Share

Bab 2

Author: Yuki Norin
Plak!

Sesuatu yang lembut jatuh di dekat kakinya, membuat Alyssa yang sedang melamun tersentak. Sambil mengernyit, dia menunduk dan melihat sebuah kue fondan berwarna biru.

"Mama, aku sudah bilang aku nggak mau Mama bikin kue ulang tahun untukku!" Suara rengekan penuh ketidakpuasan terdengar. Rafatar mendongak menatap Alyssa. "Jelek dan nggak enak. Mama nggak ngerti omonganku ya?"

Ini ....

Alyssa menarik napas dalam-dalam. Dia kembali? Benar-benar kembali! Kembali ke pesta ulang tahun Rafatar setahun lalu.

Rafatar masih terus mengoceh. "Aku maunya makan kue buatan Bibi Sierra!"

"Mama, aku rasa kue buatan Mama enak kok. Kalau Rafa nggak mau makan, aku saja yang makan."

Mendengar lagi suara lembut putrinya, Alyssa menunduk menatap wajah mungil dan tirus itu. Air mata langsung mengaburkan penglihatannya.

Dia berjongkok, dengan lembut menangkup pipi kecil Ziona. Hangatnya sentuhan nyata membuatnya percaya bahwa dirinya benar-benar sudah kembali. Di kehidupan ini, dia tidak akan membiarkan putrinya terluka sedikit pun!

Ziona menoleh ke arah Rafatar. "Kamu nggak boleh bicara begitu sama Mama. Kamu nggak takut nanti Mama nggak mau bikinin kamu kue lagi?"

"Makan saja sendiri. Aku nggak butuh," jawab Rafatar dengan ketus sambil menarik tangan Sierra. "Aku mau Bibi Sierra jadi mamaku."

"Bibi Sierra bisa masak banyak makanan enak, bisa ajak aku naik kuda, panjat tebing. Sementara Mama? Mama bahkan nggak tahu apa itu berkuda. Malu-maluin. Papa suka Bibi Sierra, aku juga suka!"

Daniel mengernyit. "Ngomong apa kamu?"

Dengan pakaian kulitnya, Sierra tertawa lepas. Tangan kirinya merangkul bahu Daniel, gayanya seperti sahabat dekat. Kemudian, dia mengusap kepala Rafatar dengan tangan satunya lagi. "Nggak mudah jadi istri papamu! Aku sama papamu cuma sahabat seperjuangan."

"Selain itu, Rafa, Bibi sudah ajarin nggak boleh ngomong begitu ke mamamu, 'kan? Kamu nggak dengar kata-kata Bibi?"

Rafatar memanyunkan bibirnya, semakin menempel ke sisi Sierra. Dia kembali melempar hadiah ulang tahun dari Alyssa ke lantai. "Soalnya hadiah Mama selalu barang murahan kayak pulpen. Mama nggak pernah kasih mainan. Nggak kayak Bibi Sierra yang kasih aku mainan pesawat buatan sendiri, bisa terbang pula! Jauh lebih berharga daripada hadiah Mama."

"Papa bilang nanti Bibi Sierra bakal jadi perancang pesawat besar dan kelak kami bakal naik pesawat rancangan Bibi Sierra. Keren banget. Nggak kayak Mama yang kampungan dan nggak ngerti apa-apa."

Alyssa menatap anak yang dia besarkan sendiri berdiri di sisi Sierra. Dalam hati, dia merasa geli. Kenapa dulu dia tidak pernah sadar?

Rafatar memang anak kandung Sierra. Wajar kalau anak itu dekat dengannya, meskipun Rafatar sendiri tidak tahu bahwa Sierra adalah ibu kandungnya.

Di kehidupan sebelumnya, Alyssa menganggap Rafatar sebagai anak kandung sendiri, hanya demi menyenangkan hati Daniel. Namun, bagi mereka, itu adalah hal yang wajar.

Sekarang, dia tidak akan lagi menelan hinaan dan membuat Ziona menderita!

Alyssa membungkuk, mengambil pulpen yang jatuh dengan ekspresi datar. Saat dia menegakkan tubuhnya Kembali, senyuman tipis terlihat di wajahnya. "Bu Sierra memang pandai mengurus anak. Kalau begitu, mulai sekarang aku serahkan Rafa dan Daniel ke kamu saja."

Sierra tertegun. Dia tidak menyangka Alyssa akan berkata begitu. Tidak ada perdebatan, tidak ada ketundukan. Hanya senyuman setenang air danau.

Pada saat berikutnya, Sierra menoleh ke Daniel. "Daniel, apa omonganku tadi bikan istrimu salah paham? Kalau begitu, aku diam saja deh. Maaf."

Daniel mengernyit. Dia menolehkan wajahnya dan menatap Alyssa. "Kamu ini sudah dewasa, tapi masih kayak anak kecil. Bicara sembarangan saja."

Sudah jelas kalau yang dia bela adalah Sierra. Baginya, Alyssa sudah berani mempermalukannya.

Alyssa menatap balik mata pria yang dingin itu. Caranya menatap Alyssa tidak pernah berubah. Di depan banyak orang, dia selalu membela Sierra, sama sekali tidak menghargainya. Dia yakin Alyssa tidak akan pergi, makanya dia bersikap semena-mena.

Namun, kali ini, semuanya tidak akan lagi sama. Alyssa tidak akan lagi memaksakan diri untuk bertahan hanya supaya anaknya bisa merayakan ulang tahun bersama ayahnya. Dia tidak akan menunggu sampai pesta ulang tahun ini berakhir.

Di kehidupan baru ini, dia tidak akan sebodoh dulu! Dia akan menjadi tempat Ziona bersandar. Segala yang orang lain miliki, dia akan berikan sendiri untuk putrinya!

Alyssa mengalihkan pandangan, menggenggam tangan putrinya. "Zizi, ayo. Mama temani kamu rayain ulang tahun."

Kali ini, dia tidak akan membiarkan putrinya menerima hinaan lagi.

Ziona menoleh penuh harap pada Daniel, tetapi akhirnya memilih mengikuti ibunya. Namun, baru berjalan beberapa langkah, mereka sudah diadang. "Pak Daniel bilang, sebelum pesta ulang tahun Tuan Rafatar selesai, siapa pun nggak boleh meninggalkan tempat."

Alyssa menatap tangan yang menghalangi jalannya. Hatinya terasa berat.

Daniel memberi kehormatan penuh untuk Rafatar. Semua orang menganggap Rafatar adalah anak kandungnya, sedangkan Ziona dianggap anak hasil perselingkuhan Alyssa.

Bahkan di hari ulang tahun Rafatar, tidak boleh ada yang pergi sebelum acara selesai. Lalu, apakah dia ingat Ziona juga ulang tahun hari ini? Bagaimana mungkin?

Saat Alyssa melahirkan Ziona, dia nyaris kehilangan nyawa. Sementara itu, Daniel justru menemani Sierra bersalin.

Daniel berdalih kalau dia hanya menemani Sierra karena wanita itu tidak memiliki siapa-siapa di sisinya waktu itu. Namun, setelah melahirkan, Sierra malah langsung pergi ke luar negeri untuk mengejar kariernya.

Sekarang, dia sudah pulang, membawa serta gelar ganda di bidang teknologi finansial dan teknik dirgantara. Semua perusahaan besar menawarinya pekerjaan, tetapi dia menolak. Kabarnya, dia ingin masuk ke Pusat Riset Dirgantara di Kota Uttar, tempat yang sangat ketat terhadap pendatang baru. Daniel pun sedang membantunya agar bisa masuk.

Di kehidupan lampau, Alyssa tidak pernah peduli. Yang dia fokuskan hanyalah Daniel. Dia tidak tahu apa pun soal perkembangan karier Sierra.

Bahkan dia dengan bodohnya membesarkan anak orang lain selama lima tahun. Demi anak, demi pria, dia mengorbankan masa depannya, tinggal di rumah sebagai istri yang patuh. Kini, dia baru sadar betapa bodohnya dirinya dulu.

Alyssa tersenyum sinis. "Peraturan Pak Daniel nggak bisa menahanku."

Dulu dia terlalu peduli pada Daniel dan rela menjadi istri yang baik. Namun, sekarang tidak. Dia tidak akan menjadi asisten kecil di sisi Daniel. Dia akan bangkit, bersama putrinya, kembali ke puncak!

Wajah Daniel semakin suram, auranya sedingin es. Alyssa mencibir dalam hati. Mungkin dia juga heran, kenapa istrinya yang dulu penurut tiba-tiba berani melawannya di depan umum. Wajar dia marah karena sekarang, Alyssa tidak akan lagi berperan sebagai istri yang rela berkorban.

Di detik berikutnya, Alyssa melepaskan cincin nikah di jarinya, lalu melemparnya ke lantai dengan sekuat tenaga.

Trang! Suara logam yang memantul membuat semua terkesiap.

"Daniel, kita cerai. Rafa ikut kamu, Zizi ikut aku. Surat cerainya akan kukirim ke perusahaan besok pagi."

Kalau dia begitu menyukai Rafatar dan Sierra, baiklah. Di kehidupan ini, Alyssa akan membiarkan mereka bersama.

Alyssa telah mempermalukan Daniel di depan umum. Pria itu menatapnya dengan tatapan suram. "Alyssa, sampai kapan kamu mau ribut? Rafa masih kecil. Kamu tega mau cerai cuma gara-gara hal sepele?"

Bagi pria yang tidak mencintai pasangannya, apa pun yang dilakukan seorang wanita hanyalah drama yang tidak beralasan.

Alyssa tidak akan mengulangi kesalahan, tidak akan membiarkan putrinya tumbuh dalam ketidakpedulian, tidak akan lagi mengasuh anak yang bukan darah dagingnya. Dia tidak menginginkan Daniel dan anak angkatnya itu lagi.

"Ya, aku tega." Tatapannya dingin ke arah satpam. "Sekarang, minggir."

Satpam yang melihat suasana mencekam itu pun gemetar. Dia segera menyingkir, tak berani menghalangi lagi.

Melihat Alyssa yang perlahan menjauh dengan langkah pasti bersama Ziona, wajah Daniel menjadi kelam dan menakutkan.

"Kakak Ipar sudah salah paham sama kita ya?" Sierra berkata buru-buru. "Biar aku jelasin semuanya ke dia. Jangan anggap sepele. Kalau perempuan lagi marah, dia bisa melakukan apa pun."

Sierra bersiap mengejar Alyssa untuk memberi penjelasan. Namun, Daniel menghentikannya.

"Nggak usah," ucap Daniel dengan dingin. "Dia nggak bakal cerai dariku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 100

    Sierra menelepon Daniel untuk menceritakan kesulitannya saat ini."Aku cuma ingin masuk untuk belajar dan bertukar pengalaman. Waktu pertama kali ditolak masuk ke SkyNine Tech karena alasan Kak Alyssa, aku masih bisa terima. Tapi sekarang ... kalau Kak Alyssa sengaja melakukannya, bukankah itu terlalu nggak adil?"Di seberang sana, pria itu terdiam beberapa detik. Sepertinya dia sedang sibuk dengan sesuatu. Baru setelah beberapa saat, dia merespons datar, "Jangan khawatir, biar aku yang selesaikan."....Malam itu, Alyssa masih lembur. SkyNine Tech sedang meluncurkan sistem uji coba baru, data masih terus berjalan, sehingga dia belum juga pulang.Di rumah kontrakan.Zizi sendirian di rumah mengerjakan PR dengan patuh. Namun, yang dia kerjakan bukan PR TK biasa, melainkan soal-soal olimpiade matematika. Karena PR TK terlalu mudah baginya.Ketika bel pintu berbunyi, Zizi sempat tertegun. Dia meletakkan pensil dan berjalan ke pintu, tetapi tidak langsung membukanya. Sebaliknya, dia menole

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 99

    Alyssa menjelaskan secara singkat isi proyek pada Evans.Evans mendengarkan dengan saksama, lalu meletakkan sendoknya sambil tersenyum tipis, "Itu sama saja seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Dengan cara begitu, kamu memang nggak akan bisa menghubungi investor."Alyssa tentu tahu. Memang sulit sekali menjalin kontak langsung. Kalau mau, harus lewat jalur resmi dengan membuat janji ke perusahaan. Namun di sela-sela pekerjaannya, dia juga tidak ingin diam saja. Lebih banyak tahu tentu tidak ada salahnya."Aku lihat berita, bulan depan pemerintah provinsi akan mengadakan pertemuan pengusaha. Fokusnya membahas perencanaan dan inovasi untuk industri lama maupun baru. Kalau rencananya bagus, bisa dapat dukungan penuh dari pemerintah.""Aku ingin ikut, tapi jelas nggak bisa dapat undangan itu."Undangan pertemuan itu memang sangat sulit didapat. Sekalipun pengusaha sudah sangat berprestasi, belum tentu bisa masuk.Evans tersenyum kecil, "Itu memang mustahil untukmu saat ini. Jangan bua

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 98

    "Antar mereka turun gunung dulu," ucap Daniel akhirnya.Alyssa tentu paham, Daniel tidak mungkin menolak permintaan Sierra. Begitu Sierra sudah bicara, dia sudah pasti akan mengangguk menyetujui. Edric mengangguk pelan.Begitu masuk mobil, dia bertanya, "Nyonya, mau ke mana?"Alyssa bersandar di kursi dan berkata dengan suara lemah, "Ke rumah sakit terdekat."Edric sempat tertegun sejenak, tapi tidak berani banyak bertanya. Dia hanya menjalankan mobil menuju rumah sakit. Mobil Nikita yang mogok tadi, nantinya tinggal diserahkan saja pada pihak bengkel untuk ditarik.Alyssa tidak pernah menyulitkan dirinya sendiri. Kalau ada mobil untuk ditumpangi, tentu dia akan memilih naik. Bahkan Nikita sendiri juga tidak menyangka Alyssa akan langsung naik ke mobil tanpa ragu sedikit pun.....Setibanya di rumah sakit, Edric tentu menelpon Daniel untuk melaporkan bahwa dia sudah mengantar Alyssa dan Nikita sampai di sana.Di seberang, pria itu tidak menunjukkan reaksi besar, "Oke, aku mengerti."Do

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 97

    Keluar dari ruang teh, dada Nikita dipenuhi amarah yang menyesakkan. Hari ini mereka dipermalukan terang-terangan, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas."Aku nggak nyangka Daniel bisa memperlakukanmu seperti itu. Andai aku tahu lebih awal, aku nggak akan pernah membiarkanmu melewati hari-hari pahit itu!"Wajah Alyssa semakin pucat, butiran keringat halus telah bermunculan di dahinya. Dia menggeleng dan berkata dengan suara lemah, "Nggak apa-apa, semua sudah berlalu."Manusia memang harus selalu menatap ke depan.Matahari siang begitu terik.Melihat kondisi putrinya yang tampak sangat lemah, Nikita merasa cemas. "Sepertinya kamu kena sengatan matahari, ya?"Alisnya berkerut, lalu berkata, "Tunggu di sini sebentar, Ibu ambil mobil. Kita ke rumah sakit." Mobil diparkir tak jauh dari sana, tetapi tetap harus melewati terik matahari.Alyssa hanya merasa kepalanya pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Dia bersandar di kusen pintu dan mengangguk pelan. Nikita pun

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 96

    "Benarkah?" Sierra tersenyum, "Kalau begitu, lain kali pasti kami akan mampir mendukung bisnis Pak Rizky."Fernando segera mengatur tempat duduk untuk mereka. Sierra langsung duduk menempel di samping Daniel.Barulah Rizky menoleh pada Nikita, "Mari, Bu Nikita, silakan duduk. Lalu yang ini adalah ...?" Dia menatap Alyssa, seakan menunggu perkenalan.Alyssa tersenyum tipis, "Halo, Pak Rizky. Saya sekretaris Bu Nikita, nama saya Alyssa."Rizky sempat terhenti, lalu menatapnya sekali lagi. Tadi Nikita jelas-jelas hendak memperkenalkan sesuatu, tapi langsung dipotong oleh Alyssa.Hal itu membuat Rizky sedikit lebih memperhatikannya. Dalam urusan bisnis, memang tidak pantas membicarakan ikatan keluarga. Apa pun kemampuan sebenarnya, sikap Alyssa yang tegas dan profesional itu sudah cukup mencuri perhatian.Setelah semua duduk, Sierra menyarankan agar kedua pihak langsung membicarakan rencana proyek bersama. Alyssa mengangguk setuju.Tiana hanya mencibir dingin. Menurutnya Alyssa dan Nikita

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 95

    Alyssa menundukkan mata menatap Sierra yang sedang menggandeng erat lengan Daniel. Sikap itu jelas-jelas seperti sedang menyatakan dengan bangga bahwa dialah wanita yang berdiri di sisi Daniel.Alyssa hanya terkekeh dingin. Baginya, wanita itu benar-benar menarik. Saat hanya ada mereka bertiga, Sierra memanggilnya dengan sebutan "Kak Alyssa", tetapi begitu berada di hadapan banyak orang, dia justru langsung berganti panggilan menjadi "Bu Alyssa".Permainan manipulatif seperti ini, Alyssa sudah terlalu paham.Wajah Daniel tetap setenang biasanya. Namun terhadap Sierra, sikapnya penuh dengan toleransi dan kelembutan.Nikita menatap pemandangan mesra itu, alisnya berkerut rapat dan wajahnya begitu kelam. Dia sangat memahami rasa sakit itu. Dia tak pernah menyangka kini putrinya juga harus mengalaminya.Baru saja Nikita hendak maju untuk bicara, Alyssa telah buru-buru menahannya. Alyssa berbisik di telinga ibunya, "Ingat tujuan kita datang hari ini. Jangan sampai terjadi konflik yang nggak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status