Home / Romansa / Terjerat Nafsu Kakak Tiri / Bab 111 Dia yang Datang

Share

Bab 111 Dia yang Datang

Author: Secret juju
last update Last Updated: 2025-10-02 20:27:34

Athalla sama terkejutnya, rahangnya mengeras, sulit mempercayai apa yang baru dilihatnya. Sahabat dekat yang selama ini Kanara percayai, orang yang ia kira bisa menjadi tempat bersandar, justru menjadi orang pertama yang menyebarkan aibnya.

Kanara melangkah mundur tanpa sadar, seakan butuh jarak untuk bisa bernafas. “Tidak mungkin... kau...”

Athalla menatap bergantian ke arah Kanara dan Luna. Ekspresi wajahnya mengeras. Ia segera mendekat ke meja penyidik yang duduk di dekat mereka.

“Pak, apakah benar ini tersangka pertama yang menyebarkan video itu?” tanyanya tegas.

Polisi mengangguk mantap. “Benar, Jaksa Athalla. Dari hasil penelusuran digital, akun pertama yang menyebarkan video tersebut terhubung langsung ke perangkat milik saudari Luna ini. Kami sudah memiliki bukti yang cukup kuat.”

“Kau... sahabatku. Bagaimana mungkin kau tega melakukan ini padaku?” suaranya pecah oleh tangis.

Kanara berdiri kaku, menatap Luna dengan air mata yang jatuh tanpa henti. Hatinya tidak percaya jika s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 149 Five Years of Grace

    Mobil hitam mengilap berhenti di depan Hotel The Grand Étoile, hotel bintang lima yang malam itu tampak bersinar oleh cahaya lampu dan kilau kristal dari lobi utamanya.Dari luar, terlihat deretan mobil mewah lain yang baru tiba. Tamu-tamu berpakaian formal, menuruni tangga karpet merah menuju ballroom utama.Kanara menggenggam tangan Arga sesaat sebelum pintu mobil dibuka oleh petugas valet. “Aku masih gugup,” bisiknya pelan.Arga menoleh, menatap wajah istrinya yang dipenuhi cahaya dari lampu hotel. “Pegang tanganku,” ucapnya tenang. “Aku ada di sini.”Kanara mengangguk kecil. Mereka turun bersama. Sorot lampu kamera dari para fotografer langsung menyorot, sebagian mengenali Arga, sebagian lain tampak berbisik-bisik pelan ketika Kanara muncul di sisinya.Gaun champagne lembut yang dipakai Kanara tampak berkilau di bawah cahaya lampu kristal. Potongannya sederhana, namun lekuk lembut bahannya menyembunyikan perutnya yang sudah membulat. Arga, dalam setelan jas abu gelap dan dasi hita

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 148 Wedding anniversary

    Mobil melaju tenang di bawah langit sore yang mulai berwarna jingga. Suara musik lembut dari radio mengisi keheningan di antara mereka. Arga mengemudi dengan satu tangan di setir, sementara tangan lainnya sesekali berpindah untuk menggenggam tangan Kanara di kursi sebelah.“Bagaimana, lelah?” tanya Arga tanpa menoleh.“Sedikit,” jawab Kanara pelan. “Tapi aku senang. Setiap kali mendengar detak jantungnya, rasanya seperti baru pertama kali.”Arga tersenyum kecil. “Itu juga jadi bagian favoritku.” Ia melirik ke arah Kanara. “Kau mau mampir ke suatu tempat? Atau ingin makan sesuatu?”Kanara berpikir sejenak, matanya menatap jalanan yang mulai ramai. “Aku ingin es krim. Yang dingin dan manis.”Arga terkekeh. “Baik, Nyonya Kanara. Kita cari kedai es krim setelah ini.”“Jangan kedai yang ramai,” tambah Kanara cepat. “Aku tidak ingin banyak orang menatapku.”“Kenapa harus peduli pada pandangan orang lain?” gumam Arga lembut.Kanara tidak menjawab. Ia hanya tersenyum samar, lalu iseng membuka

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 147 Waktu untuk Kanara

    Arga baru saja memarkir mobil di depan rumah ketika pintu utama terbuka.Kanara keluar bersama Naomi dengan tas kecil di tangan, langkahnya pelan namun mantap. Udara siang yang hangat menyambut mereka di halaman depan.“Seharusnya kau tidak perlu buru-buru pulang,” ucap Kanara saat Arga menghampirinya. “Aku bisa pergi diantar sopir, bahkan Naomi juga sudah siap menemaniku.”Arga hanya tersenyum kecil. Ia membuka pintu mobil untuk istrinya, menunduk sedikit saat memastikan kepala Kanara tidak terbentur. Setelah Kanara duduk, Arga membungkukkan badan untuk menata sabuk pengamannya.“Waktu dan hidupku untukmu, Kanara,” katanya tenang. “Tidak ada istilah sibuk, karena kau adalah prioritasku.”Kanara mengerling, menatapnya dengan senyum geli. “Kau sering sekali bicara manis akhir-akhir ini.”Arga mengangkat alis, pura-pura tersinggung. “Kau pikir aku tidak sungguh-sungguh?”Ia menutup pintu penumpang dan bergegas ke sisi kemudi. Setelah duduk, ia menoleh pada Kanara yang sedang merapikan r

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 146 Antara Keadilan dan Kehilangan

    Suara dering telepon baru saja berhenti ketika Kanara masuk membawa secangkir kopi ke ruang kerja Arga.Aroma kopi bercampur dengan udara siang yang terperangkap di ruangan itu, tapi suasananya terasa tegang.Arga berdiri di depan jendela, punggungnya menghadap pintu. Salah satu tangannya menekan kening, sementara tangan lainnya masih memegang ponsel. Napasnya berat. Telepon dari Athalla barusan membuat pikirannya berputar tanpa arah.Kasus ayah mertuanya semakin aneh. Terlalu banyak celah, terlalu banyak kejanggalan untuk disebut spontan.Kanara melangkah mendekat, meletakkan cangkir di meja. Pandangannya tertuju pada tumpukan berkas di atas meja kerja Arga. Tapi bukan laporan pekerjaan seperti biasanya, melainkan foto-foto TKP, rekaman hasil visum, dan salinan berita acara dari lapas.“Arga …” panggil Kanara pelan.Arga menoleh. Tatapannya sedikit terkejut, tapi berusaha tenang. Ia segera menyimpan ponselnya.“Kau belum istirahat?” tanyanya, mencoba mengalihkan.Kanara menggeleng, l

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 145 Alibi yang Rapi

    Cahaya siang menembus kaca jendela, Athalla menatap tumpukan berkas di mejanya. Di antara laporan dan foto-foto TKP, ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Terlalu banyak kejanggalan dalam kematian ayah Kanara.Versi resmi dari lapas menyebut ‘Korban meninggal akibat pengeroyokan spontan selama kegiatan kerja sosial di luar lapas.’Terlalu rapi.Terlalu dangkal.Athalla tidak mudah percaya pada laporan yang terasa terlalu bersih.Athalla sudah cukup lama bekerja di kejaksaan untuk tahu. Tidak ada kekerasan di balik jeruji yang benar-benar ‘spontan’.Ia bersandar di kursinya, mengetuk-ngetuk pena ke meja. Instingnya menolak berhenti di kesimpulan yang disodorkan begitu mudah.Kejadian ini seperti sudah disiapkan.Tanpa menunggu lebih lama, Athalla memutuskan untuk turun langsung.*Beberapa jam kemudian, ia sudah berada di kantor lapas.“Saya ingin melihat rekaman CCTV,” ucapnya tegas sambil menyerahkan surat permintaan resmi.“Termasuk siapa saja yang berinteraksi dengan para pelaku se

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 144 Maaf yang Tak Sempat Terucap

    Langit mendung sore itu seolah ikut berkabung. Angin lembut berhembus, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan wangi bunga tabur. Ayah Kanara dimakamkan tepat di samping pusara mendiang istrinya. Seolah takdir memberi kesempatan bagi mereka untuk kembali berdampingan setelah sekian lama terpisah oleh waktu dan penyesalan. Kanara menunduk di depan nisan itu, tangan mungilnya menaburkan bunga perlahan, seakan takut mengganggu ketenangan orang yang kini terbaring di bawah sana. Air matanya sudah kering sejak tadi, hanya menyisakan sembab di sudut mata. Kali ini, ia tidak ingin terlihat rapuh. Ia sudah menangis cukup banyak. Tatapannya jatuh pada foto ayahnya di atas batu nisan basah itu. Wajah yang dulu keras dan penuh marah, kini hanya tinggal kenangan diam dalam bingkai kecil. Kanara menghembuskan nafas panjang, pelan namun berat. "Semoga Ibu menyambutmu di sana," ucapnya lirih, sebelum menunduk memberi penghormatan terakhir. Arga berdiri di sampingnya, tidak ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status