Tak terasa kini hari mulai gelap. Lampu penerangan di dalam kamar gadis itu belum menyala. Dan itu membuatnya tersadar jika seharian ini aku benar-benar mengurung dirinya sendiri, tanpa ada orang lain yang mempedulikan dirinya."Apakah aku tidur di lantai seharian sambil meringkuk seperti ini?" gumam Fiza sambil menyandarkan tubuhnya di dinding kamar. Lalu Fiza memandangi jendela yang masih terbuka, kini angin pun berhembus kencang dan menerobos masuk ke dalam. Perlahan gadis itu berdiri dan melangkah menuju ke balkon dan menelusuri gelapnya malam, tanpa secercah cahaya di dalam kamarnya. Saat tiba di balkon Fiza mendongakkan kepalanya dan menatap ke atas awan yang di penuhi dengan taburan bintang-bintang, sambil tersenyum getir. "Seandainya saja aku bisa sebebas bintang yang bertaburan di sana, bersinar menembus gelapnya malam. Menjadi penerang setiap makhluk hidup di bumi ini. Ah, benar-benar khayalan tingkat tinggi." gumam Fiza sambil tersenyum kecut. Saat Fiza ingin merenggangk
Keesokan harinya, Fiza mencoba menghubungi Lucas untuk membuat janji kembali. Beberapa kali Fiza menghubungi pria itu, akhirnya pria arogan itu menjawab panggilannya. "Halo, Cas? Maaf, kemarin aku--" "Apa? Mau buat alasan apa lagi? Hampir seharian aku menunggumu di tempat yang kamu sebutkan kemarin lusa, tetapi apa? Kamu justru tidak menampakkan batang hidungmu sama sekali. Apa kamu sedang bermain-main denganku, Nona?" ketus Lucas dari sebrang panggilan. "Bukan begitu, Cas. Percayalah! Kemarin aku sedang tidak baik-baik saja. Kalau kamu tidak percaya, siang ini jam sepuluh aku menunggumu di tempat kemarin. Agar kamu tau jika aku benar-benar tidak mempermainkan mu." Saat ini Fiza sedang mencoba untuk meyakinkan Lucas, jika keadaannya kemarin memang sedang sangat kacau sehingga dia melupakan begitu saja janjinya.Tut... Tut... Tut...Belum pria itu menjawab ucapan Fiza, tiba-tiba panggilan suara pun terputus begitu saja.Saat ini Fiza hanya bisa pasrah. Peluangnya untuk mendekati ri
Setelah sedikit terlihat perdebatan dengan putrinya. Akhirnya Fathan memilih untuk mengalah dan meninggalkan putrinya sendiri di dalam kamarnya."Kenapa hidupku harus serumit ini, Tuhan? Kenapa tidak kamu ambil saja nyawaku daripada terus Kau berikan tekanan dan ujian seperti ini?" racau Fiza."Bahkan aku tidak pernah bermimpi untuk dilahirkan dalam keluarga yang memiliki rahasia besar dalam hidup mereka. Seandainya saja aku bisa memilih, aku ingin menjadi wanita biasa dan hidup normal seperti mereka. Tidak seperti saat ini, hidup penuh tekanan seperti di neraka," imbuh Fiza.Sejujurnya Fiza merasa iri dengan teman-temannya yang bisa hidup bebas dalam mengambil keputusan untuk masa depannya.Namun, apa yang Fiza inginkan tidak pernah terwujud, karena sang Ayah selalu saja membatasi pergaulan dan pertemanannya.Apalagi semenjak Om nya meninggal dengan cara yang sangat tragis. Fathan semakin gencar untuk mewanti-wanti dan memberikan penjagaan ketat kepada wanita muda itu.Sehingga mau t
"Tolong, jangan kamu seret putri kita untuk masuk kedalam dunia bawah mu, Pah! Apa kamu tega jika nanti hal buruk terjadi kepadanya? Bahkan aku juga hampir gilaa, saat melihatmu yang selalu pulang bersimbah darah dan luka di sekujur tubuhmu. Apa kamu ingin membuat putri kita sama sepertimu? Huh?" racau Arumi saat mendebatkan pengganti Fathan sebagai ketua Mafia Raxtra. Mafia Raxtra adalah salah satu klan Mafia terkuat yang sangat di takuti oleh klan Mafia kecil di sekitarnya. Bahkan posisi ketua saat ini, banyak menjadi incaran oleh rival Fathan Wiratama yang notabennya adalah sepupu dari pihak keluarganya sendiri. "Ckk!! Itu semua tidak akan pernah terjadi, Mah. Karena Papah yakin, dengan kecerdasan dan kecerdikan yang di miliki oleh Fiza, akan membawa Mafia Raxtra menuju kejayaannya." ujar Andreas dengan penuh keyakinan Sedangkan Fiza yang menjadi tokoh utama perdebatan mereka, saat ini masih terdiam sambil mencerna setiap ucapan yang mereka lontarkan. Kemudian saat tersadar, Fiza
"Ceklek!" Kini pintu terbuka lebar, kemudian gadis berambut pirang pun ikut masuk ke dalam lalu menutup kembali pintu tersebut. "Duduk!" titah Fathan dengan tegas.Sesuai dengan perintahnya, kini Fiza duduk di kursi yang berseberangan dengan Papahnya, Fathan Wiratama."Kamu tadi pasti sudah mendengar semua pembicaraan kami 'kan?" tanya Fathan sambil menyandarkan punggung tepat di kursi kebesarannya. "Hem, ya. Aku memang sudah mendengarnya, lalu apa yang Papah harapkan dariku?" tanya Fiza dengan ekspresi wajah yang datar. "Waow!! Ternyata kamu memang putri Papah yang cerdas, Sayang. Ehem! jadi langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah menyamar sebagai karyawan di Rider Company, untuk menggali informasi tentang Lucas Rider, putra dari Giorgio Rider." ujar Fathan sambil menyeringai. "Lalu?" tanya Fiza sambil melipat kedua tanganku di depan dada. "Lalu kamu pantau terus gerak-geriknya, dan kamu laporkan semua ke Papah. Tetapi sebelumnya kamu harus melakukan penyamaran terlebih d
"Katakan dengan tegas, Fiza! Tidak ada seorang Queen Mafia yang bersikap lemah lembut dan lembek seperti mu! Kamu harus bisa menjadi wanita yang kuat dan tegas, apalagi nanti kamu yang akan mengambil semua keputusan yang ada. Jadi mulailah belajar sekeras mungkin mulai dari sekarang!" titah Fathan dengan rahang yang mengeras dan tatapan tajamnya. Meskipun tubuh Fiza sedikit gemetar, tetapi gadis itu harus bisa menaklukkan hati Papahnya terlebih dahulu. Agar dia tidak terkekang oleh peraturan konyol yang telah di buat oleh pria paruh baya itu."Baik aku ingin Papah masih memberikan ku kebebasan tanpa menuntut apapun dariku, sebelum aku menjadi seperti yang Papah inginkan. Dan jika nanti aku sedang melakukan pengintaian, maka Papah tidak boleh ikut campur dalam rencana yang akan aku lakukan nanti." jelas Fiza dengan raut wajah yang datar. "Brak!" "Apa kamu benar-benar ingin bermain-main dengan Papah? Apa kamu pikir kamu sehebat itu untuk membuat rencana, tanpa bantuan dari Papah? Huh?
"Cepat! Jangan menyita waktu Saya! Saya juga mempunyai kesibukan yang tidak bisa ditunda lagi! Bahkan, saya juga sudah sangat terlambat untuk menghadiri rapat, dan semua ini karena kamu!" maki laki-laki asing itu sambil menunjuk ke arah Fiza.Fiza pun tidak ingin tinggal diam, dengan penuh percaya diri, akhirnya gadis cantik itu pun membuka suaranya. Meski gadis itu akui jika memang bersalah, karena kecerobohan yang tanpa sengaja dia lakukan."Baik. Saya akan bertanggungjawab, tetapi beri Saya waktu. Saya harus menghubungi orangtua Saya terlebih dahulu, karena saat ini saya tidak membawa uang banyak untuk mengganti kerugian mobil kesayangan Anda." ujar Fiza sambil menekankan kata mobil kesayangan kepada laki-laki angkuh itu. Sambil memicingkan matanya, pria itu pun menyeringai dan memasukkan kedua tangannya di saku celana. Fiza yang melihat tingkah dan sikap angkuhnya, hanya memutar bola mata malas. Kemudian gadis itu pun segera menghubungi Papahnya, agar Beliau bersedia untuk menolo
Bosan dengan kesunyian, akhirnya Fiza membuka suara terlebih dahulu untuk sekedar basa-basi kepada laki-laki angkuh itu. "Em, kita sekarang mau kemana? Mengapa kita pergi sejauh ini? Bahkan, Saya sangat merasa asing dengan tempat ini," tanya Fiza sambil menyapu pemandangan di sekelilingnya."Ckk! Kita mau kemana? Apa kamu lupa, jika kamu baru saja menghancurkan bagian belakang mobil saya?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Fiza, kini laki-laki angkuh itu justru kembali menyudutkannya, karena kerusakan mobilnya akibat kecerobohan gadis berhidung mancung itu."It's okey! Saya memang bersalah dan ceroboh, tetapi kamu juga tidak bisa bertindak seenaknya dengan Saya. Keluarga Saya pun masih mampu untuk membayar semua kerugiannya, jadi kamu jangan coba-coba untuk bermain-main dengan Saya!" tegas Fiza sembari memperingati laki-laki angkuh itu. Sedangkan laki-laki angkuh yang duduk di belakang kemudi, hanya menyeringai dan menatap remeh kepadanya."Huh? Apa kamu pikir, aku tertarik dengan u