LOGIN
“Batal nikah?!”
Seira mengangguk mantap di depan 4 pasang mata yang kini memandangnya dengan penasaran. Mereka adalah orang tua dan calon mertuanya. “Iya, Pa! Ma, Om, Tante. Aku mau mengakhiri pertunanganku dengan Jordy.” Seira menegaskan kembali bahwa keputusannya sudah bulat. Hati Seira sudah tidak karuan sejak beberapa hari lalu memergoki Jordy berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Sekarang, Seira memberanikan diri untuk mengungkapkan semuanya. “Ada apa, Nak? Apa alasannya?” tanya Diana dengan dahi berkerut. Bukan hanya calon ibu mertuanya yang penasaran dengan keputusan Seira. Semua yang ada di ruangan ini pun ingin mendengar penjelasan Seira. Seira memang sengaja mengundang mereka datang ke rumahnya, berniat membicarakan hubungan pertunangannya dengan Jordy. “Kalian akan menikah sebentar lagi. Kalau hanya masalah kecil, tolong bicarakan baik-baik,” tambah Irina— ibu Seira. Calon ibu mertuanya ikut mengangguk. “Satu bulan lagi, loh, Sei. Ada apa sebenarnya?” Seira tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, tanpa menangis. Mengatakan alasannya akan membuat air matanya kembali tumpah. ‘Rasanya menjijikkan, menangisi lelaki brengsek seperti Jordy!’ batin Seira tak rela. Seira menatap mereka satu per satu. Mencoba memberitahu kenyataan pahit itu. Seira menghela napas. “Jordy nggak pernah cinta sama Seira.” Semuanya masih menunggu Seira menyelesaikan kalimatnya. Memberikan alasan yang masuk akal untuk membatalkan pertunangan yang sudah terjalin lama. Apalagi selama ini hubungan Seira dan Jordy terlihat baik-baik saja. Tak lagi mungkin menutupi borok Jordy, Seira pun langsung menggelar kenyataan yang terjadi di depan matanya. “Jordy selingkuh, Ma!” tukas Seira tak kuasa membendung air matanya. Seolah kilasan malam itu kembali terputar di depan matanya. “Dia tidur sama temen Seira!” raung Seira lagi, di sela tangisan yang akhirnya meledak. “Dia selingkuh sama Luna!” Mendengar itu, keluarga calon mertuanya terlihat sangat terkejut. “Bohong kamu, Seira!” Seira bisa melihat wajah calon ibu mertuanya itu murka. Mungkin kalau tidak dicegah oleh suaminya, Seira yakin suaranya sudah meledak di ruangan ini. Seira menggeleng sambil mencoba menyeka wajahnya yang sudah basah. “Aku nggak bohong!” Suasana semakin tidak terkendali. Namun, Seira tidak ingin semua orang menyalahkannya karena telah menuduh Jordy berselingkuh. Masih sambil terseok karena isakannya, Seira melanjutkan, “Aku lihat sendiri dengan mataku! Jordy … Luna—hngh!” Seira tak sanggup melanjutkan ucapannya. Rasanya seperti disayat-sayat, kalau mengingat lagi kejadian yang meruntuhkan dunianya dalam sekejap itu. Sang ayah mencoba tenang dan berusaha mengendalikan suasana yang sudah tegang. Pastinya, tidak ada yang mau anaknya dituduh seperti ini tanpa ada bukti. Ia pun mencoba bicara dengan Seira. “Nak, kamu yakin dengan yang kamu bilang ini?Kamu nggak bohong, kan?” Seira mengangguk tanpa suara, walau tangisannya mulai reda. “Nggak, Pa! Seira nggak bohong!” Pengakuan Seira belum cukup meyakinkan semua orang. Terutama kedua orang tua tunangannya yang tidak terima putra mereka disudutkan. Seira mendesah kasar. “Aku sempat ambil video mereka. Ada di HP-ku. Tapi Jordy membantingnya dan sekarang rusak.” Seira bisa melihat jelas raut wajah calon ibu mertuanya yang marah dan tidak terima. Begitu pula dengan kedua orang tuanya yang hanya diam seolah ucapannya hanya omong kosong belaka. Sekali lagi Seira menegaskan. “Aku bicara jujur apa adanya. Jordy selingkuh dan buktinya ada di HP yang Jordy hancurkan.” “Bohong!” seru Jordy yang baru saja datang. Jordy membawa dua pria tak dikenal yang mengikuti di belakangnya. Ia datang dengan tujuan menyangkal tuduhan Seira. Ia sudah menduga Seira akan mengadukan masalah ini pada keluarga besar mereka. Lagi, Jordy menuduh Seira dengan lantang. “Justru Seira yang selama ini sering selingkuh!” Ketegangan mulai bertambah ketika Jordy membalikkan keadaan. Seira yang sudah berhenti menangis pun melotot tajam ke arah Jordy. ‘Bajingan! Jordy benar-benar lelaki sialan!’ “Aku punya buktinya!” ucap Jordy sambil menyeringai ke arah Seira. Mimiknya yang licik hanya ditunjukkan pada Seira. Jordy beralih pada kedua orang tua Seira. “Seira yang selama ini kalian banggakan, ternyata cewek yang sering jual diri.” “Jaga ucapanmu!” Sebagai ayah, tentu saja ia tidak terima putrinya direndahkan. “Kalau memang kamu nggak suka Seira, jangan menuduh Seira!” “Seira saja menuduhku tanpa bukti, Om!” tukas Jordy semakin berani. Seira menangis sejadi-jadinya. Semua orang mempercayai ucapan Jordy. Terlebih pria itu memberikan bukti yang menguatkan tuduhan. Dari foto yang berhasil Jordy rekayasa, lalu dua pria yang sengaja Jordy bawa untuk memberikan pengakuan palsu. Tega sekali Jordy menuduhnya, padahal pria itu yang telah berkhianat. “Perjodohan ini batal! Kami nggak sudi memiliki menantu seperti Seira!” Diana mengambil keputusan tanpa meminta persetujuan dari suaminya. “Ayo pah, kita pulang! Kita sudah nggak ada urusan lagi dengan keluarga ini.” Kedua orang tua Seira tidak bisa membela diri. Seira sudah terbukti berkhianat. “Pah, mah—“ Seira menatap nelangsa kepergian kedua orang tuanya. Mereka pasti kecewa padanya. Sekarang hanya tinggal Seira dan Jordy di ruangan ini. “Tega ya kamu, nuduh aku begini?!” Seira gemetar saking marahnya. “Kamu yang sudah selingkuh sama Luna, bukan aku!” Jordy kembali menyeringai, menantang Seira. “Mana buktinya?” Tidak mungkin Jordy membiarkan Seira mencoreng namanya. Jordy akan melakukan segala cara supaya Seira yang disalahkan. Dia tidak mau ayahnya marah dan menyita segala fasilitas yang ia nikmati karena sudah mempermalukan keluarga. Ditantang begitu, Seira terdiam. Jordy tahu benar, kalau bukti yang dia punya ada di ponsel yang sudah rusak. “Nggak perlu pura-pura lagi, semua orang berhasil kamu bohongi.” Seira mengusap air matanya. “aku membencimu, Jordy! Aku menyesal sudah bertunangan dengan mu!” Jordy terkekeh pelan, pria itu berjalan mendekat. “Ini semua salahmu, kalo saja kamu memberikan apa yang aku mau, mungkin aku nggak akan berpaling,” bisiknya. Seira mengepalkan kedua tangan. “Beruntung aku nggak pernah ngasih apa yang kamu mau! Kamu cowok paling brengsek yang pernah aku kenal!” “Seira, Seira. Di dunia ini, semua cowok sama sepertiku. Mana bisa tahan punya pacar yang kolot sepertimu!” Jordy tersenyum remeh. “Cowok butuh kepuasan bukan kata-kata romantis yang terdengar menggelikan.” Jordy semakin berani mengungkapkan rasa kesalnya ketika menjalin hubungan dengan Seira. “Aku yakin, selain aku, nggak ada cowok satupun yang mau berhubungan dengan mu.” “Lihat, berkaca sedikit Seira, penampilanmu nggak menarik sama sekali!” Ucapan Jordy sungguh membuat Seira terkesiap. “Selamat tinggal, Sei,” ucap Jordy disertai seringaian. Kemudian pergi dari rumah mantan tunangannya. Pria itu merasa puas. ‘aku akan membuatmu menyesal, Jordy!’“Kamu ngapain di sini?” Alexander begitu tenang berjalan melewati Seira. Tidak merasa canggung sedikitpun. Seira mendelik. “Harusnya aku yang tanya kenapa kamu di sini? Ini kan apartemen kakak aku?!” “Aku tamu yang sedang berkunjung,” balas Alexander. Pria itu melangkah ke dapur untuk mengambil air mineral. Seira membalikan badan, niatnya ingin menegur teman kakaknya ini yang seolah menganggap kedatangannya yang mengganggu. Tapi mulutnya langsung membisu, tatapannya terkunci melihat gerakan jakun Alexander, otot lengan yang seksi, turun ke bawah ada empat kotak di perutnya. Damn! Seira menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran kotornya. Alexander mengusap bibirnya yang terasa basah. Gerakannya terhenti, diikuti sebelah alisnya terangkat saat mendapati Seira diam mematung. “Mau minum?” “Eh?” Seira gelagapan. Memalukan sekali ketahuan memperhatikan Alexander. Seira melengos, kembali ke sofa. Duduk di sana bermain ponsel untuk menyibukkan diri. Cappucino hangat terlupakan b
“Kamu, Seira?” Alexander yang sedang duduk, berdiri ketika seorang gadis datang menghampiri. Ia bisa menebak kalau gadis yang datang ini adik dari temannya. “Hah?” Seira terkejut, tak menyangka kalau teman Andrew mengenalnya. Alexander tersenyum tipis. “Andrew sering cerita tentang adiknya. Kamu Seira kan, adiknya Andrew?” tanyanya sekali lagi untuk memastikan. Alexander dulu pernah beberapa kali main ke rumah Andrew tapi tidak begitu memperhatikan wajah Seira. Berpapasan hanya sekilas dan tanpa meninggalkan kesan. Seira mengangguk gugup. Tidak dipungkiri, Seira sedikit terpesona pada laki-laki gagah di depannya ini. Benar kata Bibi, dia sangat tampan. “Kopi tanpa gula.” Seira segera mengalihkan pandangan dan menaruh secangkir kopi di atas meja. “Terima kasih,” ucap Alexander sembari duduk kembali. “Kak Andrew sedang mandi, dia bilang suruh tunggu sebentar.” Seira bingung, ia harus duduk menemani atau beranjak pergi meninggalkan Alexander. Alexander hanya mengangguk tanpa ber
“Hutang? Hutang yang mana maksud kamu, Sei?” Suara Andrew terdengar sangat terkejut mendengar pertanyaan dari Seira. “Jordy bilang kalo selama ini papa pinjam modal sama om Darwin. Sekarang Jordy nagih semuanya untuk dikembalikan.” Seira mengadu. Penasaran juga Seira dengan seberapa banyak hutang keluarganya pada keluarga Jordy. “Aku menghubungi papa dan mama tapi mereka masih marah, nggak mau angkat telfon aku. Aku pikir kakak tahu tentang hutang itu,” lanjut Seira. “Nanti aku tanyain ke papa,” ucap Andrew. Sedikit banyak, Andrew memang tahu kalau Darwin pernah memberikan suntikan dana untuk bisnis Benjamin yang mengalami kesulitan, tapi ia pikir mereka melakukan kerjasama yang saling menguntungkan. Seira mengangguk. Ia harus tahu seberapa besar uang yang telah diberikan Darwin. Kalau memang Benjamin berhutang, Seira akan memikirkan cara untuk melunasinya. “Kapan Jordy bilang, Sei? Apa aja yang dia omong?” tanya Andrew mencoba mencari tahu. “Tadi aku ke kantor, ambil ba
“Oh?! Punya muka juga kamu datang ke sini lagi!” Pagi ini, Seira datang ke kantor untuk mengambil sebagian barang miliknya yang masih tertinggal. Sekalian berpamitan pada rekan kerja yang lumayan akrab. Baru saja ingin menekan tombol lift, suara seseorang yang sangat ia kenali terdengar. Seira membalikan badan. Luna. Mantan sahabatnya itu berdiri dengan pongah di hadapannya. “Kamu nggak malu datang ke sini, setelah apa yang kamu lakuin pada pak Jordy?” Luna berkata seolah semua yang terjadi bukan kesalahan wanita itu. “Memang apa yang aku lakuin?” Seira balik bertanya. “Seharusnya kamu yang malu karena sudah merebut tunanganku!” Luna terdiam. Pandangannya melirik ke sekitar takut ada yang mendengar. “Oh! Tapi aku nggak masalah kamu merebut Jordy. Aku nggak butuh cowok player macam Jordy!” Seira meralat ucapannya, sekarang ia sama sekali tidak peduli dengan si pengkhianat. “Aku nggak ngerebut! Kami saling cinta!” balas Luna tidak mau disalahkan. “Cih! Saling cinta!” Seira gel
“Mama sama papa nggak mau ketemu sama aku?” Seira berdiri di depan pintu kamar kedua orang tuanya. Sedari tadi dia mengetuk pintu dan memanggil Benjamin tapi tidak ada jawaban. “Bapak sama ibu pergi, Non,” ucap ART yang datang menghampiri anak majikannya itu. Seira menghela pasrah. ‘Sepertinya mama papa tidak mau bertemu. Mereka lebih pilih pergi entah ke mana.’ “Ya sudah, Bik. Makasih.” Seira beranjak dari sana, memutuskan untuk kembali mengurung diri di kamar. Sejak tuduhan dari Jordy seminggu yang lalu, teman-temannya menganggap Seira wanita murahan. Seira yakin kalau Luna yang sudah menyebarkan gosip tentangnya. Sampai ponsel barunya penuh dengan pesan yang berisi hujatan. “Cih! Awas aja kamu, Luna!” berulang kali Seira mengumpati mantan sahabatnya. Tidak menyangka kalau orang yang dianggap sebagai sahabat oleh Seira, rupanya tega menusuk dari belakang. Padahal, selama ini ia sering membantu Luna jika sedang mendapat kesusahan. “Bodoh banget sih! Kenapa juga aku nggak
“Batal nikah?!”Seira mengangguk mantap di depan 4 pasang mata yang kini memandangnya dengan penasaran. Mereka adalah orang tua dan calon mertuanya.“Iya, Pa! Ma, Om, Tante. Aku mau mengakhiri pertunanganku dengan Jordy.”Seira menegaskan kembali bahwa keputusannya sudah bulat.Hati Seira sudah tidak karuan sejak beberapa hari lalu memergoki Jordy berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Sekarang, Seira memberanikan diri untuk mengungkapkan semuanya.“Ada apa, Nak? Apa alasannya?” tanya Diana dengan dahi berkerut. Bukan hanya calon ibu mertuanya yang penasaran dengan keputusan Seira. Semua yang ada di ruangan ini pun ingin mendengar penjelasan Seira.Seira memang sengaja mengundang mereka datang ke rumahnya, berniat membicarakan hubungan pertunangannya dengan Jordy.“Kalian akan menikah sebentar lagi. Kalau hanya masalah kecil, tolong bicarakan baik-baik,” tambah Irina— ibu Seira.Calon ibu mertuanya ikut mengangguk. “Satu bulan lagi, loh, Sei. Ada apa sebenarnya?”Seira tidak tahu har







