Share

Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu
Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu
Penulis: Yuki Norin

Bab 1

Penulis: Yuki Norin
"Maaf, Bu Alyssa, putri Anda pada 15 Februari pukul 1.13 dini hari, dinyatakan meninggal."

Alyssa Hardiansyah menggenggam sebuah boneka kelinci di tangannya, tatapannya yang kosong tertuju pada ruang operasi. Dia sedang mengantar kepergian putrinya untuk terakhir kalinya.

Di atas ranjang operasi, Alyssa menggenggam tangan kecil putrinya yang kurus kering, dingin tanpa kehangatan.

Dia merapikan rambut putrinya. Di benaknya masih terngiang suara lemah putrinya sebelum dibawa masuk ke ruang gawat darurat.

"Mama, Paman belum datang ya?"

"Paman" yang dimaksud adalah Daniel Arthadika, ayah kandungnya. Dia tidak pernah mengizinkan putrinya memanggilnya "Papa", tetapi membiarkan putra cinta pertamanya memanggilnya begitu.

Harapan terbesar Ziona di hari ulang tahunnya adalah bisa merayakan bersama sang ayah, juga berharap ayahnya mengizinkannya sekali saja memanggilnya "Papa".

Daya tahan tubuh Ziona lemah. Tahun lalu, Ziona menunggu Daniel pulang untuk makan malam. Di tengah terpaan angin dingin, akhirnya dia tertular flu dan terkena pneumonia. Kondisi tubuhnya yang kian hari menurun mengharuskan dia untuk terus dirawat di rumah sakit hingga saat ini.

Hari ini, di musim dingin yang sama, Ziona lagi-lagi menunggu Daniel pulang di depan pintu rumah. Setelah pingsan, Alyssa segera membawanya ke rumah sakit.

Dokter sudah mengeluarkan surat kondisi kritis. Alyssa memohon agar Daniel pulang menemani putrinya merayakan ulang tahun. Daniel berjanji, tetapi janji itu sekali lagi diingkar.

Alyssa menggendong tubuh putrinya yang rapuh sambil bergumam lirih, "Sayang ... kamu sudah bebas."

Bebas dari rasa sakit, bebas dari kebencian ayah kandung, bebas dari kerinduan akan kasih sayang yang tak pernah didapatkan.

"Mama, kenapa Paman nggak izinin aku panggil 'Papa', tapi Kakak boleh ...."

"Mama, apa karena Bibi Sierra suka Kakak, makanya Paman juga suka dia ...."

Pertanyaan polos itu seakan-akan masih terus menggema di telinga Alyssa.

Di usia sekecil itu, Ziona tidak mengerti kenapa ayahnya tidak menyukainya, tidak mengerti kenapa dirinya tidak boleh memanggil "Papa". Dia hanya berpikir bahwa dirinya tidak sebaik kakaknya sehingga ayahnya tidak menyukainya.

Enam tahun lalu, karena sebuah insiden dengan Daniel, Alyssa mengandung Ziona dan akhirnya menikah secara terpaksa.

Saat melahirkan Ziona, dia hampir mati karena pendarahan hebat, tetapi Daniel tidak peduli. Karena saat itu Daniel sedang menemani cinta pertamanya, Sierra, melahirkan putranya.

Setelah melahirkan, Sierra menyerahkan Rafatar kepada Daniel, lalu pergi ke luar negeri dan menghilang tanpa kabar.

Alyssa yang sudah menyukai Daniel bertahun-tahun, demi mendapatkan perhatiannya, menerima anak dari Sierra dan merawatnya dengan sepenuh hati layaknya anak kandung sendiri.

Namun, Daniel tidak mengizinkan Ziona memanggilnya "Papa", sementara kepada anak Sierra dia memperlakukannya bak permata. Itulah perbedaan yang nyata.

Seharusnya Alyssa sudah sadar bahwa sejak hari dia hampir mati saat melahirkan, hati pria itu tidak akan pernah goyah, tanpa peduli seberapa besar dia berkorban.

Padahal Ziona lahir lebih dulu, tetapi Daniel tetap mengangkat anak Sierra sebagai kakak, memberinya status cucu sulung Keluarga Arthadika. Itu sebabnya, semua orang mengira hanya anak itu yang merupakan anak sah Daniel, sedangkan Ziona dianggap sebagai anak haram.

Dokter berdiri di belakangnya, menatap punggung Alyssa yang bergetar. "Ayahnya belum datang juga?"

Sejak Ziona dirawat, Daniel tidak pernah muncul sekali pun.

Tatapan Alyssa mendingin, lalu dia tersenyum sinis. "Ayahnya sedang menemani anak dari wanita simpanannya ke luar negeri. Mereka akan bertemu ibunya dan merayakan ulang tahun bersama."

Setiap tahun selalu seperti itu. Sementara itu, dia hanya bisa dengan bodoh membesarkan anak orang lain selama empat tahun.

Di hari ulang tahun yang sama, Ziona selalu ditelantarkan.

Dokter terdiam, menatap wanita malang itu, tidak tahu bagaimana harus menghibur.

....

Hari pertama setelah Ziona meninggal, Alyssa mengurus semua prosedur. Surat konfirmasi kremasi di Kota Uttar harus ditandatangani kedua orang tua.

Alyssa pulang ke Vila Harbor untuk membereskan barang-barang Ziona. Sementara berkemas, dia mendengar suara mobil dari lantai bawah.

"Papa! Kapan Papa menceraikan Mama dan menikah dengan Bibi Sierra? Aku mau Bibi Sierra jadi mamaku!"

Daniel menaruh jas di lengannya, lalu menunduk dan mencubit pipi anak itu. "Rafa, kamu boleh panggil Bibi Sierra 'Mama'."

Dari atas, Alyssa mendengar semuanya dengan jelas. Jantungnya berdebar kencang, matanya terpejam kuat. Dia menarik napas dalam-dalam.

"Pergi minta Mama mandikan kamu. Ganti baju bersih, lalu kita jemput Bibi Sierra."

Rafatar melonjak kegirangan. "Asyik!"

Namun, sesaat kemudian wajahnya menjadi murung. "Tapi ... kalau Mama tahu, apa Mama akan melarangku pergi? Aku paling benci Mama! Dia selalu melarangku makan makanan luar!"

Daniel mengusap kepala Rafatar, menenangkannya dengan berkata, "Ada Papa di sini. Dia nggak bakal berani."

Saat berikutnya, pandangan Daniel sejenak beradu dengan Alyssa yang turun dari tangga. Daniel memalingkan mukanya dan bersikap seolah-olah Alyssa tidak ada.

Sementara itu, Rafatar berlari menarik tangan Alyssa. "Mama, mandikan aku. Sebentar lagi aku mau pergi."

Alyssa menarik tangannya, menatap Daniel. "Kamu nggak lupa sesuatu?"

Daniel menoleh sekilas dengan ekspresi datar. "Apa?"

Bertahun-tahun dia selalu bersikap dingin pada Alyssa, pada Ziona. Alyssa hanya bisa mentertawakan dirinya sendiri.

Benar. Bagaimana mungkin dia ingat kalau hari itu juga ulang tahun Ziona? Setiap tahun dia hanya merayakan ulang tahun Rafatar bersama Sierra dengan meriah. Sementara itu, Ziona hanya bisa menunggu ayahnya yang tak akan pernah pulang.

"Ada yang ingin kubahas."

Daniel mendengus. "Hari ini aku sibuk."

"Nggak akan lama. Cuma tanda tangan dua dokumen."

Alyssa memberikan dokumen, menunjukkan tempat tanda tangan. Daniel menandatangani dengan malas, lalu menyodorkannya kembali.

"Malam ini aku dan Rafa nggak pulang. Suruh Ziona minta izin setengah hari untuk Rafa di sekolah besok pagi."

Alyssa menggenggam map erat-erat hingga buku jarinya memutih. Andai Daniel mau melihat lebih teliti, dia akan tahu satu dokumen itu adalah surat cerai dan yang lain adalah surat kremasi Ziona. Sayangnya, dia hanya menandatangani secara asal.

"Oh ya, bilang juga ke dia jangan telepon aku lagi."

Alyssa tersenyum dingin. Ziona tidak akan menelepon lagi, begitu pula dirinya.

Daniel menyadari perubahan sikap Alyssa, tetapi dia tidak peduli. Mereka terburu-buru. Sierra sudah menelepon, menanyakan kapan mereka akan tiba. Jadi, tanpa menunggu Rafatar mandi ataupun berganti pakaian, Daniel langsung membawanya pergi.

"Malam ini, biar mama baruku yang mandikan aku," ucap Rafatar.

Daniel menatapnya penuh kasih. "Ya."

Alyssa berdiri terpaku, menatap punggung mereka yang menjauh. Kemudian, dia membersihkan seluruh barang yang ada hubungannya dengan dirinya dan Ziona, lalu membakarnya.

Setelah itu, dia pergi ke krematorium untuk mengkremasi jasad putrinya. Ketika menerima abu jenazah, air matanya tak terbendung lagi.

"Zizi, tunggu Mama .... Mama akan segera menyusulmu."

....

Di sisi lain, Daniel membawa Rafatar menghadiri pesta penyambutan kepulangan Sierra. Mereka bertiga tampak harmonis seperti keluarga bahagia.

Orang-orang memuji mereka serasi, menuduh Alyssa telah merebut status Nyonya Arthadika serta menghancurkan kebahagiaan keluarga itu.

Tiba-tiba, seseorang bergegas mendekati Daniel. "Pak Daniel, hari ini istri dan putri Bapak dikremasi. Tolong segera pergi untuk menerima abu jenazah."

Alis Daniel tidak sedikit pun berkerut, nadanya dingin. "Dia sudah dewasa, sampai kapan mau main drama cemburu seperti ini?"

"Tapi ini tanda tangan Bapak sendiri di surat kremasi, juga di surat cerai ...."

Jantung Daniel seakan-akan berhenti berdetak. "Apa yang kamu bilang?"

Dia melaju kencang menuju krematorium. Begitu tiba, dia melihat istri dan putrinya didorong masuk ke kotak kremasi. Seketika, hatinya terasa seperti dikoyak.

Petugas krematorium pun melihat sosok pria itu terjatuh ke lantai dengan suara keras ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 247

    Alyssa menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu perlahan mengangkat kepala dan menatapnya dengan tatapan mengejek. "Katakan saja terus terang, kamu cuma takut kesayanganmu bakal kalah, 'kan?"Begitu ucapannya selesai, dia langsung berbalik dan pergi tanpa ragu sedikit pun.....Begitu tiba di kantor SkyNine Tech, Evans menghampiri dengan wajah serius. Dia meletakkan tablet di meja kerja Alyssa. Tampilan layarnya menunjukkan halaman berita. "Ada masalah."Alyssa tertegun sejenak. "Masalah apa?"Dia segera mengambil tablet itu dan membacanya. Ternyata perusahaan mitra yang mereka ajak makan malam kemarin, setelah berpesta sampai larut malam dan tampak sudah sepakat bekerja sama, justru langsung menandatangani kontrak dengan Meganova begitu meninggalkan tempat pertemuan.Padahal saat makan malam, pihak mitra memberi kesan sangat tertarik bekerja sama. Lagi pula, proyek yang sedang mereka garap adalah proyek besar, langsung terkait dengan kerja sama pemerintah dan melibatkan perusahaan b

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 246

    Malam terasa panjang dan sulit dilewati. Rasa rindu seorang anak pada kasih sayang ayahnya selalu menjadi luka yang tak bisa disembuhkan oleh seorang ibu.Meskipun Alyssa sudah berkali-kali berkata kepada Ziona dengan nada tegas bahwa mulai sekarang mereka tidak akan punya hubungan apa pun lagi dengan Daniel, hati seorang anak kecil tidak mungkin bisa melepaskan semudah itu.Daniel tetaplah ayahnya. Kenapa dia tidak boleh memanggilnya "Papa"?Sejak kecil Ziona sudah tumbuh dengan pemahaman yang tertanam dalam-dalam tentang siapa ayahnya. Kalau sekarang Alyssa mengatakan bahwa Daniel bukan ayah kandungnya, Ziona pasti akan terluka.Sama seperti saat ini, ketika dia terlihat seolah-olah sudah menerima kenyataan bahwa mereka pindah keluar dari rumah itu, di dalam hatinya dia tetap sedih setiap kali melihat keluarga itu pergi berlibur bersama.Mungkin di pikirannya, Ziona bertanya-tanya, kenapa ayahnya selalu menyayangi Rafatar, tetapi tidak pernah sayang padanya dan ibunya?Perasaan seper

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 245

    "Mm." Evans mengusap pelipisnya yang berdenyut sakit. "Ada urusan mendadak, jadi sudah pergi."Tangan Alyssa yang memegang sup pereda alkohol menegang sedikit. Tatapannya tampak agak kosong, pikirannya berantakan. Dia berusaha keras menenangkan diri agar tetap sadar."Jadi ... soal kerja samanya gimana? Pihak sana tertarik nggak?"Evans mengangguk. "Sepertinya hampir pasti. Besok aku bakal datang langsung ke kantor mereka lagi."Hari ini Alyssa minum jauh lebih banyak dari biasanya. Seluruh tubuhnya terasa tidak nyaman. Dia seolah-olah kehabisan tenaga, bahkan kepala pun terasa berat.Evans memanggil sopir pengganti dan memastikan Alyssa diantar pulang dengan selamat. Saat dia tiba di rumah, waktu baru menunjukkan pukul 8.30 malam.Ziona melihat ibunya pulang dengan tubuh yang berbau alkohol kuat dan wajah yang tampak menahan sakit. Kata-kata yang ingin dia ucapkan langsung tertelan kembali di tenggorokannya.Ziona buru-buru mendekat. "Mama ...," katanya pelan sambil berdiri di sisi so

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 244

    Mendengar itu, Sierra tersenyum. "Mana mungkin mereka nggak datang? Kesempatan kayak begini seharusnya mereka berebut buat hadir.""Bagaimanapun juga, EraNet itu pemain papan atas di industri. Sekadar datang buat tukar pengetahuan dan diskusi teknologi saja sudah cukup bikin mereka belajar lama."Sebelumnya, bukankah mereka hampir ikut semua konferensi industri? Toh tujuannya hanya untuk menambah ilmu dan mencari peluang. Sekarang acara sebagus ini sudah diatur dengan sempurna. Kalau tidak datang, rasanya tidak masuk akal."Mereka bilang ada urusan mendadak," ucap Daniel secara singkat dan tegas.Sierra dan Xander sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut dengan tingkatan yang berbeda."Nggak datang?" Xander hampir tidak percaya. "Dengan alasan apa? Sok banget? Gara-gara tanda tangan perjanjian taruhan itu, terus ngambek dan sengaja nggak datang?"Sierra melirik Daniel. Wajah pria itu tenang dan dingin, seolah-olah sama sekali tidak peduli apakah mereka datang atau tidak. Namun, Daniel s

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 243

    Evans sangat memahami rasa jengkel yang tersembunyi di hati Alyssa.Baru saja mereka saling berebut kendali atas satu proyek pemerintah, hingga akhirnya harus menandatangani perjanjian taruhan. Hubungan kedua pihak jelas jauh dari kata bersahabat.Alyssa tidak menjawab, hanya menoleh ke arah Edric dan bertanya, "Jam berapa? Nanti kami akan datang.""Jam 6 malam," jawab Edric, lalu dia beranjak pergi.Begitu dia pergi, Alyssa mengembuskan napas panjang.Evans yang memegang kemudi dengan satu tangan, berkata dengan nada berat, "Baru saja tanda tangan perjanjian taruhan dan suasananya sudah nggak enak, malah mengundang makan malam? Maksudnya apa?"Seolah-olah Daniel ingin menunjukkan kelapangan hatinya, seolah-olah proyek itu memang milik mereka.Pergi atau tidak, rasanya sama-sama bikin muak. Daniel memang selalu bertindak berlebihan."Orang bilang sekali jadi suami istri, seumur hidup tetap ada rasa," ucap Evans lirih. "Tapi dia ke kamu ...."Sama sekali tidak ada sedikit pun belas kasi

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 242

    Wajah pria itu tampak tenang. Entah sejak kapan dia datang, entah berapa banyak yang sempat dia dengar.Sierra sempat tertegun sejenak. "Daniel."Tatapan gelap Daniel tak menampakkan emosi apa pun. "Ada apa?"Reaksinya datar, seolah-olah tak mendengar percakapan barusan. Sekalipun dia mendengarnya, apa masalahnya? Toh tidak ada yang salah dengan percakapan mereka tadi.Sierra menekan bibirnya, menarik napas dalam-dalam. "Sekarang Alyssa punya SkyNine di belakang, jadi sikapnya keras. Kita sudah nggak bisa menyinggungnya lagi."Daniel menyelipkan satu tangan ke saku celana, memiringkan kepala sedikit. Bibirnya pun terangkat samar. "Untuk apa menyinggung dia?"Sierra terdiam. Saat menatap mata pria itu, dia tiba-tiba mengerti sesuatu. Benar juga, dengan posisi Alyssa sekarang, dia memang belum pantas menjadi lawan mereka."Yuk," kata Daniel.Kegembiraan melintas di wajah Sierra. Dia mengira Daniel kebetulan melewati toilet, tetapi ternyata datang untuk menjemputnya?Keduanya berjalan kel

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status