Amelia menata bajunya di koper, sementara ini ingin pergi sebentar dari Kehidupan suaminya. Mengetahui suaminya pernah tidur dengan tidur dengan Tania membuatnya gamang saat ini. Ia menghela nafas berat. Kembali memikirkan langkah ini. Apakah tindakanku benar? meninggalkan Ryan? Amelia berusaha memejamkan matanya. Pikiranya pusing memikirkan semua ini.
"Aaah aku ingin menenangkan diri di rumah Ibu," gumam Amelia. Selesai packing ia memesan tiket lewat online.
Merasa belum masak, ia membuka kulkas kemudian memasak kesukaan Ryan. Tapi pikiranya tak fokus untuk memasak.
Apakah diriku penghalang bagi suamiku Tania? Tapi aku tak sanggup berbagi suami. Ryan pun lebih memilihku daripada Tania? gamang kembali menguasai hati Amelia. Selesai masak ia menata di meja. Di tutup tudung saji. Gegas mandi sebelum Ryan menghalangi dirinya pulang.
****
Di kantor Ryan merasa gelisah, jantung berdebar tak karuan. Perasaan tidak enak menguasai hati sejak tadi. Ryan memanggil sekertarisnya yang baru. Akbar namanya. Yang dulu mengundurkan diri karena ingin menikah. Setelah Bobby sekertaris Ryan berganti- ganti terus.
"Akbar ...." panggil Ryan.
Akbar segera ke ruangan Bosnya sedari dua bulan ini.
"Ya pak," ucap Akbar menuju tempat kerjanya Ryan.
"Hari ini apa kita ada meeting dengan klien?
"Nggak ada Pak, Jadwal bertemu dengan Klien dari Thailand. Pending besok Pak, karena ada masalah internal di perusahaanya,"
"Oke. Saya mau tanda tangani berkas langsung pulang,"
"Bapak tidak enak badan?
"Tidak, aku kangen istriku," ucap Ryan tersenyum.
Akbar tersenyum penuh arti.
Gegas Ryan pulang menuju rumah. Perasaan berkecamuk dalam dada. Ia tau istrinya tak suka di bohongi juga penghianatan. Walau merasa kejadian itu jebakan?
'Sayang, aku merindukanmu' batin Ryan.
Sampai di rumah, terlihat sepi. Jantung serasa ingin lepas. Tapi ketika pintu tak di kunci Ryan lega. Saat ini Ryan takut Amelia meninggalkan dirinya.
"Sayang ...." panggil Ryan. Ia mencari ke dapur tak ada. Masih tersisa bau makanan.
'Dia habis masak' batin Ryan.
Ryan menuju kamar, terlihat Amelia sedang dandan. lega. Istrinya masih di hadapanya.
"Amelia ...." Ryan tersenyum lebar. Menyebut nama istrinya dengan penuh cinta.
Mendapat tatapan suaminya penuh cinta, Amelia menunduk. Ryan menatap nanar sebuah koper besar di sampingnya. Ia mengusap wajahnya kasar. Yang di takutkan selama ini terjadi. Amelia ingin pergi.
"Sayang, kenapa bawa koper segala? Mau kemana? Pertanyaan bodoh yang Ryan ucapkan.
Amelia masih diam, air mata menitik dari pelupuk mata.
Ryan berusaha sabar, karena tau pasti jawabanya. Ia duduk samping Amelia di tepi ranjang.
"Aku ingin pulang mas, kangen keluargaku," ucap Amelia lirih.
"Berapa lama? Mas anter ya?"
"Nggak usah," ucap Amelia mengeleng lemah.
"Sayang ...."
"Please, jangan tinggalkan aku! mohon maafkan aku !"
Ryan memeluk istrinya, mengalirkan cinta dan kehangatan hanya untuk istrinya seorang. Walau dirinya harus bekerja keras memulihkan kepercayaanya.
"Mas ...."
Amelia menitikan air matanya kembali.
"Ku mohon sayang, beri aku kesempatan! Aku tak bisa hidup tanpa kamu !" Ryan menangkup wajah istrinya.
"Mas, aku ingin tenang ...." ucap Amelia akhirnya bisa mengeluarkan isi hatinya.
'Tenang? Aku juga ingin tenang bersamamu' batin Ryan.
Tanpa menunggu persetujuan istrinya. Ia mengambil koper satu lagi. Memasukan pakaianya sendiri. Melihat itu semua. Amelia binggung harus sedih atau senang?
Ryan kemudian memesan tiket online. menghubungi Akbar untuk menghandle semuanya. Walau Akbar masih baru di perusahanya. Tapi ia mampu. Karena sebelumnya ia sudah pernah bekerja di Perusahaan besar.
"Ayoo ... kita pulang ke rumah Ibu," ucap Ryan sambil mengulurkan tanganya. Amelia menatap wajah Ryan. Ia tersenyum sambil menganguk, Dengan terpaksa mengulurkan tanganya.
Bersambung..
Tania dan Arnold pulang dari kantor. Perasaan lega menyelimuti hati. Sejatinya tak ada manusia yang sempurna yang ada hanya saling memaafkan. Minggu depan Tania dan Arnold menikah. Kebetulan Ayah Arnold adalah temen bisnis Ryan di Singapore. Ini sekaligus sebagai silaturahmi bisnis. Ryan pulang ke rumah, di depan pintu bau masakan menguar menusuk hidung. Ryan Membuka pintu, karena pintu juga tidak di kunci. Terlihat Amelia sedang sibuk di dapur. Bau masakan semakin mengaduk perut yang keroncongan. "Masak apa sayang," tanya Ryan memeluk pinggang istrinya. Amelia kaget, suaminya sudah memeluk erat pingangnya. "Masak yang gampang aja, Cumi saos tiram sama capcay bakso kesukaan Mas Ryan," "Sayang, ada kabar baik." ucap Ryan mengecup pipi istrinya. "Apa tuh?" tanya Amelia semangat. "Tania dan Arnold mau menikah." Amelia kaget sekaligus senang. Sikap tegas Ryan
Arnold dan Tania, membicarakan rencana pernikahan. Tiba-tiba ia teringat perbuatanya pada Ryan. Ia ingin meminta maaf. "Tania, sebelum kita menikah aku ingin minta maaf sama Ryan," ucap Arnold sembari memegang jemari Tania. Tania terdiam sesaat, ia teringat kejadian itu atas perintah dirinya. Yang harus meminta maaf adalah dirinya. "Aku yang harus minta maaf sama Ryan, itu kan karena atas perintah ku," Kata Tania menatap kosong di depanya. Tania kini menyadari kesalahanya. Membiarkan dendam menguasai hatinya. Arnold seneng mendengar ucapan Tania. Itu artinya Tania ingin berubah menjadi lebih baik. Tak ingin menaruh dendam berlarut pada Ryan. Karena sejati hukum tabur tuai berlaku di dunia ini. Tania memperoleh hukumanya, di campakan oleh Ryan. Ia Lebih Memilih istrinya. Ingin menghancurkan hidup Ryan, tapi dirinya yang hancur. Untung cinta Arnold menyelamatkan dirinya, hi
Arnold menyodorkan cincin di hadapan Tania. Netra Tania menatap lurus cincin berlian di hadapanya. "Menikahlah denganku Tania, aku tak bisa berjanji bahwa aku akan selalu membahagiakan mu tapi aku ingin bersama sampai menutup mata." Tania mengejap matanya berulang kali, ia tak menyangkaa akan di cintai seperti ini. 'Apa ucapan kakak harus aku turuti?' Batin Tania. Arnold masih menatap penuh harap agar menerima dirinya. "Tania ...." panggil Arnold parau. "I-ya," jawab Tania sambil terbata- bata. "Apa kau menolakku?" tanya Arnold sedih. Ia berpikir sejenak. Lalu dengan memejamkan matanya ia menjawab lamaran Arnold. "Iya Arnold, aku mau menikah denganmu" walau hati ragu. Tapi ia ingin menghilangkan bayangan tentang Ryan di kepalanya. Hati Arnold sangat bahagia mendengar ucapan Tania. Arnold membuka kotak berisi cincin berlian. Menyematkan di jemari Tania. Cincin
Selama hampir sebulan Arnold mendekati Tania. Melakukan apa saja demi mendapatkan cinta Tania. Menyuruh Tania melupakan dendam pada Ryan. Mencoba berdamai dengan kehidupan. Bahwa semua terjadi adalah kuasaNya. Tapi Tania masih terdiam semua perkataan Arnold. Ia sangat sabar menghadapi Tania. Juga berdoa semoga Tania segera sadar. Arnold memakai jas Navy. Menyemprotkan aroma maskulin di tubuhnya. Jack sudah menunggu di belakang kemudi. Ia masuk mobil sudah tak sabar menemui Tania. Gugup menguasai hati Arnold. Jack melajukan mobilnya ke Apartemen Tania. Arnold membuka cincin berlian mata satu yang berkilau Indah. 'Ya Tuhan, semoga Tania menerimaku' batin Arnold. Tania baru bangun tidur saat mentari sudah naik. Ia mengeliat. Membuka selimutanya. Ada perasaan bahagia menyelinap ke dalam kalbu. Ia tak tau kenapa. Lebih baik mandi. Air pagi menyegarkan tubuh Tania. Rambut basah Tania telah di bungkus dengan handuk. Tania
Amelia melanjutkan makannya. Ucapan mertuanya yang menohok membuat selera makanya terhenti. 'Kapan Mama akan menerimaku?' Batin Amelia sambil menunduk. Ryan mengerti istrinya sedih. "Mas, ayo kita periksa ke dokter," rajuk Amelia dengan tatapan memohon. "Iya ... sayang, besok kita periksa. Kebetulan tak ada jadwal penting di kantor," Mata Amelia menyiratkan bahagia. Keinginan memiliki zuriat begitu besar baginya. Bukan sekedar menghindari ocehan mertuanya. Tapi ada kebahagiaan tersendiri di saat bayi mungil tumbuh besar di rahimnya. Melahirkan dan membesarkan dengan penuh cinta kasih. Untungnya suaminya sangat pengertian. Tak menuntutnya memiliki keturunan segera. Tapi anak adalah rejeki dan harus berusaha meraihnya. Juga doa yang tak pernah putus. Amelia mengeliat dalam pelukan suaminya. Hangat mengaliri darah Amelia. Ia mengejap dan mengedarkan pandanganya. Masih gelap jam berapa ini?
Kembali ke Amelia. Amelia mengejap matanya berulangkali. Ia melihat jam di beker di nakas. Jam 3 sore. Ia bangkit dan melangkah ke kamar mandi tak jauh dari kamarnya. Ritual mandi dilakukan dengan cepat. Selesai mandi segera ke dapur. Memasak untuk nanti makan nanti malam. Aroma masakan menyeruak menyebar di seluruh ruangan rumah ini. Jam lima sore Ryan pulang. Pintu rumah tak di kunci. Ia langsung masuk saja. "Ceklek" "Assalamualaikum," "Walaikum salam Mas Ryan," Senyum mengembang dari kedua sudut mulut Amelia. Ia menyambut suaminya dan mencium tanganya. "Masak apa sayang?" Tanya Ryan sembari mencium kening istrinya. "Masak kesukaan Mas Ryan," ucap Amelia sembari menaruh Ayam goreng di meja. "Mas mandi dulu, nanti kita malam bareng," "Iya sayang," Ryan melangkah ke kamar. Mandi juga berganti pakaian. Ryan terlihat segar. Waj