Bab 2
Setelah lelah berselancar di sosial media miliknya, Serena berniat hendak tidur, besok pagi dia harus segar saat bertemu dengan Aldi.HufftSerena menghembuskan nafas di depan cermin, berharap Aldi tidak lagi menunda untuk men-talaknya besok pagi.Tiba-tiba Serena ingat dengan Ranu, mungkin putranya itu sudah tidur saat ini. Serena pun mengambil gaun tidur yang sengaja ia bawa dari Singapura. Membongkar koper lalu meninggalkannya begitu saja. Besok pagi sekalian di bereskan sebelum check out. Pikirnya.Serena merebahkan dirinya hingga tak terasa matanya sudah terpejam rapat dan membawanya ke alam mimpi."Serena, aku menyukaimu!"Gadis itu tersipu mendengarnya, tak di pungkiri meski usia Aldi jauh di atasnya, Serena mengagumi sosok atasannya itu, namun se-kagum apapun Serena pada Aldi, dia cukup sadar dan tahu diri kalau Aldi itu sudah bukan single lagi.Tanpa Serena ketahui bahwa Aldi pun diam-diam mengagumi sosoknya setelah pertemuan pagi itu lalu berubah menyukai bahkan sampai jatuh cinta. Aldi pun mulai bertanya pada Benu asistennya yang ternyata teman sekolah Serena.Aldi tahu mengenai Serena dari Benu, pria itu rasanya semakin suka apalagi setiap berpapasan, wajah Serena sangat sejuk di pandang. Mata bulat dengan hidung kecil yang mancung, bibir bawah yang lebih bervolume serta kulit seputih susu dan postur tubuh yang langsing.Hingga puncaknya Benu mempertemukan mereka, dan Aldi menyatakan perasaannya pada Serena."Aku seorang duda, apa kau keberatan dengan statusku?" Aldi tidak menutupi apapun dari Serena.Serena yang mendengarnya terperangah sekejap, dalam hati bunga-bunga mulai beterbangan. Kalau single kenapa tidak. Begitulah pikirnya.Serena mengangguk malu dengan wajah tersipu.Hal itu membuat Aldi bahagia lalu sontak berlutut di bawah mengambil tangan Serena lalu di kecupnya lembut. Perlakuan Aldi membuat Serena serasa melayang di awan.Sejak saat itu mereka menjalin hubungan, tanpa ada yang tahu kecuali Benu. Dan satu bulan berlalu tiba-tiba Aldi mengatakan."Serena, menikahlah denganku!"Hal itu membuat Serena terkejut, "Ini terlalu cepat, Al," katanya."Tidak, aku ingin kita segera menikah," tegas Aldi meski dengan nada pelan."Tapi, aku belum siap bertemu keluargamu," alasan Serena. Selain karena terlalu muda dia juga merasa jauh dari keluarga Aldi yang terkenal kaya. Tidak terpikir akan secepat ini Aldi mengajaknya serius."Tidak apa-apa, kita nikah siri saja besok, setelahnya aku akan mendaftarkannya," tutur Aldi yang tidak bisa lagi membiarkan Serena lepas darinya."Besok?" ulang Serena. Belum hilang rasa terkejut di ajak nikah, kini Aldi mengatakan waktunya besok. Untuk menolakpun Serena tidak sanggup karena saat ini hatinya sangat mencintai Aldi.Pria yang sudah berusia tiga puluh lima itu mengangguk, "Benu akan mengurusnya, aku udah hubungin pamanmu, dia akan datang jadi wali nikah kita."HahKembali Serena terperangah, ternyata semua sudah dipersiapkan oleh Aldi.Akhirnya pernikahan terjadi dengan di saksikan oleh Benu dan Bibi Serena tanpa keluarga Aldi. Setelah itu mereka kembali ke hotel untuk ritual malam pertama.Meski masih hanya menikah siri, tidak mengurangi kemesraan dan kebahagiaan keduanya dalam melewati malam indah. Serena bahagia menjadi milik Aldi seutuhnya sampai pagi saat ia bangun dia tidak mendapati Aldi di sisinya.Lalu derap langkah terdengar membuat Serena terpaksa duduk. Wanita cantik dan seksi berdiri di hadapannya dengan tangan melipat di dada, jangan lupakan tatapannya serupa belati yang siap menusuk Serena."Si-siapa Kamu?"Serena bangun, terduduk dengan nafas yang memburu, kisah tujuh tahun yang lalu hadir kembali di mimpinya."Sudah lama mimpi itu tidak muncul, kenapa sekarang datang lagi?" Serena bicara sendiri. Ia ingat saat Ranu berusia tiga tahun mimpi itu tidak pernah muncul lagi, artinya tiga tahun juga mimpi itu tidak pernah mengganggu tidurnya."Apa karena aku ada di hotel ini?" Ia bertanya meskipun tidak akan ada yang menjawabnya.Serena mengatur nafasnya, dia menepis segala pikiran buruk dan berniat untuk tidur kembali, namun saat ingin merebahkan diri matanya menangkap sosok seseorang di dalam kamar hotelnya.Serena kembali duduk, dia langsung menghidupkan lampu di sisi tempat tidur."Ba-pak!" Meski samar Serena dapat mengenalinya.Aldi berdiri di sisi sebelah kanan ruangan, sejak tadi dia mengamati wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu saat tidur dan mendengar ucapannya.Aldi mendekat."Ma-mau apa bapak ke sini?" Serena sudah berdiri sekarang.Aldi hanya menunjukkan wajah datarnya, "Tentu saja menemui istriku," jawabnya. Kini mereka sudah dekat, namun Serena mundur menjauh.Sebagai wanita dia tahu apa yang bisa saja terjadi di kamar ini. Serena tentu tidak mau hal itu terjadi lagi. Terlebih Aldi bukan hanya suaminya saja. Tidak. Serena bukan pelakor."Pak, ini kamar saya, bapak tidak bisa masuk se-enaknya, meskipun hotel ini milik bapak." Serena menyadarkan Aldi bahwa ini adalah kesalahan.Aldi tidak peduli, ia tetap mendekat hingga Serena semakin mundur lagi saat Aldi semakin mendekat."Pak, tolong menjauh dari saya!" Serena tampak waspada, seolah Aldi adalah penjahat di matanya.Aldi menekan sesuatu di tangannya hingga kamar itu terang benderang dan Serena sontak menutup bagian atas dan bawah tubuhnya yang terlihat jelas sekarang. Dia hanya ingin memakai gaun tidur saat tidak bersama Ranu, namun siapa sangka Aldi masuk ke kamarnya diam-diam.Nafas Aldi nampak memburu, meskipun Serena menutupinya, dia merasakan gejolak aneh dalam tubuhnya, tetapi Aldi sadar, mereka baru saja bertemu, atau bisa saja nanti Serena pergi lagi."Serena, aku mau bicara, pakailah selimut ini!" Tanpa di duga Aldi meraih selimut dan menyodorkannya pada Serena.Wanita itu meraihnya lalu menutupi tubuhnya dengan menyampirkan di bahu lalu menyatukan ujungnya di bagian depan tubuhnya hingga selimut itu membungkus tubuhnya."Duduklah!" Aldi sudah duduk di atas kursi, dia meminta Serena untuk duduk di atas ranjang.Serena ragu untuk menurut."Aku tidak akan menyentuhmu, hanya ingin jawaban darimu," tutur Aldi yang mengerti ke-khawatiran Serena. Padahal meskipun dia melakukannya, tentu tidak akan masalah, Serena masih istrinya sampai saat ini.Serena akhirnya duduk dengan tangan memeluk erat selimut."Apa alasanmu pergi tujuh tahun yang lalu?" tanya Aldi seraya menatap mata indah Serena. Mata yang sangat ia rindukan kedipannya.Tatapan Aldi masih sama seperti dulu penuh cinta dan kehangatan, "Pak, ini sudah malam, kenapa tidak besok saja kita bicara." Serena terlalu pintar menilai. Dia takut Aldi menolak talak kalau dia cerita malam ini."Aku terlalu penasaran, Serena. Tujuh tahun Kau menetap di Singapura. Tentu ada alasan kuat di balik kepergianmu itu," tutur Aldi yang belum mengetahui sepenuhnya yang terjadi di masa lalu.Wajah Serena pias, bagaimana tidak Aldi sudah tahu tempat tinggalnya, itu artinya ...! Pikiran Serena tertuju pada Ranu."Serena ada apa sebenarnya, apa aku menyakitimu, dulu? Aku-aku hampir gila mencarimu kemana-mana, tapi sekarang aku merutuki kebodohanku yang tidak berpikir kau akan ke luar dari Indonesia." Mata Aldi menyiratkan penyesalan di sana."Aku-aku akan bicara setelah kita bercerai," putus Serena. Bohong kalau dia tidak iba melihat sosok Aldi, tapi kebohongan pria itu mampu menutupi segala perasaan cinta yang pernah ada di hatinya."Serena, jangan menunda penjelasan atau aku akan cari tahu sendiri masalahnya?" Sebagai pria tentu lebih cenderung tidak sabar. Aldi mulai memaksa.Serena berpikir keras, rasanya mustahil Aldi tidak mengetahui masalahnya. Bahkan Serena berpikir kalau Aldi memaklumi kepergiannya karena sudah tahu bahwa dia telah beristri."Serena jawab!" Suara Aldi pelan, namun penuh penekanan.Serena pun mulai takut, "Seharusnya kau sudah tahu kejadiannya. Atau bahkan sudah lupa?"Aldi suka Serena tidak menyebutnya bapak, tapi kejadian apa yang di maksud oleh Serena? "Serena jangan berbelit-belit!"Aldi merasa Serena terlalu menguji kesabarannya."Kalau Kau mau tahu, lihat cctv hotel tujuh tahun yang lalu sehari setelah kita akad. Maka kau akan tahu alasanku pergi."Kepulangan Himawan dipercepat guna memberikan keleluasaan pada Aldi dan Serena di Bali. Ia sengaja membawa Ranu cucunya agar tidak mengganggu.Himawan ingim cucu yang banyak sebelum ajal memanggilnya. Hari ini dia ingin mengecheck keadaan salah satu hotel yang kebetulan dipimpin oleh menantunya, tapi melihat Billy dan mendengar pengakuan ibunya membuat Himawan terkejut."Ayah, maaf tidak mengabari sebelumnya." Aneska muncul dari balik pohon. Sungguh ia sangat takut jika Himawan akan membongkar siapa dirinya saat ini."Ini kebetulan sekali," seru Dewi senang, "kata Aneska Pak Himawan sedang liburan ternyata sudah pulang." Dewi tersenyum sangat ramah tapi berbeda dengan Billy yang tampak datar lalu Aneska yang wajahnya tampak tidak nyaman. "Ya, saya juga ingin mendengar cerita tentang mereka berdua." Himawan menyambut ucapan Dewi. Ia pun mengajak mereka ke rumahnya, termasuk Aneska juga. Sampai di sana Dewi takjub melihat rumah Himawan yang besar. Impiannya punya besan kaya sudah t
Entah sudah berapa lama Aneska berdiam diri di dalam toilet, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Ibu Billy ingin bertamu ke rumah mereka.Rumah Himawan tepatnya.Aneska tak mungkin membawanya. Dia jadi terjebak oleh rencana Jane sahabatnya."Bil, coba kamu panggil," ucap Dewi yang merasa ini tidak wajar."Biarin aja, Bu. Mungkin lagi ngeden," jawab Billy santai. Dia memang tidak peduli pada wanita itu.Ck"Lama!" Dewi berdecak. Ia mulai merasakan kecurigaan dari sikap Aneska. Aneska memasang senyum palsu begitu keluar dari toilet. Dia pun mengajak keduanya turun untuk makan di bawah, "Tante dan Billy menginap saja di sini, aku sudah pesankan kamar.""Loh, kamu tidak ada rencana membawa kami ke rumah orang tuamu?" Dewi mengeryit heran. Aneska memalingkan wajah, menggigit bibir bawahnya. Membawanya ke rumah Susi bukanlah pilihan yang tepat. Bisa-bisa ibunya itu akan bikin ulah dan malu. "Ayah sedang liburan, Tan. Mungkin lusa baru pulang." Aneska beralasan meskipun benar adanya
Aldi merencanakan liburan untuk mereka. Ada Himawan dan juga Ranu. Meninggalkan sejenak kesibukan di dunia kerja.Pagi ini pesawat yang membawa mereka telah tiba di Bali. Aldi membawa mereka ke sebuah rumah yang bagian belakangnya menghadap ke pantai."Kamu nyewa rumah, Mas. Kan cuma tiga hari saja?" Serena merasa ini terlalu berlebihan mengingat mereka hanya enam orang saja.Belum lagi Aldi menjawab, Serena sudah terpukau oleh gambar besar yang ruangannya baru saja ia masuki, "I-ini rumah Mas Aldi?"Pria itu menjawab dengan pelukan di pinggang sang istri. Dagunya jatuh tepat di bahu Serena, "Ini milikmu sayang. Hadiah pernikahan tujuh tahun yang lalu. Mas baru sempat menunjukkannya setelah selesai di renovasi.Serena terharu, ternyata suaminya sudah menyiapkannya rumah sejak dulu, pantas saja ada foto menikah mereka di atas tempat tidur king size."Sayang, ini bukan sekedar liburan untuk kita. Mas Aldi ingin kita memiliki anak lagi, kamu mau kan?" Kini mereka berhadapan saling m
"Jangan melamun, seharusnya kamu manfaatin ini dengan baik. Kalau aku jadi kamu inilah kesempatan buat balas sakit hati kakak iparmu itu." Jane terus membisikkan semangat untuk Aneska.Jane diam saat melihat sosok Dewi datang mendekati merekam"Anes, sudah saatnya kita pergi dan kamu, siapa namamu?" Dewi begitu ramah memperlakukan Aneska berbeda dengan Jane."Siap, saya Jane," jawab Jane cepat."Kamu tidak perlu ikut," ucap Dewi sedikit ketus."Saya juga tidak mau ke sana, tugas saya hanya memastikan kalau adik saya sudah di nikahi. Itu saja." Jane tidak begitu menyukai Dewi yang cepat berubah pikiran. Terlihat mata duitan. Dia membayangkan kalau Dewi tau Anes sudah didepak dari keluarga Himawan pastilah dia akan membenci Aneska. Setelahnya ia pun pamit pada Aneska, tak lupa mengucapkan selamat dengan tawa."Sudah, ayo pulang!" Billy mengajak keduanya. Ia terlalu lelah dan pusing dengan apa yang sudah terjadi.Di rumah Aneska di antar ke kamar, sedangkan Billy menyusul ibunya k
Susi masuk ke dalam, ia meminta handphone dengan menengadahkan tangannya, "Berikan cepat!" perintahnya.Dodi menyembunyikan di balik tubuh kurusnya, "Nggak mau, ini privasiku, Bu," tolaknya."Privasi-privasi? Emangnya kamu siapa pakai privasian segala. Makanmu saja masih ibu yang tanggung sok segala privasi." Susi mengomel sambil melotot, "cepat sini!""Nggak, nanti ibu ambil semua." Dodi tetap bersikeras memegangnya. Susi geram dan akhirnya maju lalu merebutnya dengan paksa."Bu!" protes Dodi saat benda pipih yang menyimpan rahasia m bankingnya sudah beralih ke tangan ibunya."Udah diem!" Susi menggulirnya dan menemukan pesan m banking senilai sepuluh juta rupiah, "Apa yang kamu jual ha? Ini uang dari mana?" Susi marah dan menatap kakak dari Aneska itu."Sembarangan ibu tuduh aku menjual, yang ada ibu tuh yang sudah jual sofa sama lemari. Terpaksa duduk di lantai kita," gerutu Dodi tak terima."Ibu jual juga biar kita bisa makan, kau pikir sekarang mau dapat duit dari mana, Ane
"Bu, jangan menangis, bisa saja ini akal-akalan mereka. Kita pulang saja sekarang!" Sudah satu jam sejak Dewi bangun dari pingsannya.Billy menenangkannya, tapi ibunya menolak untuk pulang, "Jangan mudah tertipu dengan orang yang tidak kita kenal," katanya lagi agar ibunya segera menurut."Kamu nggak kenal dia? Apa kamu mau lepas dari tanggung jawab? Nih, nih, lihat wajahnya baik-baik, kalian pernah ketemu kan di forum bisnis?" Jane mengangkat dagu Aneska agar wajah itu terlihat jelas oleh Billy.Billy terkejut, sekarang dia melihatnya dengan jelas, tadi saat di tempat tidur dia hanya melihatnya dari samping."Kau!" ucapnya pelan. Billy meneguk ludahnya. Bertanggung jawab dengan perempuan jahat yang pernah mencelakai Serena, mustahil baginya.Billy tak akan lupa dengan perbuatannya yang turut andil dalam perpisahan Serena dulu.Dewi berdiri, ia mendatangi gadis yang sudah tidur dengan anak kesayangannya, ia menatap Aneska dari ujung kaki hingga kepala.Kulitnya bersih, sepertinya