Share

Terjerat Pesona Duda Kaya
Terjerat Pesona Duda Kaya
Author: Azitung

Meminta Cerai

Bab 1

Serena kembali ke Indonesia setelah tujuh tahun menetap di Singapura. Ia datang dengan satu tujuan penting yang menyangkut dengan masa lalunya.

Di sinilah ia berdiri, di hadapan hotel tempatnya bekerja tujuh tahun yang lalu, menjadi salah satu staf di Himawan Hotel.

"Selamat datang!"

Seorang petugas hotel menyambut kedatangannya, Serena membalas dengan senyuman. Ia di arahkan ke bagian resepsionis guna untuk memesan kamar.

Serena diberikan card, lalu seseorang yang tadi mengantarnya ke atas. Setiap pijakan seolah melambat, memori tujuh tahun kembali berputar di kepalanya.

Sehari setelah ia sah menjadi istri dari Aldi Himawan, pewaris hotel tempatnya bekerja, Serena di permalukan oleh Lydia yang mengaku sebagai istri dari suaminya, Aldi.

Wajah Serena seolah kembali tertampar saat kalimat kotor keluar dari mulut Lydia waktu itu dan kembali menggema di telinganya.

"Kau menyerahkan tubuhmu pada pria beristri, benar-benar murahan!

Hei! Kalian, lihatlah jalang ini yang merangkak ke atas ranjang suamiku!" teriak Lydia kala itu. Serena malu sejadi-jadinya, banyak staf yang menyaksikan kejadian itu. Bukan hanya itu, ada banyak lagi kalimat yang menyakitkan ia terima.

"Ini kamarnya, Bu, silahkan!"

Lamunan Serena buyar saat petugas hotel tadi menunjuk kamarnya.

"Terimakasih!" ucap Serena. Staf tersebut mengangguk lalu permisi.

Serena mengistirahatkan tubuhnya sebelum sore nanti mulai melakukan rencananya, namun sebelum hal itu terjadi suara benda pipih miliknya berdering.

"Mami, Ranu kangen!"

Serena tertawa melihat ekspresi putranya yang berada di Singapura. Padahal belum genap sehari mereka berpisah.

"Mami baru sampai? Kata Om Billy naik pesawat nggak sampai dua jam, terus naik taksi sekitar satu jam. Sekarang sudah empat jam Mami berangkat."

Serena tersenyum mendengar celotehan putra pintarnya tersebut, "Iya, mami baru nyampe dan sekarang mau istirahat dulu," jelas Serena.

"Jadi Mami belum ketemu sama teman Mami itu?" Setahu Ranu, maminya sedang rindu dengan temannya makanya berkunjung ke Indonesia.

Serena menggeleng

Kedua bahu Ranu merosot ke bawah di ikuti dengan raut wajah cemberut, "Jadi, Mami akan lama pulangnya?"

"Tidak sayang, sore nanti mami akan ketemu dan besok akan mengunjungi rumah uti," jawab Serena.

"Jangan lama-lama pulangnya, Mam. Ranu nggak ada yang urus."

Astaga!

Serena tertawa, selalu seperti itu Ranu kalau dirinya pergi bermalam, "Kan ada Mbak Hilda, mami cuma seminggu kok." Serena sengaja menggoda padahal rencananya cuma tiga hari saja.

"What? Seminggu? Oh em ji!" Anak itu menepuk keningnya sendiri.

Serena terkikik melihatnya, "Ranu sudah makan?"

"Sudah, mami juga sudah makan?"

"Sudah, makan roti, mami mau istirahat sebentar sebelum ketemu teman."

"Mami! roti lagi-roti lagi. Mami harus makan dengan benar, Ranu nggak mau ya, kalau asam lambung Mami kumat." Seperhatian itu Ranu padanya membuat hati Serena menghangat.

"Iya cerewet, mami akan jaga kesehatan," balas Serena, "sudah dulu ya, mami ngantuk, nih." Serena ingin mengakhiri panggilan.

"Ok, Mam. Jaga diri dan cepat pulang, no debat!"

Serena mengangguk lalu tersenyum, Ranu memang paling bisa membuat dia tertawa. Sambungan video terputus, Serena pun meletakkan ponselnya di atas nakas, ia harus tidur sebentar sebelum menemui orang di masa lalunya.

Pukul empat sore, Serena sudah bangun, ia mandi dan memakai kemeja lengan panjang putih, di padu dengan celana jeans yang memiliki dua robekan di bagian lutut.

Menatap cermin sebentar memastikan lipstick warna pinknya tidak melebar melampaui garis bibir. Serena meraih tas tangan yang sudah ia isi dengan dompet dan ponselnya, menghela nafas sesaat sebelum membuka pintu.

Serena melirik arlojinya, sebentar lagi pukul lima, para petinggi hotel akan ke luar. Serena mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Aldi, tepatnya di lobi

Pria dewasa yang masih berstatus suaminya itu tampak berjalan dengan bawahannya, mereka tampak berbicara serius.

Jantung Serena bedetak kuat, namun melambat, darahnya seolah berdesir hebat. Bohong kalau Serena tidak merindukan pria itu, meski tujuh tahun ia terus berusaha membencinya.

Aldi masih tampak gagah di usianya yang Serena perkirakan sudah lebih dari empat puluh tahun, tapi pesonanya masih menguar kuat, semakin matang semakin menantang.

Serena sudah berdiri di tempatnya. Aldi dan dua pria yang bersamanya berhenti sejenak di dekatnya, pria itu memunggunginya.

"Pastikan kamarnya sudah baik, jangan kecewakan Tuan Adolf, mengerti!" Terdengar Aldi memberi peringatan.

"Baik Pak!" jawab Benu yang Serena tahu adalah asisten Aldi, sedang pria satu lagi Serena tidak mengenalinya.

"Ben, kamu antar saya ya! Saya lagi malas nyetir." Aldi memberi perintah, dia belum melihat ke arah Serena yang berdiri menatapnya sampai Benu mengangguk lalu matanya menangkap sosok yang tidak asing.

"Se-serena!" ucapnya terkejut hingga Aldi yang mendengar nama tersebut lantas memutar tubuhnya dengan cepat mengikut arah mata asistennya.

"Seren!"

^^^^^^

Benu dan Serena adalah sebaya, pernah menjadi teman sekolah dan bekerja di hotel yang sama pula. Benu menjadi asisten presdir hotel, Serena menjadi staf yang melayani tamu.

Di kafe hotel, Aldi dan Serena sudah duduk berhadapan. Pria itu menyuruh Benu menunggunya di mobil.

"Akhirnya, setelah tujuh tahun menghilang, kau datang ke sini." Aldi membuka percakapan. Meski wajahnya terlihat biasa, namun hatinya sangat bahagia.

"Seren!" Begitu panggilan kesayangannya, "aku mencarimu ke mana-mana, tapi kau hilang seperti ditelan bumi. Aku nyaris gila saat itu."

Aldi membuka sedikit kisahnya saat di tinggalkan oleh Serena.

Serena belum menanggapi, ia tidak peduli dengan cerita Aldi. Dia lebih siap memantapkan hati untuk menyampaikan maksud kedatangannya.

"Seren, kau tidak mau cerita tentang alasanmu pergi?" tanya Aldi. Andai tadi Serena tidak menolak di ajak ke kamar, Aldi saat ini pasti sudah memeluk dan menciumi wajah gadis yang selalu ia rindukan di setiap waktunya, bahkan nafas indah Serena saat malam pertama masih melekat kuat di ingatannya.

"Pak Aldi, sebenarnya saya ...."

Aldi menginterupsi dengan mengangkat tangannya, "Bapak?" Memastikan panggilan Serena barusan. Seperti seorang atasan dan bawahan.

Serena mengangguk, "Saya datang ke sini mau minta cerai dari, Bapak," lanjutnya.

Ketegangan yang masih ada kian terasa setelah kalimat itu meluncur dari bibir indah Serena.

"Bapak membohongi saya, katanya sudah bercerai, tapi nyatanya tidak seperti itu, saya menyesal dan ingin lepas dari ikatan yang bapak bangun dari kebohongan itu." Serena mengungkapkan alasannya. Dia tahu Aldi tidak mungkin menyangkalnya, lagi pula mustahil pria itu tidak tahu tentang kejadian tujuh tahun lalu.

Saat itu setelah melakukan malam pertama di hotel ini, Aldi mendapat panggilan darurat, saat dini hari ayahnya di kabarkan jatuh di kamar mandi, karena ingin cepat pulang, Aldi tidak tega membangunkan Serena, jadilah ia pergi setelah mengecup kening dan bibir wanita itu.

"Bapak boleh talak saya sekarang," kata Serena karena Aldi belum menanggapinya.

"Kita bicarakan besok, kita bertemu di sini," ucap Aldi.

Wajah Serena berubah, "Apa tidak bisa sekarang? Saya tidak punya waktu banyak," kata Serena sarat memaksa.

Aldi menatap arlojinya, "Aku ada pertemuan, lagi pula butuh saksi untuk menalak, kamu. Datanglah besok ke sini pagi hari." Aldi cepat memutuskan.

"Baiklah, tapi penuhi keinginan talak saya!" Serena butuh kepastian. Selain karena Billy sudah melamarnya, ia juga tidak tahan berpisah lama dari Ranu putra tampannya.

"Aku akan kasih jawabannya besok." Keputusan Aldi sudah tepat.

Setelah Aldi pergi, Serena duduk sebentar sebelum kembali ke kamarnya. Dia pikir akan mudah meminta talak, namun sepertinya ia harus menunggu sedikit lagi.

Aldi masuk ke dalam mobil di mana sudah ada Benu menunggu, "Nu, cari tahu dari mana Serena datang sekaligus menginap di mana?" perintah Aldi begitu duduk di mobil.

"Baik bos!" patuh Benu, tapi sesaat kemudian dia menoleh, "Serena masih punya rumah, mungkin dia tinggal di sana." Benu sangat mengenal Serena dulu.

"Nggak mungkin, Nu. Dia sepertinya memang sengaja menghindar, tapi apa alasannya aku nggak tau. Lagi pula rumah itu di tempati oleh orang lain." Aldi memang selalu memantau rumah Serena dulu.

Benu mengangguk, cukup masuk akal apa yang dikatakan oleh bosnya.

"Ben, aku butuh cepat informasinya, malam ini aku harus tahu di mana Serena tinggal!" kata Aldi berupa titah yang tidak boleh dibantah.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Azitung
Makasih kak, udah mampir
goodnovel comment avatar
Rina Novita
wah, sudah rilis.. kereen
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status