Home / Romansa / Terjerat Cinta Kakak Angkat / 2. Aku Akan Bertanggung Jawab

Share

2. Aku Akan Bertanggung Jawab

Author: Ika Dw
last update Huling Na-update: 2023-07-21 15:15:31

Naina mencakari tubuhnya jijik. Terlihat jelas di kaca toilet, banyak cupang yang bertebaran di tubuhnya. Begitu liarnya Brillian malam itu.

"Argh! Kenapa aku tidak bisa mengingatnya. Setidaknya aku bisa mengingat apa yang sudah kulakukan dengannya."

Naina menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya hingga menggigil.

Ia tidak peduli kalaupun sakit menahan dingin. Memiliki riwayat penyakit sesak nafas, ia tidak kuat menahan dingin. Bahkan ia lebih memilih untuk mati, daripada menanggung aib dikeluarganya.

"Kenapa ...? Kenapa aku dilahirkan, kalau kehadiranku tidak diinginkan. Kenapa dunia ini kejam padaku! Bahkan aku tidak diinginkan oleh orang tuaku sendiri. Miris bukan!" Naina terduduk di bawah shower dengan menangis. Ia menjambaki rambutnya hingga rontok.

***

Di kamarnya Brilian menggeliat bangun dari tidurnya. Perlahan, ia merenggangkan otot-ototnya yang kaku dengan membuka matanya.

Ditatapnya sekeliling kamar yang berbeda dengan kamarnya. Ia beranjak bangun, namun kepalanya langsung berdenyut.

"Aduh ... Sakit sekali kepalaku. Perasaan cuman dua botol. Kenapa bisa membuatku seperti ini. Badanku pegel banget."

Ia bergumam dengan menyibakkan selimutnya. Didapatinya tubuhnya sudah dalam keadaan polos tanpa memakai sehelai benangpun.

"Loh! Kok ..."

Tatapannya beralih pada sprei putih yang terdapat bercak darah segar. Bertambah terkejutnya ia, mendapati bercak darah itu.

"Loh ... Ini darah apaan? Ini kamar siapa!"

Dia benar-benar bingung menatap sekeliling kamar itu. Memang bukan kamarnya, tapi ia bisa mengingat kalau kamar itu adalah kamar Naina. Menatap ke depan, ia mendapati foto Naina yang terpampang di dinding. Namun ia masih bingung, kenapa keberadaannya kini ada di kamar Naina.

"Ini kan kamar Naina. Kenapa aku ada di sini, ya? Siapa yang membawaku ke sini," gumamnya sembari mengingat-ingat apa yang sudah terjadi padanya.

"Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun. Apa semalaman aku tidur dengannya? Tidak ...! Itu tidak mungkin. Mana mungkin dia mau tidur denganku. Jangankan untuk tidur bersama. Bahkan dia tidak pernah peduli dengan perasaanku." Brilian tersenyum getir teringat saat dirinya ditolak mentah-mentah oleh Naina.

Menatap kembali pada sprei putih yang sudah ternoda oleh darah, pikirannya pun kembali kacau. "Kalau aku tidak bersamanya tadi malam ... Terus ini darahnya siapa? Mana mungkin aku datang bulan. Atau mungkin dia memang tidur di sini dalam keadaan datang bulan. Dasar perempuan jorok! Bisa-bisanya sampai menempel di sprei."

Ia belum menyadari sudah membuat kekacauan malam itu. Bahkan dalam keadaan yang polos tanpa memakai pakaian, ia juga tidak sadar sudah melakukan hubungan terlarang dengan adik angkatnya.

Beranjak dari tempat tidur, ia langsung memunguti pakaian dan memakainya. Hendak melangkah pergi keluar kamar, namun terhenti ketika ia mendengar seseorang tengah menangis di kamar mandi.

"Naina ...! Bukannya itu suaranya Naina. Sedang apa dia menangis di kamar mandi. Ya ampun ... Ada-ada saja, anak ini."

Ia langsung bergegas menuju kamar mandi dan menutup pintunya."Na ...! Apa yang kau lakukan di dalam? Kau sedang menangis?"

Berulang-ulang Brilian mengetuk pintunya, namun tidak mendapatkan jawaban dari dalam.

"Kebiasaan itu anak! Selalu saja merepotkan. Lagian pagi-pagi begini sudah mandi. Kalau sampai sakit bagaimana? Bukannya dia tidak tahan dingin!"

"Na ...! Kenapa kau menangis? Apa yang sudah membuatmu menangis. Apa kau sakit?" Kembali ia mengetuk pintunya, namun tidak juga Naina menjawabnya.

Ia khawatir Naina sakit di kamar mandi. Walaupun hatinya masih kesal dan kecewa, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan Naina.

"Baiklah. Kalau kau tidak mau membukanya ... Jangan salahkan aku, kalau aku masuk!"

Tak punya kesabaran lagi, Brilian langsung nyelonong masuk ke dalam kamar mandi. Ia mendapati Naina menangis dengan tubuhnya meringkuk di bawah shower.

"Hey ...! Apa yang kau lakukan! Kenapa kau menyiksa dirimu seperti ini."

Brilian melangkahkan kakinya untuk mematikan shower. Ia meraih handuk, dan langsung melingkarkan di punggung Naina.

"Ayo bangun! Kau mau cari penyakit? Ada apa denganmu! Jika punya masalah, bisa diselesaikan dengan baik-baik. Jangan seperti ini." Brillian menegurnya. Ia benar-benar tidak sadar, kalau dirinyalah yang sudah membuatnya menangis.

"Ayo bangun!" Brillian mengulurkan tangannya untuk membantu Naina agar segera beranjak dari tempatnya. Ia lebih peduli pada kesehatan Naina. Karena ia sudah sangat paham, Naina sering jatuh sakit.

"Lepas!" Naina menghempaskan tangan Brilian yang hendak menolongnya. Tangisnya semakin keras dan membuatnya kebingungan.

"Hey! Aku hanya ingin menolongmu! Kau ini kenapa, sih! Apa yang sudah membuatmu seperti ini!"

Naina menoleh dengan matanya sembab dan memerah."Kau! Kau yang sudah membuatku seperti ini, bajingan! Kau sudah menodaiku! Laki-laki berengsek! Kurang ajar kau!"

Refleks Brilian membelalakkan bola matanya mendengar cacian yang keluar dari mulut Naina. Ia dituduh sebagai perusak kehormatannya.

"Ap ... Apa! Aku? Aku sudah menodaimu ... Kapan!" Seketika pikirannya blank. Ia benar-benar tidak sadar dengan apa yang sudah dilakukannya pada Naina.

Tapi mengingat keadaannya yang polos waktu bangun tidur, mungkin ia sudah melakukan hal kotor dengan adik angkatnya.

"Na ...! Apa kau yakin aku sudah menodaimu? Tapi aku tidak bisa mengingat apapun!"

Mereka berdua saling bertatapan. Naina tercengang mendengar penjelasan dari kakak angkatnya. Bagaimana ia mengatakan tidak mengingat apapun.

"Apa kau bilang? Kau tidak bisa mengingat apapun! Setelah Kau menghancurkan kehormatanku, sekarang kau bilang tidak mengingat apapun! Kau benar-benar jahat! Tega sekali kau mengatakan itu. Jelas-jelas kau tidur di kamarku. Kau dan aku sama-sama tidak memakai apapun. Aku memang tidak mengingat apapun, tapi aku yakin ... Kau adalah pelakunya!"

Naina beranjak, dan memukuli Brilian bertubi-tubi. Ia tidak peduli, tubuhnya yang polos, terlihat oleh kakak angkatnya. Ia sudah kehilangan harga dirinya. Sekarang yang tersisa hanyalah kehancuran.

"Na ...! Aku berkata jujur. Aku benar-benar tidak bisa mengingatnya. Aku tidak berbohong padamu. Maafkan aku jika aku sudah berbuat salah padamu.". Dengan mudahnya, Brillian bilang maaf padanya. Bahkan kata maafnya, tidak bisa mengembalikan kehormatannya yang sudah terenggut.

"Maaf kau bilang! Setelah aku hancur ... Kau bilang minta maaf. Apakah kata maafmu itu bisa mengembalikanku seperti semula? Di mana hati nuranimu, huh! Kau benar-benar jahat! Aku membencimu!"

Naina mendorong tubuh Brilian dan berlari menuju kamarnya. Ia mengambil pakaian ganti dan langsung memakainya dengan menangis.

Brilian langsung mengejarnya, meminta penjelasan. Karena ia memang benar-benar tidak bisa mengingat apa yang sudah dilakukannya malam itu.

"Na ...! Aku benar-benar minta maaf. Aku janji akan bertanggung jawab atas apa yang sudah kulakukan padamu. Aku akan mengakui semua ini di depan orang tua kita."

Naina mengusap air matanya yang tidak henti-hentinya keluar membasahi pipinya. Ia terisak-isak sampai sesak.

"Jangan pernah katakan apapun pada mereka. Aku tidak ingin mereka tahu apa yang sudah kita lakukan. Rahasia ini cukup kita berdua saja yang mengetahuinya. Aku tidak ingin kau menikahiku. Karena sampai kapanpun ... Kita tidak akan pernah mendapatkan restu. Pergilah! Berhenti untuk mengejarku. Atau aku akan nekat."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Sekarang Naina bisa menyimpan rahasia ini, tapi kalau nanti ternyata Naina hamil tidak akan bisa menyimpan rahasia ini lagi.
goodnovel comment avatar
Titi Apiani
Gimana kalau sampai Naina hamil...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    128. Akhir yang Bahagia

    Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    127. Kau Kebanggaan Daddy

    "Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    126. Jangan Remehkan Aku

    "Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    125. Apa Benar, Kakekku yang tidak Menginginkanku?

    "Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    124. Dia itu Anakku

    "Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak

  • Terjerat Cinta Kakak Angkat    123. Anakku Bukan Setan!

    "Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status