Share

Bab 15

“Akar! Enggak bawa makan lagi?” tanya salah satu karyawan yang menantikan makan siang dari Akarsana. Gadis itu menggeleng pelan.

“Tidak, Bu. Maaf, saya belum sempat,” kilahnya. Sekaranglah semuanya terpikir, bagaimana dia akan memasak untuk jualan, jika kerjanya harus dobel-dobel. Akarsana suka bekerja, dia hobi memasak, tetapi jika harus melakukannya secara bersamaan, mungkin tubuhnya akan roboh.

Belum lagi tekanan dari Tirtha yang terkadang membuat dia ketakutan saat melihat wajah sangarnya.

“Oh— besok bawa, ya. Kita udah kangen masakan kamu. Harganya naik juga nggak apa-apa. Asalkan nggak lebih dari dua puluh ribu aja, sih,” tukasnya.

Akarsana mengangguk tanpa kata, dia melayangkan senyum agar tidak terlihat tak acuh.

Beberapa karyawan di lantai satu pun membenarkan penuturan wanita yang mengajak bicara Akarsana. Lebih baik makan buatan Akar ketimbang harus menunggu lama, dan makan dengan rasa pas-pasan hanya karena harganya murah.

Akar kembali ke pantry, ia tidak ada kesempat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status