Keduanya sudah sampai di apartemen Allard. Nora terperngah karena rupanya tempat tinggal Allard dekat dengan apartemen dia dan John.
“Allard. Bagaimana mungkin kau tinggal di sini? Aku dan John tinggal di apartemen sebelah.” Nora memberi tahu Allard.
Allard hanya menyunggingkan bibirnya. Kemudian menghampiri Nora dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping wanita itu.
“Menurutmu, apakah aku peduli? Tentu saja tidak, Nora. Aku tidak peduli, kau dan Daddy tinggal di sana,” bisik Allard kemudian meraup bibir wanita itu.
Hal gila antara Allard dan Nora kembali berlanjut. Mereka tampaknya tidak bisa melepaskan satu sama lain, dan keinginan gila mereka membawa mereka ke tempat-tempat yang tak terduga.
"Nora, kau tahu betapa ku merindukanmu selama ini." Allard berucap dengan senyum nakal terbit di bibirnya.
“Ya, aku tahu itu. Tapi Allard, aku dan John tengah berbulan madu sekarang." Nora berucap dengan ragu.
“Itu sebabnya aku datang ke sini. Aku ingin kau bersamaku, setidaknya selama beberapa hari. Daddy masih sibuk dengan kliennya, mungkin akan mabuk lagi seperti malam pernikahanmu waktu itu.
Nora merasa risau, konflik batinnya melanda. Di satu sisi, cintanya pada Allard tak pernah luntur, dan mereka telah menjalani banyak petualangan bersama.
Di sisi lain, dia adalah seorang istri yang berjanji setia pada suaminya, John.
“Bagaimana jika John mengetahui? Kau bisa mati di tangan dia, Allard. Kau tahu? John sangat mencintaiku.”
Allard menghela napasnya dengan panjang. "Lalu, kau juga mencintainya?”
Nora diam saja. Tidak menjawab apa pun selain menatap wajah Allard yang begitu dekat dengan wajahnya.
“Oh, come on! Apakah sangat sulit sekali menjawab pertanyaanku, hum?” ucap Allard tak sabar mendengar jawaban dari ibu tirinya itu.
“Aku … aku tidak tahu, Allard. John baik padaku. Tapi, aku juga tidak bisa melepasmu begitu saja.”
Allard kemudian melingkarkan tangannya kembali di pinggang Nora. “Maka dari itu, jangan pernah kau beri tahu tentang hubungan kita pada Daddy. Bahkan kau tahu, apa yang akan terjadi jika Daddy mengetahui hal ini.
“Bukan hanya aku saja yang berada dalam bahaya, melainkan dirimu juga akan celaka. Daddy sangat mencintaimu. Tapi, aku jauh lebih mencintaimu. Aku membiarkan dirimu menjadi istri Daddy karena aku menghargai perjanjian yang sudah kau lakukan dengan Daddy.”
Nora mengulas senyum kepada lelaki itu. Nora akhirnya setuju untuk tinggal bersamanya sementara waktu.
Mereka tahu apa yang mereka lakukan adalah hal yang gila dan berisiko, tetapi ketidakmampuan mereka untuk menjauh satu sama lain membuat segalanya terasa begitu kuat.
Mereka berdua berjanji untuk merahasiakan keberadaan Nora dari John, setidaknya sampai suaminya itu kembali dari perjalanannya dengan kliennya.
Itu adalah langkah nekat, dan mereka merasa berdebar-debar dengan apa yang telah mereka lakukan. Tetapi, pada saat itu, cinta dan hasrat mereka lebih kuat daripada pertimbangan rasional.
Allard menggendong tubuh Nora dan membawanya masuk ke dalam kamar. Merebahkan tubuh wanita itu dengan hati-hati di atas tempat tidur yang begitu luas.
Lelaki itu kemudian melucuti pakaian yang ia kenakan dan langsung mendekap tubuh Nora. Melakukan hal gila di sana.
“Ough! Allard. Kau benar-benar membuatku gila,” lenguh Nora tak mampu menahan gejolak gairah bersama Allard.
“Nikmati saja, Nora. Aku sangat menyukai suara desahanmu. Lakukan lagi, Sayangku.” Allard terus melaju di atas tubuh Nora.
Perempuan itu semakin memekik saat tubuhnya penuh oleh Allard. Lelaki itu bermain dengan ganasnya.
“Kau sangat nikmat, Nora. Bagaimana mungkin aku bisa melepasmu begitu saja. It’s fucking stepmother. Kau akan menjadi milikku, Nora!” racau Allard semakin menggila.
Tangan Nora memeras sprei dengan erangan yang terus keluar karena permainan Allard yang semakin tak karuan.
Tubuhnya penuh oleh keringat yang keluar. Suhu dingin di dalam kamar itu tergantikan oleh suhu panas yang keluar dari tubuh mereka.
Satu jam berlalu … Allard sudah ingin sampai. Kemudian merobek alat kontrasepsi dengan mulutnya dan memakainya.
“Arrgh! Allard. Pelan-pelan. Kau terlalu kasar, Aaah!” pekik Nora tak kuasa menahan gempuran tubuh Allard yang terus memompanya di bawah sana.
Tubuhnya mengejang bersamaan dengan Allard yang mengeluarkan benih-benih itu. Napas keduanya tersengal-sengal kemudian ambruk di atas tempat tidur.
“Aku ingin kau menjawab jujur, Nora.”
Nora menoleh lemas ke arah Allard. “Apa yang ingin kau tanyakan, Allard?” tanyanya dengan suara lemasnya.
Allard menghela napasnya dengan panjang. “Siapa yang paling membuatmu puas? Aku, atau Daddy? Aku tahu, kau dan Daddy pasti bermain setiap hari selama bulan madu di sini.”
Nora menelan salivanya kemudian menatap wajah Allard. “Kau, Allard. Kau masih muda, sedangkan ayahmu sudah tua. Bagaimana mungkin bisa sehot kamu?”
Allard tersenyum bangga. Ia kemudian mencium bibir Nora singkat. “Maka, aku akan memberikan kepuasan padamu, ibu tiriku.”
“Jangan kau bahas mengenai hal itu, Allard.”
“Lalu apa? Aku adalah anak satu-satunya lelaki yang kini telah menjadi suamimu.”
“Ya, aku tahu. Hanya saja, tidak perlu kau perjelas juga.”
Allard menerbitkan senyumnya. Kemudian mengangguk. “Ya. Aku berjanji, aku tidak akan membahas itu lagi. Asalkan kau mau, berbagi keringat setiap hari denganku.”
“Apa kau sudah gila? Bagaimana mungkin setiap hari, Allard?” protes Nora tak percaya dengan ucapan Allard tadi.
“Just kidding, babe. Aku akan selalu memberimu kepuasan jika kau tak bisa puas dengan Daddy.”
**
Sore hari tiba ….
Di apartemen mewah Allard yang terletak di jantung kota. Cahaya matahari terbenam menerangi ruangan dengan warna-warna hangat. Allard, dengan senyuman lembut di bibirnya, mendekati Nora dan memeluknya dari belakang.
"Hai, sayang. Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Allard dengan suara beratnya.
“Kau benar, Allard. John belum juga memberiku kabar sampai saat ini.”
“Apa kau resah?” tanya Allard kembali.
“Tidak, Allard. Aku hanya bergumam sebentar. Jika kau lebih tahu ayahmu daripada diriku.”
Allard mengulas senyum. “Daripada menunggu kapan Daddy mengabarimu, bagaimana kalau kita makan malam di sini malam ini? Aku baru saja membeli beberapa daging dan keperluan lainnya. Bagaimana jika kau memasak untukku?"
"Benarkah? Tapi kenapa aku yang harus memasak?" tanya Nora bingung.
"Karena aku ingin menikmati masakanmu. Kau tahu betapa aku menyukai masakanmu,” jawabnya lalu mengulas senyum.
Nora tersenyum lembut, terharu dengan permintaan Allard. Namun, ada pertanyaan yang selalu mengganggu pikirannya.
“Baiklah, aku akan memasak untukmu malam ini."
Allard tersenyum bahagia, lalu mengambil tangan Nora dan membawanya ke dapur. Di sana, mereka berdua mulai mempersiapkan makan malam bersama.
Sambil mengiris sayuran dan mempersiapkan bahan-bahan lainnya, Allard mulai berbicara tentang perasaannya.
"Nora, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu. Aku tahu ini mungkin tidak tepat, tapi aku merasa perlu mengatakannya,” ucap Allard dengan nada cukup serius.
"Apa itu, Allard?" tanya Nora penasaran.
Allard menatap Nora penuh cinta. "Aku tidak bisa melupakanmu, Nora. Meskipun aku tahu kau sudah menikah dengan ayahku dan aku harus bersaing dengan dia, aku tidak peduli. Aku hanya ingin kau tahu betapa aku merindukanmu setiap hari."
Nora tersenyum dan mencium Allard dengan lembut.
“Aku juga merindukanmu, Allard. Ini semua begitu rumit, tapi aku tidak bisa meragukan perasaanku padamu."
Mereka saling memandang dengan cinta, mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan mungkin salah, tetapi cinta mereka tetap tidak tergoyahkan.
Di antara aroma masakan yang sedap dan ketulusan perasaan mereka, malam itu menjadi spesial bagi mereka berdua.
“Kalau begitu, jangan pernah mau hamil anak Daddy.”
Nora mengerutkan keningnya mendengar ucapan Allard tadi. "Apa yang kau maksud, Allard?"Allard menatap serius wajah Nora. "Nora, aku tahu ini mungkin terdengar gila, tapi aku ingin kau dengarkan dengan baik. Aku tidak ingin kau hamil anak John."Nora hampir menjatuhkan spatula yang sedang digunakan, tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja dia dengar."Apa yang kau bicarakan, Allard? Itu bukan keputusan yang bisa kita ambil begitu saja. John mungkin sudah tua, tapi, aku tidak bisa mengiyakan ucapanmu tadi. Bagaimana jika ayahmu menginginkan seorang anak dariku?”Allard bangkit dari kursinya dan mendekati Nora. Dia berusaha menjelaskan dengan penuh hasrat.Allard kemudian menggenggam tangan Nora. "Nora, dengarlah aku. Aku mencintaimu, dan aku tahu bahwa aku tidak bisa terus menjadi simpananmu. Aku ingin lebih dari itu, aku ingin mengambilmu dari Daddy, apa pun caranya."Nora merasa hatinya berdebar kencang. Dia mencintai Allard dengan segala hatinya, tetapi ide untuk mencari cara a
Sepuluh hari telah berlalu sejak Nora tiba di Italia, dan rindunya pada Allard semakin tidak tertahankan.Dia tidak sabar ingin kembali ke Texas dan bertemu dengan pria yang telah menghiasi pikirannya selama ini.Namun, ketika dia akhirnya tiba di rumah mereka di Texas, kekecewaan melanda saat dia tidak menemukan Allard di sana."Apa dia sedang di luar? Atau mungkin dia sedang di lantai atas?" gumam Nora kemudian menghela napasnya.Nora memutuskan untuk bertanya kepada John, suaminya, tentang keberadaan Allard. Dia mencari John dan menemukannya di ruang keluarga."John, kau tahu di mana Allard berada? Mengapa tidak ada di rumah?” tanya Nora begitu menemukan John tengah sibuk dengan pekerjaannya.John yang mengira jika Nora hanya bertanya karena perhatiannya pada anak semata wayangnya itu, dengan santai menjawab, "Mungkin ada di kamar tidur, mungkin tidur siang atau apa."Nora mengangguk, lalu dengan langkah hati-hati, dia menuju kamar tidur lelaki itu.Namun, setelah memeriksa kamar t
Nora memandang Allard dengan tatapan yang penuh keraguan dan cemas setelah mengajukan pertanyaan yang sulit."Allard, apakah semua ini hanya pelampiasan bagimu? Apakah ini tidak lebih dari sekadar keinginan untuk melepaskan diri dari rutinitas?" tanya Nora dengan suara penuh ragu.Allard melihat ke mata Nora dengan tulus dan penuh emosi."Tidak, Nora!” ucap Allard dengan tegas.“Kau salah besar jika kau berpikir begitu. Aku telah jatuh cinta padamu, lebih dari sekadar pelampiasan. Aku ingin bersamamu, bahkan lebih dari itu. Aku ingin merebutmu dari Daddy, tapi aku belum memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya."Nora terlihat bingung. Dia merasa dilema antara membuka diri tentang alasan terpaksa dia menikah dengan John atau menjaga rahasia itu untuk dirinya sendiri.‘Apa yang seharusnya aku katakan?’ ucapnya dalam hati.Setelah mendengar jawaban yang tulus dari Allard, terlihat dari raut wajahnya jika Allard tidak membohonginya. Membuatnya kembali dilemma.Allard memperhatikan ker
Allard sangat terkejut saat John memberi tahu bahwa dia sudah berada di lobi kantornya. Tanpa banyak bicara, Allard langsung memberi instruksi kepada Nora."Nora, kau harus kembali masuk ke dalam kamar sekarang juga. Daddy sudah di sini, dan aku tidak ingin dia tahu mengenai hal ini. Aku masih belum siap kehilanganmu,” ucap Allard dengan suara tergesa-gesa.Nora mengerti situasi yang sangat rumit ini dan tanpa ragu-ragu masuk kembali ke dalam kamar, bersembunyi dari pandangan John.Lima menit kemudian, John tiba di ruang kerja Allard. Dia memasuki ruangan tersebut dengan langkah mantap, wajahnya serius dan tegang.Dia langsung menghampiri anaknya, Allard, yang tengah berdiri menyender di meja kerjanya."Allard, kita perlu bicara,” ucapnya dengan suara ketusnya.Allard menatap ayahnya dengan tatapan tajam, tidak terlihat senyum sedikit pun di wajahnya.Dia sangat marah dengan John karena karyanya yang akan launching bulan depan telah dicuri oleh musuh bebuyutan John."Tentu saja, kita
Nora menatap Allard dengan ekspresi khawatir. Menunggu jawaban dari pertanyaan yang ia tanyakan kepada lelaki itu.Allard mengendikan bahunya. “Aku tidak tahu pastinya kapan. Yang jelas, dua sampai tiga minggu aku akan berada di sana, Nora.”Nora menelan salivanya menatap wajah Allard. “Lumayan lama. Tapi, Allard. Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu, kenapa tiba-tiba kau membawa namaku saat berdebat tadi?"Allard menghela napas, mencoba menjelaskan perasaannya."Nora, Daddy sangat berengsek! Dia begitu munafik, tidak tahu apa-apa. Aku sangat membenci dia saat ini,” ucapnya dengan nada tajam.Nora mengerti perasaan Allard, terutama karena dia melihat betapa frustrasinya Allard saat berdebat dengan ayahnya tadi."Aku mengerti, Allard. Aku melihat bahwa kau tidak mendapatkan saran apa pun dari John. Dia mungkin terlalu terpengaruh dengan segala masalahnya sendiri."Allard merasa lega mendengar pemahaman Nora. Dia tahu bahwa situasi ini memang sangat sulit, dan dia berharap bahwa merek
Dua minggu telah berlalu sejak Allard pergi ke New York, dan selama waktu itu, Nora telah menunggu dengan cemas untuk mendengar kabar dari kekasihnya.Meskipun dia telah menerima pesan singkat dari Allard di awal perjalanan, sejak itu dia tidak mendengar kabar lagi.“Apakah dia masih sibuk dengan urusannya? Mengapa sampai detik ini aku tidak mendapat kabar darinya, dia kapan pulang?” gumam Nora kemudian menggigit jarinya karena cemas.Nora mencoba untuk memahami bahwa Allard mungkin sibuk dengan pekerjaannya di sana, tetapi kekhawatiran mulai merayapinya.“Namun, hari ini sudah tepat dua minggu dia pergi. Mengapa aku tidak bisa tenang karena hal ini.” Nora bingung pada dirinya sendiri.Hari ini adalah dua minggu tepat sejak Allard tiba di New York, dan kecemasan Nora semakin memuncak.Nora: [Allard, kau di mana? Masih lama kah, kau di sana? Aku merindukanmu, cepat pulang.]Nora mengirim pesan pada Allard. Berharap lelaki itu membacanya dan segera pulang menemuinya.Ia lalu menoleh pad
Malam hari telah tiba, dan Nora masih belum mendapatkan kabar dari Allard. Kecemasan mulai merayapinya, dan dia merasa semakin terjebak dalam ketidakpastian.Bahkan, kekhawatiran yang mendalam membuatnya ragu untuk pulang ke rumah, karena di sana, dia tahu tidak akan menemukan Allard.“Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa sampai detik ini Allard masih belum mengabariku?” ucap Nora semakin cemas.Ia terus menerus mengecek ponselnya berharap mendapat pesan dari Allard. Meski hanya beberapa kata saja yang Allard sampaikan padanya, ia akan merasa lega.Setelah pertimbangan yang panjang, Nora memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Allard.Dia akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan Jemmy, asisten pribadi Allard, tentang keberadaan lelaki itu."Jemmy, maaf jika aku mengganggu, tapi aku sangat khawatir. Aku belum mendengar kabar dari Allard di hari ini. Apakah dia baik-baik saja di sana?" tanya Nora dengan nada khawatirJemmy, yang tampaknya cukup terkejut oleh pertanyaan Nora, mencoba
“Ough, John! Aku mohon hentikan. Kau terlalu kasar!” pekik Nora di bawah kungkungan John yang tengah memintanya agar melayaninya.John tak peduli. Ia sedang ingin menikmati tubuh Nora maka apa yang diminta oleh wanita itu tidak akan pernah ia dengarkan.Nora benar-benar tersiksa oleh gulatan yang dilakukan John padanya. Nora sudah ingin menyerah, namun John masih sangat gagah menggerayanginya.“Kau pun tahu, aku sangat menyukai tubuhmu, Sayang,” bisik John kemudian melumat bibir wanita itu dengan penuh dan kasar.Nora sudah tidak tahan lagi. Namun, yang bisa ia lakukan hanyalah memekik pasrah dengan semua guncangan gila yang dilakukan oleh lelaki itu padanya.Hingga satu jam berlalu. John mengakhiri pergulatan itu lalu mengecup punggung polos Nora dengan lembut.“Meski setiap hari bercinta denganmu, tidak akan pernah membuatku bosan, Sayang,” bisik John kemudian memeluk tubuh mungil wanita itu.Nora merasa tidak nyaman dengan pelukan John. Ia yang masih memikirkan tentang Allard tentu