, matanya melirik ke kiri dan ke kanan. Melihat hal itu akhirnya Nela memutuskan untuk mengajaknya pulang."Sebentar lagi kak Nathan akan menjemputku, sebaiknya kita ngobrol di rumah saja," ucap Nela.Setelah menunggu beberapa saa
Nathan mengantar Linda kembali ke desanya karena terhitung mulai besok mereka libur kuliah. Sudah lama Linda tak mengunjungi kedua orang tuanya. Sementara itu sesuai bunyi pesan Nela, Paman Badar menjemput Kyai Lukman dan bersama-sama ke rumah Nela. Mereka sudah di sambut Nela di depan pintu. Setelah mengucapkan salam keduanya di persilakan masuk."Mari paman, mari pak Kyai, mau minum apa?" "Air putih saja," jawab keduanya bersamaan.Nela tak perlu lagi ke dapur karena di atas meja sudah tersedia air mineral. Tak berapa lama terdengar deru mobil yang berhenti di halaman. Nathan segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah melalui pintu depan."Ada tamu rupanya," kata Nathan saat melihat paman Badar dan Kyai Lukman sedang duduk berbincang bersama adiknya. Dia menjabat erat kedua tangan tamu satu persatu lalu ikut duduk bersama mereka."Nela mrnghubungi paman, sepertinya ada sesuatu yang penting?" tanya paman Badar."Benar paman, maaf hal ini pasti akan melibatkan pak Kyai lagi,