Share

5. An Annoying Dinner

Author: Nona Lavender
last update Last Updated: 2024-03-25 18:43:20

“Kau yakin tidak akan berubah pikiran lagi, Aaron?” Tanya Henry menatap tidak percaya pada Aaron yang berdiri di hadapannya. 

Ditangan Henry, sebuah dokumen dengan tanda tangan emas milik Aaron Xavier membuat pria itu mengulas senyum lebarnya seolah masih berada dalam mimpi. 

Aaron mengangguk singkat, iris matanya terlepas dari Ayana yang berdiri tidak jauh dari mereka. 

“Kau urus sisanya, tapi ingat jangan sampai terburu-buru lagi seperti kemarin. Kau hampir membuat banyak karyawan mu kehilangan pekerjaan.” Tandas Aaron membuat Ayana yang mendengarnya nyaris menumpahkan seluruh isi perutnya. Oh pria itu bertingkah seolah ia adalah penyelamat seluruh umat. Bahkan lebih baik dari seorang pendeta.

Ayana memegang erat ujung gaunnya selama perbincangan Aaron dan Henry berlangsung. Seluruh tubuhnya sakit, namun ia masih harus memastikan bahwa apa yang dijanjikan Aaron benar-benar ditepati oleh pria itu.

Sekian detak jantung perbincangan Aaron dan Henry terkait kerjasama bisnis antara keluarga Xavier dan Giordano terus berlangsung aman membuat Ayana cukup lega untuk meninggalkan ruangan itu. Ia perlu meminum obat alerginya dan menenangkan dirinya terlebih dulu, sejak bangun pagi ini ia terlalu berantakan untuk bisa mengontrol dirinya.

*

Ayana tiba dirumah keluarga mereka ketika iris matanya menangkap sosok Hana yang tengah mencoba rasa makanan yang disiapkan pelayanan siang ini. Hana memang pandai memasak dan suka mengurus semua orang didalam rumah mereka.

Untuk sekian menit, Ayana kesulitan mengatur mimik wajahnya. Senyum kecil bahkan tidak ingin muncul disudut bibirnya. Ayana nyaris menangis melihat senyum cerah Hana.

Oh demi Tuhan ia memang pengkhianat yang handal. Ia di adopsi dari panti asuhan oleh keluarga ini, dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Henry dan Hana adalah kakak terbaik yang ia miliki seumur hidupnya, dan semalam ia melakukan sebuah kesalahan yang pasti sangat menghancurkan hati Hana. Kakak perempuannya itu sangat mencintai Aaron.

Hana selalu bercerita tentang Aaron setiap kali ia menjenguk Ayana di Las Vegas. Mata Hana seolah dipenuhi dengan cahaya paling indah yang pernah dilihat Ayana setiap kali Hana bercerita tentang Aaron. Seolah didunia ini, tidak ada wanita lain yang paling mencintai Aaron Xavier selain Hana Giordano.

Ayana menyelipkan helai rambutnya ke belakang telinga sebelum berjalan menuju tangga sambil melambai pada Hana yang baru saja memanggilnya.

“Kau tidak ingin makan dengan ku, Ayana?” Tanya Hana dengan alis mata terangkat saat melihat Ayana yang tidak begitu bersemangat seperti biasanya setiap kali ia pulang ke rumah.

“Aku akan mandi dulu. Aku pergi dengan Felix tadi, bau keringat.” Ucap Ayana berbohong. Dan tentu saja Hana akan percaya, karena Ayana selalu menemani kekasihnya berolahraga setiap kali ia kembali ke London.

Hana tertawa lebar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat betapa Ayana dan Felix selalu saling mencintai.

*

Aaron Xavier menyelesaikan seluruh janji meetingnya hari ini dengan satu kepuasan. Ia Aaron Xavier tidak ada yang sulit baginya, semua akan selesai hanya dengan nama besarnya.

Aaron baru berniat untuk meninggalkan ruangan kerjanya ketika pesan masuk dari Hana mengalihkan perhatiannya.

‘Aaron, kalau kau tidak keberatan aku ingin mengundang mu untuk makan malam bersama kami. Aku ingin sekali berterima kasih pada mu karena telah membantu Henry.’

Aaron menarik sudut bibirnya sebelum mengambil jas nya dan berjalan keluar. “Tentu saja aku harus datang.”

Sedang didepan meja riasnya, Ayana memandang kosong pada pantulan dirinya dibalik cermin, sesekali jari lentiknya mencoba menutup bekas c*uman dari Aaron yang masih tersisa dileher jenjangnya. Hampir selesai.

“Ayana, kau didalam? turun bergabunglah untuk makan malam.” Suara berat Hendri menarik keluar Ayana dari lamunannya sejak tadi. 

Setengah buru-buru Ayana menyisir rambut panjangnya mengambil cardigan berwarna biru langit menutup gaun malamnya yang sebatas mata kaki.

Sebelum meninggalkan kamarnya, Ayana kembali menatap cermin berkali-kali demi memastikan bahwa ia sudah tersenyum seperti biasanya didepan keluarganya.

“Tersenyumlah Ayana, singkirkan wajah muram mu itu!” Ayana nyaris mengutuk dirinya yang hampir frustasi karena ujung bibirnya sulit untuk melengkung. “Demi Tu…”

“Ayana cepatlah kami menunggumu.” Suara Henry kembali terdengar.

Dan ya, lagi-lagi ia membuat semua orang menunggu. Kali ini bukan karena ia sibuk belajar. Bersyukurlah karena semua orang sudah tahu kebiasaannya ini, jadi tidak akan ada yang curiga.

Dimeja makan dengan kayu cendana dan lilin di atasnya membuat semua orang duduk dengan tenang, hanya sesekali Henry yang berjalan mondar-mandir memanggil Ayana.

Di tempatnya mata biru Aaron sesekali menatap ke arah tangga ditengah perbincangannya dengan Hana yang sejak tadi begitu antusias menyambut kedatangan Aaron dirumah mereka.

“Lalu bagaimana kabar ibu mu? Aku sudah lama tidak mendengar kabarnya.” Hana tersenyum senang.

“Seperti biasa, ia sibuk bepergian dengan teman-teman seusianya.” Jawab Aaron dengan suara beratnya yang mampu membuat tungkai kaki Hana bergetar.

“Sesekali kau harus…”

“Nah Ayana, kemarilah, aku sudah lapar.” Panggil Henry yang sejak tadi berdiri di ujung tangga menunggu adiknya turun.

Aaron melemparkan pandanganya pada Ayana yang sudah bergerak turun menuju arah meja makan. Gadis itu belum menyadari kehadirannya. bisa terlihat dari senyum cantik yang menghias sudut bibirnya. Ah Aaron pikir Ayana mungkin akan berakhir mogok makan selama beberapa hari setelah kejadian yang di alaminya. Tapi sepertinya gadis itu menikmatinya. 

Hm ya, jadi kesimpulannya gadis itu hanya berpura-pura polos di hadapannya.

Ayana baru saja menarik kursi untuk duduk disamping Henry saat sialnya mata indahnya bertemu tatap dengan Aaron. Ayana nyaris jatuh jika saja Henry tidak buru-buru memegangnya.

“Kenapa dia ada disini, kak?” Ayana membawa tatapannya menatap Henry yang menatapnya bingung.

“Siapa? Aaron maksudmu?”

“Ya.” Jawab Ayana singkat. Matanya tak terlepas dari Henry. Ia tidak sudi untuk menatap Aaron yang terlihat tersenyum menghinanya.

“Ayana, dimana sopan santun mu? Aku yang mengundang Aaron untuk makan malam dengan kita.”

“Kenapa kau mengundangnya?” Sentak Ayana keras membuat Hana sontak meletakan alat makannya dengan kasar.

“Dia sudah membantu perusahaan keluarga kita, dia juga sudah banyak membantu Henry. Kenapa kau marah seperti itu?” Tanya Hana penuh emosi.

Tenggorokan Ayana tercekat dan matanya setengah mati kekesalan saat ia menoleh menatap Aaron. Sial pria ini telah memanipulasi seluruh keluarganya. Tidak akan ada seorang pun yang akan memahaminya saat ini.

“Ayana, jawablah!”

“A… aku hanya masih kesal pada kejadian kemarin pagi.” Ucap Ayana berbohong. Suaranya perlahan merendah, sebelum ia bergerak untuk duduk disamping Henry.

Henry sontak tertawa mendengar ketusan adik bungsunya itu. Ayana memang memiliki emosi yang sering meledak-ledak, tapi untuk masalah apapun yang Henry hadapi jika Ayana mengetahuinya maka ia akan berdiri paling depan untuk untuk membantunya.

“Ayana, aku dan Aaron sudah berbicara, hal itu sudah biasa dalam dunia bisnis, kau akan sering melihat hal ini terjadi.” Ucap Henry bak hembusan angin malam yang membuat seluruh bulu kuduk Ayana merinding.

“Sering terjadi?” Garpu yang digunakan Ayana menggantung diujung bibir mendengar ucapan Henry yang terdengar begitu santai. Oh kakaknya ini pasti sedang tidak waras.

Aaron mengangguk setuju saat meletakan alat makannya dengan sengaja menimbulkan bunyi yang berdentung keras membuat Ayana terpaksa membawa iris matanya pada pria yang sejak awal ia sumpahi mati-matian itu.

“Kau mau sekalian belajar bisnis Ayana? Kelak kau bisa membantu Henry.” Tawar Aaron yang tentu saja sengaja membuat Ayana kesal.

“Tidak, aku sama sekali tidak tertarik.” Lantang Ayana membuat Hana juga ikut bicara. 

“Ayana lebih senang berhadapan dengan darah dari pada mengurus bisnis. Tidak masuk akal.” Hana tertawa keras membuat yang lain ikut tertawa termasuk Ayana yang terpaksa ikut melakukannya.

Hidangan makan malam itu terasa hambar di indera pengecap Ayana, posisi duduknya bahkan sudah tidak tenang sejak tadi, setiap detiknya ia hampir menjatuhkan gelas yang berada tepat didalam genggaman tangannya. Ayana nyaris gila mendapati makanan di atas piringnya yang belum habis sejak tadi. Kalau ia tidak salah ingat, tadi ia tidak mengambil banyak dan sudah berusaha secepatnya untuk makan. Bahkan ia hanya menelan setiap makanan yang masuk ke dalam mulutnya tanpa mengunyah.

***

To be continued

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Jebakan Cinta CEO Arogan   For a Reason

    Pandangan mata Aaron menerawang jauh. Pria tampan itu mengangguk pelan mendengar ucapan Jane, tanpa keberatan.Sudah bertahun-tahun sejak ia tumbuh dewasa, Aaron yakin banyak rahasia ayahnya perlahan terbuka dengan sendirinya tanpa ia cari tahu. Mungkin ini adalah cara Aaron terlihat lebih masa bodoh dibanding ibu nya Gisel yang menyimpan banyak kenangan buruk dan dendam pada suaminya sendiri.“Aku tidak akan memaksa bibi.” Ucap Aaron.“Di rumah ini, kami membesarkan Ayana tanpa membedakannya dengan Henry dan Hana. Dan syukur nya Ayana tumbuh menjadi anak yang baik dan penurut.” Jane tertawa kecil. “Ayana seperti sinar matahari di rumah ini. Dia patuh namun terkadang keras kepala, ia tumbuh menjadi gadis yang tahu apa yang ia inginkan. Aku cukup bangga karena menjadi bagian dalam membuat Ayana tumbuh seperti itu…”“Kau dan paman sangat berhasil menjaganya, bibi.” Aaron terlihat bangga.Jane mengangguk pelan, dengan air mata yang tertahan. “Ayana sering mengalah, meski ia sangat kecil

  • Terjerat Jebakan Cinta CEO Arogan   A Wound

    Langkah Hana terhenti tidak jauh di belakang Henry dan Jane saat mendengar dua orang tersebut sedang berbicara tentang Ayana. “... Ayana pantas mendapatkan banyak cinta yang tidak bisa ia dapatkan dari kedua orang tua yang telah membuangnya....” Suara Henry terdengar begitu tulus saat menyebutkan nama adik angkat mereka. Kepalan tangan Hana mengetat, tidak ada hari paling mengecewakan baginya saat mendengar dua orang yang paling di sayangnya justru terlihat lebih peduli pada Ayana, adik angkat yang seharusnya tidak lebih berharga dari nya. “Dan aku tidak pantas untuk itu?” Tanpa melangkah, suara Hana melengking tinggi dengan parau gemetar menahan marah. Matanya memandang lurus pada Henry dan Jane yang dalam sekejap menoleh menatapnya. “Hana…” Dengan gerakan cepat, Henry bangkit berdiri dari duduknya kemudian buru-buru melangkah mendekati Hana, namun wanita itu bergerak mundur. “Apa Ayana bahkan lebih berarti bagi kalian dari pada aku?” Tanya Hana dengan suara gemetar. “Apa yang

  • Terjerat Jebakan Cinta CEO Arogan   91. Sister's Enemy!

    Dari balik pintu kamarnya Hana bersandar tegang dengan urat tangan yang membiru, terkepal kuat menahan kemarahan yang siap meledak. Pendengarannya tentu saja tidak bermasalah untuk mendengar dengan begitu jelas bagaimana Aaron dan Ayana mengaku saling mencintai tanpa pemaksaan.Oh Apa ini? Dia sungguh melewatkan banyak hal! Ia sungguh bodoh karena percaya bahwa Ayana memiliki hati paling tulus di antara semua wanita yang tidak akan menyakitinya. Nyata nya, adik angkatnya itu telah menusuknya begitu dalam hingga rasanya ia nyaris mati dengan rasa sakit saat ini.Lalu Aaron? Selama bertahun-tahun Aaron hanya menganggapnya sebagai teman karena ia menghargai Henry? Cih, Aaron pasti bercanda!Pria itu selalu menatapnya dengan penuh nafsu setiap kali mereka bertemu dan ia tentu saja bukan wanita bodoh dan polos yang tidak bisa mengartikan arti tatapan Aaron. Tubuhnya jelas sangat menarik, kecantikannya? Tentu saja jangan di tanya, hampir seluruh London selalu memuji kecantikannya.Tapi sial

  • Terjerat Jebakan Cinta CEO Arogan   90. Aku Menginginkan Ayana!

    “Apa kau suka?” Tanya Ayana dengan senyum kecilnya setelah kenikmatan besar yang ia berikan pada senjata milik kekasihnya itu.Aaron menarik sudut bibirnya setelah merasa khawatir pada Ayana tadi. Ia mengangguk pelan dan mengecup bibir Ayana lembut.“Sangat luar biasa, aku sangat menyukainya.” Bisik Aaron lalu segera mengangkat tubuh langsing Ayana ke atas wastafel, ia kembali menarik turun lengan dress Ayana dan menghisap puting payudara wanitanya itu dengan rakus.“Ah… lagi sayang.” Desah Ayana menekan kepala Aaron yang menjilat dan mengulum ujung payudaranya.“Hmm,” Aaron membuka mulutnya dan menghisap dengan kuat, matanya terpejam menikmati dua bola kembar favoritnya itu secara bergantian.Lidah dan mulutnya sibuk menjilat, menghisap dan mengulum puncak kembar nan sempurna itu, sedang tangan kirinya terus meremas dan memberi pijatan-pijatan sensual pada payudara yang lainnya.“Slurpp, enak sayang?” Tanya Aaron dengan napas memburu.“Shhh, eat me!” Desah Ayana.“Hm…” Aaron memindah

  • Terjerat Jebakan Cinta CEO Arogan   89. Memuaskan Aaron

    Tidak ada yang lebih menenangkan bagi Ayana saat Aaron memegang wajahnya dengan tangan kanan pria itu sedangkan tangan kirinya terus mengusap lembut punggung rampingnya saat ciuman itu terus berlanjut.Jika Ayana boleh jujur, Aaron mengalami kemajuan dalam hal ini, tidak… bukan pada teknik berciumannya, tentu saja pria itu sudah sangat hebat soal yang satu ini, namun pada bagaimana ciuman yang diberikan Aaron padanya bukan hanya sekedar tentang nafsu pria itu, tetapi juga soal pria itu bisa menenangkannya dengan cara tersebut.Dulu Ayana selalu merasa Aaron selalu menyentuhnya dengan penuh nafsu dan hanya ingin memenuhi ego nya, tetapi setiap harinya, sentuhan Aaron semakin lembut dan membuatnya tenang meskipun terkadang Aaron cukup agresif. Namun tentu saja Ayana menyukainya. Ia menyukai bagaimana cara Aaron menyentuhnya begitu sesuai dengan setiap suasananya.Ayana melepas bibirnya dari bibir Aaron saat tangan kanan Aaron mulai bergerak masuk dari belahan rok nya. Tangannya buru-bur

  • Terjerat Jebakan Cinta CEO Arogan   88. Perasaan Yang Sulit Dihentikan

    Di ujung ranjang di dalam kamar Hana, Ayana berdiri mematung menerima semua bentakan dan umpatan kebencian Hana pada nya saat ini. Air matanya membendung saat Hana berteriak dengan suara bergetar.“Aku minta maaf…”“Apa kau akan berhenti berhubungan dengan Aaron jika aku memaafkan mu hah?” Tanya Hana dengan tatapan tajam menusuk pada Ayana yang mendadak membeku.“Hana…”“Shiittt!” Hana mendorong keras tubuh Ayana hingga kepala adiknya itu membentuk ke ujung meja rias. “Kau jelas sangat ingin pamer karena berhasil merebut Aaron dari ku bukan? Oh Ayana apa kau begitu murahan hingga berganti pria dengan begitu mudahnya hah?”Ayana meringis memegang keningnya menahan rasa sakit dan pusing yang mendera, matanya berkunang namun Ayana berusaha bangkit berdiri meski sulit.Sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk bicara dengan Hana. Ucapan Henry benar, ia harus memberi mereka waktu.“Dengar Hana, aku tidak akan memikirkan apa yang kau katakan pada ku barusan, kita bicara setelah kau tenang.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status