Share

Terjerat Gairah Pembantu Cantik
Terjerat Gairah Pembantu Cantik
Author: CH. Blue Lilac

Bab 01

last update Last Updated: 2024-08-20 19:49:52

"Mas, besok sore aku pulang agak telat ya. Soalnya ada tamu penting dari kantor. Jadi aku harus nemenin Bos buat jamu dia."

Pria bernama Jean itu tak mengatakan apapun. Dia sibuk menatap layar laptopnya dalam diam. Toh dia juga bingung harus menjawab apa. Sebab ini, bukan pertama kalinya Sang istri ijin untuk pulang terlambat. Bahkan, dia tak ingat ini permohonannya yang ke berapa.

Elisha yang sibuk mengoleskan Skin Care Routinenya langsung menengok ke arah sang suami yang duduk bersandar di kepala ranjang. Diamnya pria 30 tahun itu tentu saja membuatnya resah.

"Mas!" Ia menatap pria itu, "Kok kamu diem aja? Kamu ngasih ijin kan?" tanya perempuan dengan gaun tidur berbahan satin itu sedikit penekanan.

Jean hanya mendengus. "Terus aku harus jawab apa? Ngelarang juga mustahil kan? Toh kamu nggak akan pernah nurut."

Jawaban ketus suaminya membuat Elisha jengah. Jika sudah seperti ini pasti ujung-ujungnya hanyalah pertengkaran saja.

"Ya gimana pun juga, aku kan butuh restu kamu Mas. Biar aku kerjanya nggak kepikiran. Gitu lho." Elisha merapikan tutup skincare miliknya dan berjalan mendekati Jean Sang suami. "Kan aku kerja juga demi keluarga kita."

Jean masih memfokuskan kedua matanya ke arah monitor. Pura-pura tidak melihat gerakan istrinya. Kata-kata Elisha seolah mengingatkan dirinya dengan kebodohannya beberapa bulan yang lalu. Saat ia meminta istrinya itu untuk bekerja, membantu perekonomian keluarga mereka.

Dan sekarang, ia seperti dapat karma. Sebab karir istrinya bisa melejit begitu cepat, lengkap dengan gaji yang cukup besar. Sementara ia? Hanyalah penulis lepas yang entah kapan bukunya bisa meledak di pasaran.

Ironis bukan?

"Iya-iya. Makasih buat kerja keras kamu," balas Jean tak ikhlas.

"Ayo dong Mas! Jangan gini..." Ia naik ke atas ranjang. Lalu memeluk pinggul suaminya. "Kita kan harus—"

"Iya, Sayang. Iya! Aku dukung semua pekerjaan kamu kok." Jean memilih untuk mengalah. Dan itu terjadi untuk kesekian kalinya. Dia sedang tidak dalam mood untuk berdebat dengan wanita yang sudah hampir 8 tahun ini ia nikahi.

"Makasih ya Mas. Aku cinta banget ama kamu," ucap Elisha penuh syukur. Tidak lupa ia memberikan kecupan singkat di pipi Sang suami sebagai ungkapan terima kasih.

"Ya udah, sekarang kamu tidur aja!"

"Kamu?"

"Aku mau nerusin deadline dulu."

Elisha menganggukkan kepalanya dan mulai menata diri untuk tidur. Sedangkan suaminya kembali melanjutkan pekerjaannya. Menikmati malam yang dingin dengan saling memunggungi satu sama lain.

*

"Mas. Hari ini pembantu baru kita bakal datang."

"Oh ya? Jam berapa?" Sambil menikmati sarapan paginya, Jean bertanya pada sang istri yang tengah menyuapi anaknya.

"Aku nggak tau jam berapa. Soalnya penyalur cuma bilang gitu aja." Perempuan yang tampak rapi itu juga tidak lupa menyantap sarapan untuk dirinya sendiri.

"Oke."

"Nanti tolong interview yang bener ya Mas. Jelasin apa-apa aja aturan di rumah ini," pesan Elisha.

"Iya."

"Trus, hari ini jangan lupa jemput Qila ya Mas. Dia pulang jam dua soalnya."

"Iya-iya. Aku udah paham kok." Jean mulai sedikit jengah.

Elisha yang kini sibuk menyiapkan bekal untuk anaknya sambil repot memakan sarapannya sendiri memberikan senyum kecil ke arah suaminya. Meskipun paginya cukup sibuk dan merepotkan, namun perempuan 28 tahun itu tidak sekalipun mengeluh.

"Sayang—" Ia mendekati Qila. Anak tunggalnya yang masih berusia 7 tahun. "Ini bekal kamu yah. Jangan lupa dihabisin."

"Iya Mama."

"Terus, pas di sekolah jangan nakal ya! Dengerin kata Papa sama Bu Guru. Dan—" Perempuan dengan setelan blouse dan rok sepan selutut.

"Udah dong El, anak kamu juga udah pasti paham."

Elisha melihat ke arah suaminya. "Kan aku cuma mastiin aja, Mas. Ya kan Qila?" Perempuan itu mengusap rambut anaknya.

Yang dibalas cengiran lebar oleh sang anak.

"Ya udah Ya, Mama berangkat dulu." Perempuan bertubuh ramping itu memeluk anaknya. Memberikan kecupan singkat di kening, pipi, dan bibir anak semata wayangnya sebelum berangkat.

"Mas, aku kerja dulu ya." Elisha juga tidak lupa memberikan kecupan di dahi suaminya sambil pamit untuk berangkat. Hal yang wajib dia lakukan sebelum pergi ke kantor.

Jean hanya menhanggukk kepalanya. Ia hanya menerima ciuman istrinya tanpa mau memberikan balasan untuk Elisha. Entahlah, dia sedang tidak mood untuk itu.

Dia malah menghela nafas berat saat perempuan itu pergi dari pandangannya. Beginilah pagi yang harus ia lalui. Melihat keribetan Elisha, dan petuah-petuahnya untuk sang anak.

"Papa, ayo berangkat!"

Pria tampan dengan rahang tegas, hidung mancung, dan body atletis itu melihat ke arah sang anak dan tersenyum. "Oke. Ayo kita let's go!" Ia menutup laptopnya dan menurunkan anaknya dari kursi makan yang memang dibuat agak sedikit tinggi.

Membantu Qila memakai tas dan menggandeng anaknya untuk ke depan. Menuju tempat mobil mereka terparkir.

Itulah kegiatan Jean setiap pagi. Mengantar anaknya ke sekolah, bertegur sapa dengan guru yang ada di depan, atau saling melemparkan senyum saat ada wali murid yang dia kenal, sebelum kembali ke rumah.

Padahal seharusnya ini jadi tugas Elisha. Tapi sayang, semua itu kini dia yang ambil alih karena istrinya sibuk bekerja.

"Seandainya aku nggak kena PHK, mana mungkin aku ngelakuin hal kayak gini." Sudah berulang kali Jean menggumamkan hal yang sama.

Ia cukup jenuh menjadi pekerja lepas seperti ini. Membuatnya seperti tak punya harga diri. Apalagi saat melihat tatapan aneh orang-orang padanya. Makin membuatnya merasa tak berguna.

Tapi mau bagaimana lagi, mencari pekerjaan di tengah krisis seperti ini juga bukanlah hal yang mudah. Jadi dia harus tetap menjalani semua ini dengan lapang dada.

*

BRAAK!

Sekitar 30 menit, ia kembali tiba di rumah. Dan pria tampan itu langsung ke dapur untuk mencuci piring bekas keluarganya sarapan tadi.

"Ck. Bisa-bisanya aku malah ngelakuin semua kerjaan perempuan! Nyuci piring, nyapu, ngepel! Aaargghh!!" Jean terlihat emosi. Ingin sekali membanting piring di tangannya.

"Ini kan tugas perempuan, tugas pembantu! Nggak seharusnya aku ngelakuin hal kayak gini!"

"Lagian si Elisha itu, katanya mau ada pembantu yang kerja di sini! Tapi mana? Sampai sekarang belum datang juga!"

Meskipun sambil marah-marah, Jean tetap melakukan semua pekerjaannya.

Sampai, selang dua jam kemudian, terdengar bunyi bel yang dipencet beberapa kali.

"Siapa itu? Apa— si pembantu yang dateng?" tanya Jean pada dirinya sendiri. "Bagus deh kalau beneran pembantu yang dateng, jadi aku nggak perlu capek-cepak lagi."

Dengan sedikit berlari, pria tampan berkulit eksotis itu menuju ke arah depan. Bersiap membukakan pintu untuk tamunya.

"Permisi Pak, selamat siang."

Saat pintu rumahnya terbuka, ia malah dikejutkan oleh...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Devin Alfin
Lanjut part 2
goodnovel comment avatar
Kim Kim
TPI cwoknya ngk bnr sih,,istri udh banting tulang nyari nafkah dan ngurus keluarga dia malah ngk bnr
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
aku mampir kak...️......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Cocok Ama Pak Dokter

    "Om tadi kayaknya suka sama Mama deh."Elisha nyaris tersedak ludah sendiri saat mendengar kalimat polos namun menohok dari mulut Qila.“A-apa?!” Elisha membelalak, hampir tersedak. “Kamu ngomong apa barusan?”Qila hanya nyengir santai. “Aku bilang… Om dokter tadi kayaknya suka sama Mama.”Elisha langsung menggeleng kuat-kuat, pipinya memerah. “Qila! Jangan ngomong aneh-aneh. Dari mana kamu bisa mikir begitu? Kamu kan masih kecil.”“Ya dari cara dia liat Mama tadi. Kan keliatan banget. Beda. Kayak… hmm, Papa kalau liat Mama Nilam,” jelas Qila polos.Elisha terdiam sejenak, mencoba mengatur napas. “Qila… Om Dion itu cuma teman Mama. Teman lama. Udah gitu aja. Lagian dia dokter.”“Dokter kan keren Ma!"Elisha memutar bola matanya. “Ya Tuhan, anak ini... Udah ya jangan aneh-aneh!"Qila tertawa puas. Ia tahu komentarnya berhasil membuat Mamanya salah tingkah.Namun belum sempat Elisha membalas, langkah kaki terdengar mendekat.“Elisha! Emm... Qila..."Suara lembut yang familiar membuat El

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bertemu Lagi

    Nilam sudah menunggu di lobby saat ia melihat Elisha keluar dari kursi kemudi sambil tersenyum lebar, dan dari pintu sebelah, muncul sosok remaja perempuan dengan ransel di punggungnya.“Qila?” gumam Nilam, terkejut.Begitu gerbang dibuka, Qila langsung berlari kecil masuk dan memeluk Nilam erat. “Mama Nilam! Surprise!”Nilam tertawa kecil, meski harus menahan nyeri di perutnya. “Ya ampun, kamu beneran bolos? Kirain tadi cuma bercanda?”“Cuma hari ini kok aja kok, Ma,” jawab Qila santai. “Aku udah bilang ke sekolah, katanya bisa diganti tugas. Aku pokoknya mau ikut nemenin Mama hari ini. Titik.”Elisha yang menyusul dari belakang cuma geleng-geleng sambil tersenyum pasrah. “Jangan salahin aku ya, dia yang maksa ikut. Katanya kamu butuh di semangatin.”Nilam mengangguk, matanya menghangat. “Makasih, kalian berdua.”Tak lama kemudian, Elisha membantu Nilam masuk ke dalam mobil. Walaupun sudah bisa jalan, Nilam masih belum boleh banyak bergerak. Makanya dia masih harus memakai kursi roda

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Hidup Tenang

    Setelah mengantar Bu Sinta pulang bersama petugas rumah tahanan, Jean menyetir sendirian di bawah langit yang masih kelabu. Hujan belum turun, tapi awan menggantung seperti menunggu waktu. Perjalanan ke rumah mertuanya ia tempuh dalam diam. Pikiran masih berat, tapi setidaknya, satu babak kelam dalam hidupnya dan Nilam sudah benar-benar selesai hari ini.Mobil berhenti di depan rumah bergaya modern milik Bu Mala. Jean segera turun dan mengetuk pelan pintu depan. Tak lama, pintu dibuka.“Jean...” Bu Mala langsung menyambutnya. Raut wajahnya cemas. “Gimana, Nak? Gimana di sana?”Di belakangnya, Nilam sudah duduk di sofa ruang tamu, menatap ke arah suaminya dengan sorot mata tak sabar.Jean masuk, melepas jaket dan duduk di samping Nilam. Tangannya menggenggam jemari istrinya, lalu mengangguk pelan ke arah ibu mertuanya.“Benar, Ma. Dikta... bunuh diri. Gantung diri di selnya tadi pagi.”Suasana di dalam rumah langsung hening. Bu Mala menutup mulutnya dengan tangan, terkejut, sementara N

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ada Apa Dengan Dikta?

    "Kenapa kak? Ada apa sama Dikta?"Jean memasang ekspresi serius sebelum menjawab, “Dia… bunuh diri, Nilam.”Ruangan itu langsung terasa sunyi. Waktu seolah berhenti. Cangkir di tangan Nilam nyaris terlepas, namun Jean dengan cepat menangkapnya dan meletakkannya ke meja. Mata Nilam membelalak, tubuhnya menegang.“A-a… apa?” bisiknya nyaris tak terdengar.Jean mengangguk pelan, masih dengan sorot mata berat. “Dikta… ditemukan tewas gantung diri di selnya tadi pagi."Nilam masih tak bisa berkata-kata. Pikirannya kosong, tubuhnya bergetar halus. Seberapa pun besarnya luka yang pernah ditorehkan Dikta di hidupnya, kabar kematian—apalagi dengan cara seperti itu—tetaplah mengejutkan dan mengguncang.Jean jongkok di hadapan istrinya, menggenggam tangannya. “Aku harus ke rumah tahanan, pastiin semuanya. Aku harus lihat langsung jasadnya, Nilam. Aku gak bisa duduk manis nunggu kabar.”“Aku mau ikut," Suara Nilam pelan, tapi tegas.Jean buru-buru menggeleng. “Gak usah, Sayang. Kamu kan juga baru

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Berduaan

    "Jujur, ini jauh lebih baik daripada harus kehilangan kamu," ucap Jean dengan wajah sendunya.Mendengar ucapan lirih Jean, Nilam hanya terdiam sejenak. Ia menatap wajah suaminya yang redup diterangi cahaya lampu tidur. Sorot matanya penuh cinta, namun juga menyimpan luka yang dalam—luka karena takut kehilangan.“Aku gak akan ke mana-mana, Kak Jean…” bisik Nilam, mengeratkan genggaman tangannya di dada Jean. “Aku masih di sini. Dan aku akan terus ada buat nemenin kamu."Jean memejamkan mata sesaat. Nafasnya berat, seakan menahan gejolak yang dari tadi ia pendam.“Tapi waktu itu…” suaranya bergetar, “…waktu aku sampai di lokasi kecelakaan, dan ngeliat kamu…”Ia berhenti sejenak. Tangannya menggenggam erat bahu Nilam. “Aku masih inget jelas… tubuh kamu himpit badan mobil yang terbalik, kamu gak gerak, darah di mana-mana. Aku… aku bener-bener ngerasa bakal kehilangan kamu. Aku takut sekali waktu itu.”Nilam menatap Jean dengan mata berkaca. “Kak…”“Rasanya kayak… semua di hidup aku hancur

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Treatment Khusus

    Satu bulan kemudian...Hari itu, langit cerah, angin bertiup lembut dari timur. Mobil hitam milik Jean berhenti di depan sebuah gedung apartemen bertingkat. Di dalamnya, Nilam duduk tenang di kursi depan, ia mengenakan sweater abu lembut dan celana santai. Wajahnya tampak jauh lebih segar daripada sebulan lalu, meski tubuhnya masih lemah dan harus terus dalam pengawasan medis.Jean turun lebih dulu, mengambil kursi roda di bagasi lalu dengan hati-hati membantu mengeluarkan Nilam dan mendorong kursi rodanya perlahan.Setelah lift membawa mereka ke lantai atas, Jean membuka pintu apartemen yang kini menjadi rumah baru mereka sejak pernikahan. Ruangan itu terang, hangat, dan harum. Aroma bunga lavender menguar dari diffuser di sudut ruang. Beberapa tanaman hias menghiasi rak dan ambang jendela. Semuanya terlihat bersih dan rapi.“Selamat datang di rumah,” bisik Jean di telinga Nilam saat mendorongnya masuk.Nilam mengedarkan pandangan, lalu menghela napas lega. “Aku rindu tempat ini…”“D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status