Share

Bab. 51. Rencana Balas Dendam Tania

    Amelia di sambut Ines, Ayah dan Ibu saat kehadiranya. Mereka senang Amelia bisa mengunjunginya. Apalagi Ines langsung bergelayut manja di lenganya. Saat kakak sulungnya datang. Tak menghiraukan suami kakaknya yang berada di sampingnya. 

Ryan melirik istrinya yang terlihat bahagia di tengah keluarganya. Ya saat ini dia ingin ketenangan. Mendengar suaminya telah menikah lagi diam- diam membuatnya merasa di hianati walau sekarang sudah di ceraikan tapi ke depanya. Takut Ryan akan melakukan lagi di belakang Amelia.  Ryan melirik istrinya sambil mengengam tangan mesra. Tapi Amelia mengangapnya biasa saja. Butuh waktu untuk menghadirkan rasa  itu lagi.

Suasana hangat di meja makan. Saat makan siang.  Amelia sangat senang berada di tengah keluarganya. 

Setelah selesai makan siang. Mereka masuk kamar. Kamar Amelia saat masih gadis. Kamar itu masih rapi karena Ibunya sering membersihkanya. Amelia duduk di tepi ranjang miliknya. Menatap kosong di depanya. 

Ryan menyentuh pundak istrinya. 

"Kenapa sayang? Ada yang kau pikirkan?" 

Amelia terpaku menatap suaminya lekat. Saat ini ia hanya ingin tenang. Tak ingin melihatnya untuk sementara. Pergumulan antara Tania dan suaminya menari- nari dalam memorinya. Antara benci dan marah bersemi dalam dada. 

Amelia memandang lekat suaminya. Ragu ingin mengucapkan ini. Tapi Amelia saat ini  ingin tenang. Menghilangkan penghianatan Ryan. Dan memaafkan butuh waktu bukan? 

"Mas Ryan,  boleh aku minta satu permintaan?" 

"Apa sayang? Mas akan berusaha memenuhinya," 

"Mas janji?!" 

"Insyaallah sayang, katakan apa itu?" 

"Mas tolong tinggalkan Ameli disini, Amelia ingin tenang sekarang," 

Kata lembut Amelia menhujam ulu hati Ryan. Nyeri di sudut hati. Menatap lekat wajah istrinya. Menelisik kejujuran hati di sana. Ryan tau bahwa istrinya terluka atas skandal dirinya. Walau tak sengaja? 

Ryan merasa tak melakukanya. Tapi efeknya sangat besar bagi perasaan perempuan. Walau perempuan itu telah di talak. Tapi itu meninggalkan luka di hati istrinya. 

Ryan menghela nafas pelan. Ia bisa memahami perasaan istrinya. 

"Baiklah, berapa lama kamu ingin tenang Amelia? Amelia merasa kaget. Ada ketegasan di suara suaminya tak biasanya ia memangil namanya. Selalu memanggilnya sayang. Amelia berani menatap mata teduh suaminya. 

"Satu tahunkah? Satu bulankah? Atau selamanya?? 

Amelia tercekat mendengar ucapan Ryan. Ia terdiam membisu. Takut akan tatapan tajam suaminya. Menunduk. 

"Maaf ...." ucap Amelia lirih. 

"Baiklah, ku beri waktu satu bulan kamu untuk tenang, tapi  ingatlah aku akan menjemputmu kesini! Dan kau tak boleh menolak !" 

Amelia menganguk. Setuju atas permintaan suaminya. Ingin sekali memaafkanya dan kembali memeluk erat tubuh atletisnya. Tapi hati belum mantap melakukanya. 

Ryan mengambil koper yang belum di buka. Segera berpamitan kedua orang tua Amelia. Ryan beralasan  pekerjaan sudah menunggunya. 

Amelia mengantar sampai di depan pintu. Dalam hatinya  bertanya apakah  sikap ini benar? 

*****

Tania sudah dua hari di beri hukuman Ayahnya. Tak boleh keluar rumah. Setelah tau Tania di talak Ryan.

"Ini akibat  menganggu rumah tangga orang lain Tania ! Kau di campakan! Mulai sekarang tak usah mengejar lelaki itu, kau seperti wanita tak laku saja mengejar laki- laki yang sudah beristri, Papa malu punya anak sepertimu !" 

Ia mengurung diri di kamarnya. Kata- kata pedas Ayahnya tergiang di telinganya. Ia merasa hancur sekarang. Perasaanya terkoyak setelah di campakan orang terkasih. 

Rasanya ingin balas dendam, membalaskan sakit hati yang mendera. Melihat Amelia dan Ryan Bahagia sunggung ia tak rela lahir batin. Sesak di dada saat ini di hati Tania. Berusaha menghubungi mertuanya tapi nomernya tidak aktif. 

"Huuuh ... Mama Mertua susah di hubungi!" Gumam Tania. 

Tok...tok.. 

"Kau sudah tidur nak?" Sapa Mama. 

"Belum Ma," ucap Tania dari balik pintu. Kemudian membuka pintu untuk Mama. 

Mama membawa nampan berisi sup Ayam juga nasi. 

"Makan dulu Nak, nanti kamu sakit!" 

"Aku nggak lapar Ma," kata Tania malas. 

"Makanlah barang sedikit, Mama suapin ya," 

"Nggak Ma, nanti Tania Makan sendiri," 

Mama Tania sedih melihat putrinya seperti ini. Merasa terpuruk karena cinta. Merasa bersalah tak menghalangi putrinya mengejar Ryan. Karena keegoisan dirinya menyebabkan putri bungsunya  menderita. Hanya karena ingin berbesanan dengan sahabatnya sendiri. 

"Maafkan Mama nak, karena Mama kamu jadi seperti ini," ucap Mama sendu. Sedang Tania berbaring sambil memeluk guling. Air mata kembali menetes mewakili jiwa yang terluka. Merasa tak terima di campakan, ia berencana balas dendam. 

Tania masih diam saja, membiarkan air mata mewakili kesedihan ini. Tak ingin mulutnya mengeluarkan sepatah katapun. 

"Besok kakakmu pulang dari belanda, ia ingin kamu ikut ke sana. Jalan- jalan lah untuk menghilangkan stress di hatimu," 

Mendengar kakak kesayangan pulang ia berbalik badan  memandang Mama lekat. 

"Benarkah Ma? ucap Tania berbinar. 

"Iya ...." Mama menganguk sambil tersenyum. Ia tau Tania sangat dekat dengan kakaknya. Dengan mengundangnya pulang Mamanya berharap bisa mengubah Tania lebih baik. Tidak merasa terpuruk sendiri di kamar. Kakaknya berharap Bisa mengajaknya ke Belanda. 

"Ya udah kamu makanlah, Mama mau menyuruh Bibi membersihkan kamar kakakmu," 

"Iya Ma," 

Tania mengambil sup Ayam di nakas. Ia memasukan sop ke dalam mulut. Terlintas di pikiranya nama Arnold. Dia pengusaha sukses yang punya cabang di Singapura. Yang selalu mengejar- gejar dirinya. Hanya waktu itu. Ia di butakan oleh cinta kepada Ryan. Hingga ia tak bisa melihat cinta itu. Tapi melalui Arnold, Tania ingin menghancurkan bisnis Ryan. Membalaskan sakit hati melalui Arnold, Dicarinya kontak nama Arnold tapi tak ketemu. 

'Aaahgg sial, aku tak menyimpanya' batin Tania kesal. Tapi segera beranjak menuju laci. Teringat ia menulis nama Arnold di buku note. Di bukanya buku note itu ternyata ada nama Arnold setiawan. 

Dewi fortuna seakan berpihak kepadanya Tapi saat di hubungi hp Arnold berada di luar jangkuan. Amelia mengirim pesan untuk Arnold agar menghubunginya kembali. 

"Arnold lagi nggak aktif," gumam Tania. Kembali ia taruh hpnya di nakas. Berharap besok Arnold menghubunginya. 

Suara ketokan membangunkan tidur Tania. Ia bangun dan membuka pintu. Bahagianya saat Kakaknya sulungnya sudah di depan kamarnya. 

"Kaakak ...." teriak Tania histeris. Kakaknya tersenyum lebar. Meregangkan tanganya. Segera Tania memeluk kakak yang di rindukan selama ini. 

"Gimana kabar kakak? 

"Baik dek," 

"Kakak tau hubunganmu dengan Ryan, kan sudah ku bilang dari awal. Kamu pasti kecewa ujungnya, dahlah lupakan Ryan yang sok tampan itu! Nanti kakak kenalkan sama Bule yang tak kalah tampan dengan Ryan!" 

"Ya kak, tapi aku ingin menemui temenku dulu di Singapore," 

"Ya lah, nanti gampang di atur. Kakak mau ke kamar istirahat dulu," 

"Iya kak," 

Kakaknya Tania  baru tiba tadi pagi dari Belanda.

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status