Share

Bab 3. Ujian

Penulis: Arizumi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-07 22:23:23

     Trisno pulang ke rumah dengan perasaan lega. Ia membawa uang satu juta untuk uang saku anaknya. Sampai di rumah.  Ia langsung masuk ke rumah mencari Amelia. Ayahnya menemui dengan tergesa. 

"Ada apa Yah? Sepertinya Ayah tergesa- gesa?" 

"Syukurlah, kamu belum berangkat." Trisno mengeluarkan uang satu juta dari sakunya. Amelia tertegun. Padahal dirinya sudah mendapatkan uang saku dari Ibunya. 

"Ini uang saku buat kamu, moga kamu di terima ya!" Trisno  mengusap kepala anaknya. 

"Tapi, aku dah di kasih sama Ibu." 

"Udah, buat jaga- jaga" Ucap Ayah. 

"Udah siapkan?" 

"Udah" 

Kemudian Amelia berpamitan pada Ibunya dan Ines. Mereka menuju Terminal. Sampai di terminal Amelia turun dari motor. Ia pun berpamitan dan mencium punggung tangan  Ayahnya.  

Trisno memandangi punggung putri sulungnya  berlalu dari pandanganya.

'Moga kau berhasil, nak'  Trisno

Amelia menuju ke loket pembelian tiket setelah loket di tangan. Ia  duduk  menunggu Mita. Saat Amel menengok ke arah kiri,  Seorang gadis  memakai hijab abu- abu  melambaikan tanganya datang menghampirinya. 

"Hai, Amel..." Sapa Mita riang dan bersemangat.

"Hai juga Mita..." 

Mereka berdua sangat bersemangat. 

"Udah pesen tiket? 

"Udah dong..." Ucap Mita mengacungkan tiketnya ke atas. 

Mereka berdua duduk  menunggu kedatangan bis. Bis pun datang. Mereka berdua naik menuju kota besar. Saat di perjalanan mereka berdua sempetkan untuk membuka buku pelajaran. Akhirnya Bisa sampai tepat di depan kampus. Amelia dan Mita turun. Mereka segera berlari menuju kampus karena hawa panas yang menyengat. Mereka berdua menuju ruang pendaftaran. Amelia dan Mita melakukan pendaftaran, mereka berdua  mengisi formulir. Setelah mengisi formulir Amelia dan Mita menunggu sejenak di ruang tunggu. Ujian akan di laksanakan satu jam lagi. Ia sempetkan membaca buku. Amelia mengincar beasiswa dari jurusan kedokteran sedangkan Mita dari Jurusan Hukum. 

    Para penguji menyuruh berkumpul di ruang Aula. Penyelengara sudah menyiapkan kursi berdasarkan nomer ujian. Amelia masuk juga Mita, mereka duduknya sangat berjauhan. Tak mungkin saling mencontek. Pengawas membagikan kertas. Amelia duduk di depan pengawas. Mata orang itu  menatap  Amelia tajam. 

'Ia seperti seorang dosen' batin Amelia.

Tampan tapi sangat dingin. Amelia takut menatapnya lama- lama. Segera ia alihkan pandangan ke lain arah. Kertas di hadapan Amelia. Ada dua lembar soal yang harus di jawab. Mereka memberi waktu dua jam menyelesaikan soal ini.  Suasana hening seketika Amelia dan para peserta  lainya mengerjakan ujian, para pengawas sangat ketat mengawasi. Kalau ketahuan mencontek akan langsung di coret dari daftar beasiswa.

Mereka konsentrasi menyelesaikan ujian. Peluh membasahi kening . Pikiran telah di curahkan, hanya keberuntungan serta takdir yang bisa membawa mereka lolos ujian ini. Ini juga masih tahap pertama, besok akan di adakan lagi di sertai pengumuman.

Amelia bernafas lega saat ini, ia  bisa menyelesaikan ujian hari ini. menyerahkan lembar jawaban kepada pengawas. Amelia kemudian keluar ruangan. Menghirup udara di luar. Di dalam terasa panas walau ber ac. 

Aroma persaingan terasa jelas. 

Amelia duduk di ruang tunggu, depan ruang Aula. Ia menunggu Mita yang masih menyelesaikan ujian. Mita tak lama kemudian keluar. Mereka di suruh datang lagi esok hari.

   Amelia dan Mita mencari kosan untuk satu hari lagi di sekitar kampus. Mereka akhirnya menemukan kos yang agak mewah,Dan yang membayar Mita.  Mita berasal dari orang berkucupan.    Amelia merebahkan dirinya di bed. Tubuh serta pikirannya butuh istirahat. Amel melirik jam di dinding menunjukan pukul empat sore. 

 "Kamu udah sholat Mit? 

"Belum..." jawab Mita singkat tanpa memandang wajah Amelia. Ia  sedang belajar untuk esok hari. 

"Aku sholat dulu..." 

"Ya..." Amelia beranjak menuju kamar mandi kemudian berwudhu. Amelia melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. Selesai sholat tak lupa Amelia memohon untuk kelancaran esok hari. 

"Kau tak sholat dulu Mit?" 

"Iya..." Ucap Mita menurut. Segera berwudhu dan sholat Ashar. 

Tok... tok... 

Suara ketokan terdengar dari luar. Amelia membuka pintu. Wanita paruh baya membawa dua porsi mie goreng dan juga dua gelas jus jeruk. 

"Nak, ini ibu bawakan mie goreng buat kalian. Kalian pasti lapar !" Amelia menerima nampan berisi mie goreng dari tangan Bu kos.

"Makasih ya bu."

"Sama- sama nak, belajar yang giat biar keterima di kampus ini." Bu kos tahu bahwa kampus ini mengadakan beasiswa. 

"Ya Bu." Ucap Amelia pada bu kos itu. 

Amelia mencium bau mie goreng, perutnya berontak minta di isi. Tapi ia tahan menunggu Mita selesai sholat. 

Mita selesai sholat, ia melipat mukenaya dan taruh di atas nakas. 

"Hemm.. wangi banget mie gorengnya!" 

"Iya nih, dari ibu kos. Makan yuk" 

"Hayuukk..." kata Mita lebay. 

Mita duduk di samping Amelia dan segera menyantap mie goreng di depanya. Dalam waktu lima belas menit mie udah pindah ke dalam perut. Di akhiri dengan jus. 

"Alhamdulilah..." ucap mereka kompak, merasa kenyang. 

Mereka kemudian melanjutkan belajar kembali. Ada dua mata pelajaran yang di ujikan. Matematika dan biologi. 

Waktu beranjak menuju malam. Mereka berdua masih berkutat dengan buku pelajaran. Sesekali Mita menguap, tandanya mata sudah ingin di istirahatkan. 

"Amel, aku tidur dulu." Ucap Mita setelah cuci muka dan sikat gigi tentunya. 

"Ya, aku sebentar lagi. Masih ada yang belum aku baca." 

Mita naik ke tempat tidur, menarik selimut sampai leher. Tak butuh waktu lama Mita terlelap. Amel, masih memaksakan diri untuk membaca walau berulang kali menguap. 

Demi cita- cita menjadi dokter batin Amelia. 

Mata Amelia tak tahan menahan kantuk, ia pun menyusul naik ke ranjang. Tak lama kemudian Amelia terlelap menyusul  Mita yang terlelap lebih dulu.

Esok hari.

Amelia dan Mita bersiap menuju kampus. Mereka jalan kaki karena memang letak kampus dan kosnya tak terlalu jauh.

Anak- anak udah datang dan siap menuju ke ruang Aula. Para penguji pun bersuara mengunakan mic, suruh berkumpul di Aula lagi. Karena Ujian akan segera di mulai. Anak- anak tertib duduk di kursi masing- masing sesuai nomer ujian. Mata itu lagi- lagi menatap Amelia tak berkedip, sejenak Amelia menatap balik. Tapi ia merasa tak nyaman dengan tatapan itu, Amelia mengalihkan pandanganya. 

Para pengawas membagikan lembar soal. Orang itu membagikan kepada Amel. Tepat berdiri di depan Amel sambil tanganya memberi lembar soal. 

"Siapa namamu? Tanya Ryan. 

Ryan adalah dosen baru, tampan juga cerdas. Ia juga anak dari pemilik Universitas ini.   Melihat Amelia mirip  seperti mendiang Adiknya yang baru meninggal sebulan yang lalu. 

"Saya Amelia Anggraeni." Jawab Amelia sopan. 

Ryan hanya melewati Amelia, dan membagikan pada peserta lainya. 

'Dasar orang aneh...' batin Amelia. Setelah Ryan membagikan lembar soal pada peserta lain, Ryan melewati Amelia lagi. 

"Kerjakan soal saja, tak usah mengumpat pengawas " Ucap Ryan lirih dan hanya terdengar Amelia. 

Amelia menghempus nafas pelan. Bagaimana ia bisa tahu isi hatiku? 

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 68. Pernikahan Tania.

    Tania dan Arnold pulang dari kantor. Perasaan lega menyelimuti hati. Sejatinya tak ada manusia yang sempurna yang ada hanya saling memaafkan. Minggu depan Tania dan Arnold menikah. Kebetulan Ayah Arnold adalah temen bisnis Ryan di Singapore. Ini sekaligus sebagai silaturahmi bisnis. Ryan pulang ke rumah, di depan pintu bau masakan menguar menusuk hidung. Ryan Membuka pintu, karena pintu juga tidak di kunci. Terlihat Amelia sedang sibuk di dapur. Bau masakan semakin mengaduk perut yang keroncongan. "Masak apa sayang," tanya Ryan memeluk pinggang istrinya. Amelia kaget, suaminya sudah memeluk erat pingangnya. "Masak yang gampang aja, Cumi saos tiram sama capcay bakso kesukaan Mas Ryan," "Sayang, ada kabar baik." ucap Ryan mengecup pipi istrinya. "Apa tuh?" tanya Amelia semangat. "Tania dan Arnold mau menikah." Amelia kaget sekaligus senang. Sikap tegas Ryan

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 67. Permintaan maaf.

    Arnold dan Tania, membicarakan rencana pernikahan. Tiba-tiba ia teringat perbuatanya pada Ryan. Ia ingin meminta maaf. "Tania, sebelum kita menikah aku ingin minta maaf sama Ryan," ucap Arnold sembari memegang jemari Tania. Tania terdiam sesaat, ia teringat kejadian itu atas perintah dirinya. Yang harus meminta maaf adalah dirinya. "Aku yang harus minta maaf sama Ryan, itu kan karena atas perintah ku," Kata Tania menatap kosong di depanya. Tania kini menyadari kesalahanya. Membiarkan dendam menguasai hatinya. Arnold seneng mendengar ucapan Tania. Itu artinya Tania ingin berubah menjadi lebih baik. Tak ingin menaruh dendam berlarut pada Ryan. Karena sejati hukum tabur tuai berlaku di dunia ini. Tania memperoleh hukumanya, di campakan oleh Ryan. Ia Lebih Memilih istrinya. Ingin menghancurkan hidup Ryan, tapi dirinya yang hancur. Untung cinta Arnold menyelamatkan dirinya, hi

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 66. Tania dilamar.

    Arnold menyodorkan cincin di hadapan Tania. Netra Tania menatap lurus cincin berlian di hadapanya. "Menikahlah denganku Tania, aku tak bisa berjanji bahwa aku akan selalu membahagiakan mu tapi aku ingin bersama sampai menutup mata." Tania mengejap matanya berulang kali, ia tak menyangkaa akan di cintai seperti ini. 'Apa ucapan kakak harus aku turuti?' Batin Tania. Arnold masih menatap penuh harap agar menerima dirinya. "Tania ...." panggil Arnold parau. "I-ya," jawab Tania sambil terbata- bata. "Apa kau menolakku?" tanya Arnold sedih. Ia berpikir sejenak. Lalu dengan memejamkan matanya ia menjawab lamaran Arnold. "Iya Arnold, aku mau menikah denganmu" walau hati ragu. Tapi ia ingin menghilangkan bayangan tentang Ryan di kepalanya. Hati Arnold sangat bahagia mendengar ucapan Tania. Arnold membuka kotak berisi cincin berlian. Menyematkan di jemari Tania. Cincin

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab.65

    Selama hampir sebulan Arnold mendekati Tania. Melakukan apa saja demi mendapatkan cinta Tania. Menyuruh Tania melupakan dendam pada Ryan. Mencoba berdamai dengan kehidupan. Bahwa semua terjadi adalah kuasaNya. Tapi Tania masih terdiam semua perkataan Arnold. Ia sangat sabar menghadapi Tania. Juga berdoa semoga Tania segera sadar. Arnold memakai jas Navy. Menyemprotkan aroma maskulin di tubuhnya. Jack sudah menunggu di belakang kemudi. Ia masuk mobil sudah tak sabar menemui Tania. Gugup menguasai hati Arnold. Jack melajukan mobilnya ke Apartemen Tania. Arnold membuka cincin berlian mata satu yang berkilau Indah. 'Ya Tuhan, semoga Tania menerimaku' batin Arnold. Tania baru bangun tidur saat mentari sudah naik. Ia mengeliat. Membuka selimutanya. Ada perasaan bahagia menyelinap ke dalam kalbu. Ia tak tau kenapa. Lebih baik mandi. Air pagi menyegarkan tubuh Tania. Rambut basah Tania telah di bungkus dengan handuk. Tania

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 64.

    Amelia melanjutkan makannya. Ucapan mertuanya yang menohok membuat selera makanya terhenti. 'Kapan Mama akan menerimaku?' Batin Amelia sambil menunduk. Ryan mengerti istrinya sedih. "Mas, ayo kita periksa ke dokter," rajuk Amelia dengan tatapan memohon. "Iya ... sayang, besok kita periksa. Kebetulan tak ada jadwal penting di kantor," Mata Amelia menyiratkan bahagia. Keinginan memiliki zuriat begitu besar baginya. Bukan sekedar menghindari ocehan mertuanya. Tapi ada kebahagiaan tersendiri di saat bayi mungil tumbuh besar di rahimnya. Melahirkan dan membesarkan dengan penuh cinta kasih. Untungnya suaminya sangat pengertian. Tak menuntutnya memiliki keturunan segera. Tapi anak adalah rejeki dan harus berusaha meraihnya. Juga doa yang tak pernah putus. Amelia mengeliat dalam pelukan suaminya. Hangat mengaliri darah Amelia. Ia mengejap dan mengedarkan pandanganya. Masih gelap jam berapa ini?

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 63.

    Kembali ke Amelia. Amelia mengejap matanya berulangkali. Ia melihat jam di beker di nakas. Jam 3 sore. Ia bangkit dan melangkah ke kamar mandi tak jauh dari kamarnya. Ritual mandi dilakukan dengan cepat. Selesai mandi segera ke dapur. Memasak untuk nanti makan nanti malam. Aroma masakan menyeruak menyebar di seluruh ruangan rumah ini. Jam lima sore Ryan pulang. Pintu rumah tak di kunci. Ia langsung masuk saja. "Ceklek" "Assalamualaikum," "Walaikum salam Mas Ryan," Senyum mengembang dari kedua sudut mulut Amelia. Ia menyambut suaminya dan mencium tanganya. "Masak apa sayang?" Tanya Ryan sembari mencium kening istrinya. "Masak kesukaan Mas Ryan," ucap Amelia sembari menaruh Ayam goreng di meja. "Mas mandi dulu, nanti kita malam bareng," "Iya sayang," Ryan melangkah ke kamar. Mandi juga berganti pakaian. Ryan terlihat segar. Waj

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status