Home / Romansa / Terjerat Cinta Kakak Angkat / 1. Nona Darah di Sprei

Share

Terjerat Cinta Kakak Angkat
Terjerat Cinta Kakak Angkat
Author: Ika Dw

1. Nona Darah di Sprei

Author: Ika Dw
last update Last Updated: 2023-07-21 15:14:49

Malam itu, Naina menghadiri pesta ulang tahun teman kuliahnya. Sebenarnya ia malas datang, karena ia sendiri dalam kondisi badmood, habis bertengkar dengan kakak angkatnya.

Brillian, kakak angkatnya menyatakan cintanya secara tiba-tiba. Ia langsung menolaknya. Menganggap Brillian sudah gila, karena ingin menjalin hubungan dengannya.

"Sial! Dia benar-benar sudah gila. Apa yang sudah terpikir di otaknya. Bisa-bisanya dia menyatakan cintanya padaku. Apa di dunia ini tidak ada perempuan lain. Yang benar saja!" Naina mengambil minuman di atas meja. Ia tidak peduli minuman itu milik siapa. Dalam keadaan kesal, ia langsung menenggaknya hingga tandas.

Pikirannya kacau dan tidak tenang. Ia memutuskan untuk pulang. Karena percuma saja, berkumpul dengan teman-temannya, namun hatinya tidak tenang.

"Kamu mau ke mana, Na?" tanya teman-temannya yang masih bercanda ria di pesta.

"Aku mau pulang," jawab Naina singkat.

"Loh! Kok buru-buru. Apa perlu kuantar?" Doni, teman kampusnya menawarkan diri untuk mengantarkannya.

"Tidak perlu! Terimakasih."

Naina langsung melenggang pergi pulang ke rumahnya, dengan menggunakan jasa taksi online.

Tidak lama ia tiba dirumahnya. Ia merasakan panas yang menyerang tubuhnya. Padahal malam itu, udara cukup dingin.

"Hey! Ada apa denganku. Kok, jadi pusing gini. Kenapa  tubuhku jadi panas gini, ya?" Naina mengusap dahinya yang dipenuhi oleh keringat. Ia sampai melepaskan pakaiannya di ruang tamu.

Kepalanya pening, ia memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di sofa.

"Kenapa kepalaku pusing banget sih. Perasaan tadi baik-baik saja. Apa aku tadi salah makan? Bahkan tadi aku tidak makan apapun di pesta. Aku hanya minum air mineral saja. Apa mungkin, minum air saja membuatku pusing. Aneh."

Naina bergumam sendiri dengan memijit pelipisnya. Ia memutuskan untuk istirahat di sofa. Karena jika ia berjalan ke kamarnya sendiri, takut terjatuh.

***

Di tempat lain, tepatnya di bar. Brillian frustasi karena cintanya ditolak oleh Naina. Ia melampiaskan emosinya dengan meminum Vodka. Tidak mungkin ia melampiaskan kekesalannya itu pada Naina.

Sedari kecil ia sudah jatuh cinta pada Naina. Namun ia memendam perasaannya sendirian. Naina adalah anak panti asuhan yang diadopsi oleh orang tuanya. Merasa dia bukan adik kandungnya sendiri, ia tidak mempermasalahkan jika ia menjalin hubungannya. Namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Naina menolaknya mentah-mentah.

"Sial! Cewek sombong itu benar-benar sial! Bisa-bisanya dia menolakku. Apa sih, kurangnya aku ini. Bahkan apapun yang dia minta, aku selalu menurutinya."

Ia memijit kepalanya yang berdenyut nyeri. Dua botol Vodka telah tandas ditenggaknya. Cukup lama menghabiskan waktunya di bar, ia langsung beranjak dan membayarnya pada bartender. Ia memutuskan untuk pulang dan istirahat di rumah.

Setibanya di rumah, ia melihat Naina yang tengah duduk di sofa. Melihat Naina yang hanya menggunakan tank top, ia meneguk ludahnya.

'Naina ...? Apa yang dia lakukan. Kenapa dia belum tidur.' Dengan sedikit kesadarannya, ia bergegas menghampiri Naina di sofa. Walaupun ia sudah sakit hati atas penolakan Naina, tapi ia juga tidak menaruh kebencian padanya.

"Na ...! Ngapain tidur di sofa. Pindah ke kamarmu, sana!"

Mendengar suara Brillian, ia langsung membuka matanya. Ditatapnya wajah Brillian yang tampan, membuatnya terpesona.

Ia pun menarik tangan Brillian, hingga membuatnya terjatuh mengungkungnya di sofa.

Detak jantung Brillian seakan mau lepas. Melihat tubuh Naina yang terekspos putih, membuat jiwa laki-lakinya tidak terkendalikan. Apalagi ia sangat terobsesi pada gadis itu.

"Kak Lian ...! Peluk aku. Naina mengeratkan pelukannya di pinggang Brillian. Ia nampak buas. Menginginkan lebih dari sekedar pelukan.

Brillian tercengang, Naina terlihat nampak Liar. Walaupun ia dalam setengah sadar, ia bisa merasakan, Naina butuh belaian kasihsayang.

"Apa kau menginginkan lebih dari sekedar pelukan, sayang? tanya Brillian berbisik ditelinganya.

Naina mengangguk. Tidak berucap, namun Brillian mengerti. Naina telah menginginkannya.

Brillian tersenyum. Ia mengusap pipinya dengan berbisik lirih. "Baiklah. Malam ini ... Aku akan memuaskanmu!"

Kesempatan emas yang dinanti-nanti, akhirnya datang. Walaupun keadaannya tidak sadar, tapi ia bisa merasakan kebahagiaan bersama gadis yang sangat dicintainya.

Brillian langsung membopongnya menuju kamar dengan berjalan sempoyongan. Setibanya di dalam kamar, ia merebahkannya di ranjang. Meninggalkan semua pakaiannya yang dikenakannya, dan langsung menindihnya.

"Malam ini ... Aku akan membawamu menikmati surga dunia, sayang."

***

Suasana menjelang pagi, udara semakin dingin. Naina mulai terbangun dari tidurnya. Ia merasakan kepalanya sangat pening, tubuhnya terasa berat dan kaku.

Ia masih belum sadar dengan apa yang sudah terjadi padanya.

Perlahan ia menyibakkan selimutnya, dan begitu terkejutnya ia ketika mendapati tubuhnya polos tanpa memakai pakaian.

Seketika itu, ia menjerit sekeras-kerasnya. "Argh ...! Tidak. Apa yang sudah terjadi padaku."

Naina benar-benar syok melihat keadaannya yang sudah acak-acakan. Terlihat jelas bercak darah segar yang menempel di spreinya.

Menoleh ke sampingnya, ia mendapati kakak angkatnya yang tertidur pulas dalam keadaan sama-sama polos tanpa memakai sehelai benang pun.

Ia langsung mengumpati kakaknya dengan kasar. "Brillian berengsek! Apa yang sudah dia lakukan padaku!" Dadanya bergemuruh panas. Sangat menyesal, Brillian tega mengambil kesuciannya.

Hampir tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi padanya. Ia menatap darah segar, yang pastinya, ia tidak tengah datang bulan. Mendapati Brillian yang sama-sama polos, membuatnya yakin, Brillian sudah menodainya.

'Tidak ... Ini tidak mungkin.' Naina menjambak rambutnya frustasi. Tubuhnya gemetar, masih syok melihat keadaannya saat itu.

Ia bahkan tidak bisa mengingat apapun, tentang kejadian yang sudah dialaminya.

Sekelebat, ia mengingat, malam itu datang ke pesta ulang tahun teman kuliahnya. Tapi setelah itu ia memutuskan untuk pulang. Setibanya di rumah, ia tidak bisa mengingat apapun.

"Apa dia balas dendam padaku, karena aku sudah menolak cintanya? Tapi kan memang tidak salah, jika aku menolaknya. Walaupun kita terlahir bukan sebagai saudara kandung, tapi kan, aku sudah diadopsi oleh keluarganya. Bagaimana mungkin aku menjalin hubungan dengannya. Apakah aku pantas, menjalin hubungan dengan orang yang sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri."

Naina sangat sedih menyesali sikap Brilian yang sudah melakukan perbuatan tidak senonoh padanya. Ia memang sengaja menolak cinta Brilian, karena tidak ingin menyakiti orang tua angkatnya yang sudah mengasuhnya dan memberikan kasihsayangnya sejak masih kecil. Bahkan ia belum pernah mendapatkan kasihsayang, atau bertemu dengan orang tua kandungnya sendiri.

Tatapannya beralih kembali pada Brilian yang masih pulas tertidur. Ia benar-benar tidak menyangka, kalau Brillian tega menghancurkan masa depannya.

"Kau sudah menghancurkan masa depanku, berengsek! Kau bukan manusia. Kau itu jelmaan binatang! Beginikah caramu membalas dendam padaku! Hanya karena aku menolakmu ... Kau tega menghancurkan hidupku. Aku benar-benar membencimu!"

Naina beranjak memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Dengan tubuhnya gemetar menahan ngilu di area sensitifnya, ia bergegas menuju kamar mandi.

Ia benar-benar dibuat sakit hati oleh sikap kakak angkatnya. Sejauh ini, ia mengenali Brillian sangat baik. Tapi ternyata, dibalik kebaikannya, tersimpan keburukan.

"Bagaimana kalau sampai Mama sama Papa tahu. Aku bisa mati dihajarnya." Naina menggelengkan kepalanya dengan menangis. "Tidak ... Mereka tidak boleh tahu."

Ia harus menyimpan rasa sakitnya sendirian. Tidak ingin kejadian itu didengar oleh orang tuanya. Ia tidak ingin mencemarkan aib dikeluarganya.

"Sekarang ... Apa yang harus aku lakukan. Hidupku sudah hancur! Tidak mungkin juga aku menikah dengannya. Aku yakin, Mama sama Papa tidak akan merestuinya. Lalu jalan apa yang harus kuambil?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Titi Apiani
Brillian sudah edan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    128. Akhir yang Bahagia

    Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    127. Kau Kebanggaan Daddy

    "Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    126. Jangan Remehkan Aku

    "Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    125. Apa Benar, Kakekku yang tidak Menginginkanku?

    "Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    124. Dia itu Anakku

    "Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    123. Anakku Bukan Setan!

    "Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    122. Hantu Anabelle

    Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    121. Memangnya Aku Kanibal

    "Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    120. Kecil-kecil Cabe Rawit

    Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status