Share

Chapter 9 (Pengakuan)

Auteur: Scorpio_Girl
last update Dernière mise à jour: 2024-12-10 22:33:53

Di tengah kesibukannya. Pagi ini, Axcel memang sengaja meluangkan waktunya untuk mengantar Adnessa.

"Ngapain masih disana?" tanya Adnessa melihat mobil Axcel yang tidak segera pergi.

"Suka-suka saya, dong! saya bangun rumah di sini pun tidak akan ada yang berani melarang," sahut Axcel dengan wajah congkaknya.

"Sombong sekali," gerutu Adnessa yang memilih meninggalkan tempat itu, dan enggan meladeni ucapan Axcel yang pasti nantinya hanya akan membuatnya kesal.

"Sa?!" panggil Axcel.

"Jangan nengok, jangan berhenti!!" gumam Adnessa memperingatkan dirinya sendiri dan semakin mempercepat langkahnya.

"Adnessa sayang. Jangan telat makan dan jaga diri baik-baik, ya. Kalau ada yang gangguin nanti, bilang saja sudah punya saya!" teriak Axcell, membuat Adnessa yang mendengarnya merasa malu.

"Dasar gila, apa dia tidak malu mengatakan hal seperti itu?" entah itu hanya sebuah candaan atau bagaimana. Namun, menurut Adnessa, kalimat seperti tadi tidak seharusnya di ucapkan sembarangan seperti ini. Karena, mungkin saja kalimat itu akan menciptakan kesalahfahaman.

Melihat Adnessa mengabaikannya, Axcel yang tadinya tidak berniat untuk keluar dari mobilnya, akhirnya mengurungkan niatnya itu untuk mengejar Adnessa, "Apa kamu tidak memiliki telinga?"

Axcel akhirnya berhasil menghentikan langkah Adnessa setelah meraih tangan gadis itu, walaupun ia harus melihat kilatan amarah di mata Adnessa ketika menatapnya.

"Apa kamu tidak bisa melihatnya?"

"Hmmm. Kalau begitu, kenapa kamu tidak menjawab kalimat saya tadi?" tanya Axcel.

"Ya, gila saja. Bagaimana aku harus menjawabnya?" ketus Adnessa. Oh, ya tuhan, ini masih sangat pagi, tapi sudah dua kali dirinya berdebat dengan Axcel.

"Tinggal bilang, 'iya, sayang!' Apa susahnya?" sahut Axcel dengan entengnya, membuat Adnessa menggeleng, tidak tau lagi harus bagaimana menyikapi Axcel yang terus menatapnya dengan tatapan menggoda.

"Dasar buaya."

"Siapa yang kamu maksud buaya?" 

Adnessa mengerutkan keningnya, "Memangnya, selain kamu, apa ada orang lain disini?" 

"Sepertinya, saya harus menegaskan hal ini kepada kamu. Saya bukan buaya! Tapi saya akui, saya memang sengaja ugal-ugalan untuk mendeati kamu!" karena saya tidak ingin kalah dengan pria lain yang juga menginginkan mu, apa lagi salah satu dari mereka adalah sahabat saya sendiri.

Saudara? Masa bodoh dengan hal itu. Lagi pula, itu hanya sebatas formalitas dan diantara kami berdua, tidak ada hubungan darah sama sekali.

"Kamu ... menyukai ku?" tanya Adnessa ragu.

"Benar, " tanpa ragu, Axcel mengakui perasaannya kepada Adnessa.

'Gila, ini benar-benar gila,' Adnessa Akui, pria yang berdiri di depannya saat ini memanglah sempurna bahkan nyaris tanpa celah, dan gadis mana yang tidak akan tergoda diperlakukan seperti ini? Tapi, Dirinya sadar, jika semua ini hanyalah kesalahan.

TIN ... TIN ... TIN. 

Obrolan menegangkan itu terhenti, ketika suara klakson mobil yang baru saja tiba mengagetkan Adnessa dan Axcel.

Melihat ada seseorang yang datang, Adnessa segera menarik tangannya yang berada dalam genggaman Axcel dan tergesa-gesa meninggalkan tempat itu tanpa sepatah kata pun.

"Astaga, malu sekali. Siapa ya tadi? Apa dia akan mengenali ku nanti?" gusar Adnessa dengan pipi yang bersemu merah.

"Itu adek, lo?" tanya Revan.

Ternyata, suara klakson tadi berasal dari mobil Revan yang kebetulan adalah Dosen muda sekaligus salah satu anggota petinggi di kampus ini. 

"Hmmm," sahut Axcel yang merasa terganggu dengan kedatangan Revan.

"Ohhh. Tumben lo kesini?"

"Nganterin Adek gue."

"Langka banget, lo punya waktu luang begini?!" sahut Revan dengan kekehan kecil.

"Dia baru disini, mama dan papa juga berhalangan mengantarnya. Tidak mungkin juga gue diam dan membiarkan dia berangkat sendiri, kalau ada apa-apa dengan gadis itu, bukannya gue juga yang harus bertanggung jawab?"

Revan mengangguk paham, "Sudah ada di sini, kalau begitu biar gue aja yang gantiin LO untuk menjaganya. Dan nanti, Lo tidak perlu repot-repot menjemputnya, biar gua aja yang anterin adek Lo pulang!"

Axcel tersenyum datar mendengar niat baik sahabatnya, "Tidak perlu repot-repot!" 

"Tentu, Lo tenang saja! Gue pastiin adek Lo bakal pulang dengan selamat sampai rumah!" sahut Revan meyakinkan sahabatnya.

"Nggak." singkat Axcel, yang berlalu menuju mobilnya.

Tidak pantang menyerah, Revan terus mengikuti Axcel hingga ikut masuk ke dalam mobil sahabatnya itu.

"Lo, mau ikut gue ke kantor?" 

Revan tertawa mendengar pertanyaan sahabatnya, "Karena terlalu bersemangat, gue jadi tidak sadar ikut masuk ke mobil, Lo!"

Axcel menggeleng heran dengan sahabatnya, "Gue tinggal. Jangan macam-macam, Lo, sama adek gue!" 

"Macam-macam bagaimana? Justru gue bakal jagain adek Lo!" sahut Revan dengan semangat.

***

Sebagai mahasiswa pindahan, tentu saja Adnessa tidak memiliki seseorang yang dia kenal di sana. Semua terasa begitu asing untuk gadis itu, hingga dua orang gadis datang menyapanya.

"Anak baru?"

Walaupun dirinya tidak memiliki bakat untuk bersikap manis, namun, kali ini Adnessa berusaha untuk bersikap ramah kepada gadis yang menyapanya, "Iya!"

"Gue Laluna, dan dia Fransisca!" ucap gadis yang menyapa Adnessa tadi, seraya mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Salam kenal, saya Adnessa!" sambut Adnessa, menjabat tangan kedua gadis di depannya bergantian.

"Saya? panggil saja LO Gue biar lebih akrab!" pinta Fransisca.

Adnessa tersenyum. Setelah perkenalan itu, tidak lama mereka sudah terlihat akrab satu sama lain. Seperti sudah mengenal cukup lama, padahal mereka baru saja berkenalan.

"Kamu beruntung banget, Ness, hari ini," ucap Fransisca.

"Beruntung? bagaimana maksudnya?!" keberuntungan apa lagi yang masih memihak ku, karena sedari pagi dirinya sungguh sangat sial.

"Karena hari ini jam pertama adalah dosen favorit semua mahasiswi," sahut Laluna dengan heboh.

"Maksudnya?" 

"Kamu lihat saja nanti, Ness!" sahut Laluna dengan wajah sumringah.

Tidak lama setelah itu, terdengar suara langkah kaki memasuki ruang kelas, di iringi dengan salam dari seorang pria yang di gadang-gadang adalah dosen favorit para mahasiswi di kampus ini.

"Selamat pagi semua!" 

"Pagi, pak!" sahut semua mahasiswa serentak.

Adnessa yang tadinya penasaran dengan sosok yang menjadi Favorit para mahasiswi di kampus itu, seketika terkejut melihat siapa yang berdiri di depan, 'Astaga, bukankah dia sahabatnya Axcel? Dia dosen di sini?'

"Apa ... Dia yang kalian maksud?" tanya Adnessa setengah berbisik kepada dua teman barunya.

Adnesa jadi teringat tentang kejadian di malam itu, dimana dirinya hampir saja tertangkap basah bersama Axcel, 'Apa dia sudah mengetahui gadis di dalam mobil malam itu adalah aku?'

"Adnessa Aisy, silahkan maju kedepan!" panggil Revan tiba-tiba, membuat Adnessa semakin gugup.

"A-aku?" ada apa ini, kenapa dia memanggil ku?

***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 95 (TAMAT)

    Sore itu, Adnessa berdiri di teras kediaman Hansel, menatap mobil Revan yang kian menjauh, menelan kesepian yang tiba-tiba menyeruak setelah kepergian pria itu."Anak ini milik saya!"Adnessa terperagah, jantungnya mencelos mendengar suara berat yang tiba-tiba membisikkan kalimat itu tepat di belakangnya. Sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya, menariknya mendekat hingga punggungnya membentur dada bidang seorang pria."Axcel?!" lirih Adnessa, terkejut bukan kepalang. Spontan ia meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman itu. Namun, tangan Axcel justru mengerat, memeluknya seolah tak ingin melepaskan.Axcel menghela napas panjang, aroma maskulinnya menusuk indra penciuman Adnessa. "Apa saya seperti hantu? Kenapa kamu begitu ketakutan melihatku?" tanyanya datar, perlahan membalikkan tubuh Adnessa hingga tatapan mereka bertemu. "Jangan lagi menghindariku, jangan lagi mencari alasan untuk menjauh. Aku sudah mengetahui semuanya, Ness. Jika... ini adalah darah dagingku!" lanjutny

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 94 (Kegilaan Axcel Vs Ketulusan Revan)

    Adnessa menghela napas, bayangan dirinya di cermin pagi itu tak ubahnya hantu pucat. Mata sayunya, lingkar hitam di bawahnya, saksi bisu malam tanpa lelap. Kata-kata Axcel semalam berputar-putar di kepalanya, racun yang menggerogoti ketenangannya."Dari mana dia tahu?" bisiknya, dahinya berkerut dalam.Gemericik air dari wastafel kamar mandi menjadi latar sunyi lamunannya. Namun, ketenangan itu pecah saat sepasang tangan kekar melingkar posesif di perutnya, membuatnya tersentak keras."Axcel!" serunya, mendorong tubuh itu menjauh. Matanya menyala marah, suaranya bergetar. "Apa yang kau lakukan di sini?!"Perlahan, Axcel mengulurkan tangannya, meraih jemari Adnessa dengan cengkeraman penuh keyakinan. "Menikahlah denganku, Ness," ucapnya, suaranya serak namun tegas. Mata elangnya, yang biasa memancarkan dominasi, kini redup, penuh permohonan."Kau gila!" Adnessa mendesis, menarik tangannya dengan kasar. "Di saat tunanganmu mengandung anakmu, kau malah mengajakku menikah? Lucu sekali!""

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 93 (Siapa ayah anak itu. Axcel?)

    Mata Axcel terbelalak setelah membaca laporan yang baru saja diberikan oleh kaki tangannya beberapa saat lalu. Tangannya bergetar, mata dan wajahnya memerah seperti menahan sebuah rasa yang tiba-tiba saja menggebu. "Adnessa hamil?!" lirihnya.Axcel terdiam, menatap beberapa lembar kertas di tangannya. Baru kali ini ia tahu alasan kenapa Adnessa beberapa saat lalu tiba-tiba ingin bersekolah di luar negeri dan sekarang justru ingin menikah, ternyata gadis itu tengah mengandung. Mengetahui fakta ini, masih ada sedikit pertanyaan yang mengganjal di hatinya. Siapa ayah anak ini?!"Jangan-jangan ayah anak ini..." Axcel segera melangkahkan kakinya terburu-buru menuju kamar Adnessa, memastikan siapa sebenarnya ayah dari anak yang dikandungnya. Jika di lihat dari laporan ini, mungkin saja anak itu miliknya.Pria tampan bermata biru dengan postur tubuh atletis itu melangkahkan kakinya lebar, seluruh tubuhnya berdesir merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan, membayangkan kenyataan ini. Ia memoho

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 92 (Keputusan untuk menikah)

    "Aku memilih..." Adnessa menatap ke arah Revan dengan perasaan ragu. "Aku lebih memilih Pak Revan," ucapnya mantap. Dari semua pilihan yang ada di dalam otaknya, sepertinya ini adalah pilihan yang terbaik. Mengingat Axcel yang telah bertunangan dan bahkan segera memiliki keturunan dari Erika. Untuk apa lagi dirinya bimbang? Sudah jelas, jika bersama Revan jauh lebih baik.Revan tersenyum. Kebahagiaan di wajahnya, tidak bisa lagi disembunyikan. "Terima kasih karena sudah percaya dengan saya, sayang!" sahutnya seraya menggenggam tangan Adnessa erat."Tidak mungkin," lirih Axcel, tidak percaya. Perlahan ia melepaskan genggaman tangannya di tangan Adnessa. Menatap kearah Adnessa dan Revan dengan tatapan sulit di jelaskan."Gue harap, ini yang terakhir kalinya lo ganggu Adnessa seperti ini, Xel!" ucap Revan datar, suaranya terdengar tegas memperingatkan Axcel. Pelukannya juga terlihat posesif kepada Adnessa, seolah memberitahu jika Adnessa telah menjadi miliknya. "Sebentar lagi, kami juga

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 91 (Dilema, diantara dua pilihan)

    Mobil yang dikendarai oleh Revan telah berhenti di pelataran kediaman Hansel. Seulas senyuman tersungging menghiasi wajah tampannya melihat Adnessa yang masih tertidur pulas, bersandar di bahunya.Revan yang tadinya ingin membangunkan Adnessa, mengurungkan niatnya. Ia memutuskan untuk menunggu sampai gadis itu terbangun sendiri. "Apakah hari ini begitu melelahkan, sayang?" lirih Revan, merapikan anak rambut Adnessa yang sedikit berantakan dengan lembut. Dengan hati-hati, Revan membenarkan jas miliknya yang ia gunakan untuk menyelimuti Adnessa, tidak ingin mengganggu tidur gadis itu."Sudah bangun, sayang?" tanya Revan, ketika melihat Adnessa mengerjap.Dengan mata memerah khas bangun tidur, Adnessa terlihat bingung. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke arah sekitar."Sudah sampai dari tadi?""Hmmm," sahut Revan dengan lembut.Adnessa menegakkan tubuhnya, "Kenapa tidak membangunkan ku?!""Kamu terlihat begitu lelah, sayang. Saya tidak tega untuk membangunkanmu!" sahut Revan.Adnessa m

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 90 (Kerinduan Axcel)

    'Adnessa?' batin Axcel bimbang, melihat siluet yang sangat mirip dengan Adnessa. Apakah yang ia lihat tadi benar-benar Adnessa atau hanya orang yang mirip saja dengan gadis itu?Tanpa sadar Axcel melangkah, mengikuti gadis yang terlihat mirip dengan Adnessa, membuat Erika yang tengah bersamanya menatap bingung ke arah Axcel yang tiba-tiba pergi."Axcel? Ada apa denganmu?" Erika, yang merasa diabaikan, menatap Axcel dengan kesal. Sedari tadi ia berbicara, namun Axcel hanya diam, dan sekarang justru meninggalkannya.Axcel tersadar, ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Erika yang tergopoh-gopoh mengikuti langkahnya. "Tidak ada. Saya hanya ingin mencari ruang untuk merokok!" sahutnya beralasan.Erika menatapnya curiga, tapi kemudian mengangguk. "Ya sudah, tapi cepat kembali! Sebentar lagi giliranku dan kamu harus menemaniku, Axcel!"Axcel mengangguk, ia segera melangkahkan kakinya keluar, mencari jejak gadis yang sangat mirip dengan Adnessa tadi.Sesampainya di depan rumah sakit

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status