Share

Bab 3 : Awal Baru

“Bu, apa Eti bisa titip Eren? Eti mau kerja lagi di Jakarta.”

Sudah hampir dua bulan Eti di kampung. Uang yang dia pegang tinggal sedikit. Selama itu Hamdan hanya pernah memberikan uang dua kali.

Pertama sebelum Hamdan kembali ke Jakarta setelah mengantarnya pulang kampung sebesar satu juta. Kedua dia kirim lagi awal bulan lalu, jumlahnya hanya setengah dari yang pertama.

Meski hanya berdua dan kadang dibantu ibunya untuk jajan dan makan, Eti tidak bisa terus seperti ini. Eren perlu biaya untuk pendidikannya nanti. Makanya kalau bisa dia ingin menabung dari sekarang.

“Emang udah ada kerjaannya?” tanya Fitri.

Sepasang ibu dan anak itu sedang duduk di teras. Mengawasi Eren yang sedang bermain di halaman dengan anak-anak tetangga yang seusianya.

“Sudah. Mantan bos Eti yang dulu tadi siang nelpon, nawarin kerjaan.”

Kedua alis Fitri menyatu. “Bos yang mana?” Setahu dia, Eti hanya pernah kerja sekali di Jakarta sebelum kemudian menikah dengan Hamdan.

“Bu Maryam, yang punya toko batik itu, lho. Siapa lagi?” jawab Eti santai

“Bukannya itu tempat kerja Hamdan juga?”

“Iya. Tapi Mas Hamdan sudah tidak kerja di situ lagi. Katanya pindah ke Bandung.”

Fitri melihat anaknya dengan perasaan iba. Kerja dilingkungan mantan suaminya pasti tidak enak.

“Apa tidak apa-apa?”

“Ya, tidak apa-apa, bu." Eti berusaha tersenyum. "Eti juga bisa tinggal di mess kaya dulu, jadi gak pusing buat nyari kontrakan.”

“Ya udah kalo gitu, itu terserah kamu. Eren juga kayanya suka disini karena banyak temannya. Kapan mau berangkatnya?”

“Kalo jadi paling dua hari lagi.”

Fitri tak lagi bertanya. Ini sudah jalan hidup anaknya. Siapa ibu yang ingin melihat anaknya jadi janda? Dia hanya kasihan dengan cucunya yang harus jauh dari kedua orang tuanya.

Eti juga diam. Dia tidak mengatakan kalau Hamdan dan selingkuhannya sudah tidak kerja disitu lagi karena mereka dipecat. Bu Maryam sudah tahu perihal kehamilan Cyntia.

Keduanya sempat ditanyai soal desas-desus diantara karyawannya tentang Cyntia yang berbadan dua. Hamdan akhirnya mengaku kalau mereka memang terlibat cinta terlarang.

Karena Bu Maryam tak ingin suasana kerjaan tidak nyaman karena kehadiran mereka. Jadilah keduanya dikeluarkan. Hamdan sempat meminta kalau dia jangan dipecat. Cukup Cyntia saja yang mengundurkan diri, jadi dia tetap bisa bekerja.

Hamdan bilang, dia sudah menceraikan Eti dan akan bertanggung jawab menikahi Cyntia. Bosnya tetap menolak usul itu. Sikap Hamdan bisa jadi contoh buruk bagi yang lain. Lagi pula sebagai sesama perempuan, dia tahu perasaan Eti yang sudah dikhianati.

***

Hanya dalam dua bulan, Eti harus dua kali terpaksa mengalami perpisahan yang dia tidak inginkan. Yang pertama tentu saja karena pengkhianatan Hamdan.

Sampai detik ini, Eti masih belajar untuk menguatkan hati. Luka itu mungkin tidak akan pernah sembuh. Tapi dia harus kuat demi anaknya.

Perpisahan kedua tentu saja berhubungan dengan Eren. Sakitnya dikhianati Hamdan, ternyata lebih sakit saat harus meninggalkan anak semata wayangnya itu ke Jakarta.

Dia terpaksa meninggalkan Eren bersama ibunya disini. Tidak ada yang bisa menjaganya kalau anak itu ikut bersamanya.

Sepanjang jalan di dalam bis yang dia tumpangi, Eti tidak bisa menahan air matanya bila mengingat Eren yang ngamuk ingin ikut pergi bersamanya. Dia menutupi sebagian wajahnya agar tidak menggangu penumpang lain.

Semenjak bayi, anaknya itu memang tidak pernah berpisah dengannya. Eti hanya bisa memandang keluar jendela. Gelap telah membungkus malam, menyisakan kesedihan yang hanya bisa dia rasakan sendiri.

‘Ya, Allah. Jika ini adalah ujian dari-Mu, maka kuatkan dan lapangkanlah hatiku agar bisa melewati ini semua,' do’a eti dalam hati.

***

Hal pertama yang dilakukan Maryam adalah memeluk Eti dengan erat. Maryam adalah mantan bos Hamdan dan Eti. Perempuan asal Bogor itu sudah berkaca-kaca saat melihat Eti melangkah masuk ke halaman mess.

Menjelang jam 10 malam, Eti sudah sampai. Maryam sengaja menunggu di mess karyawannya untuk sekedar saling berbagi kesedihan. Sebagai seorang wanita, dia punya pengalaman yang sama dengan anak buahnya itu.

Suaminya selingkuh dengan wanita lain hanya karena minder istrinya lebih sukses. Mereka akhirnya bercerai dan Maryam tidak menikah lagi semenjak itu, fokus hanya membesarkan kedua anaknya.

Makanya dia bisa mengerti bagaimana perasaan Eti begitu tahu Hamdan dan Cyntia selingkuh bahkan sampai hamil. Tidak ada wanita yang senang begitu tahu orang yang mereka sayangi malah berkhianat.

“Bagaimana perjalanannya? Apa Eren tidak apa ditinggal?” tanya Maryam setelah mereka duduk di ruang tamu.

Maryam sudah lama mengenal Eti, jadi dia tahu juga perihal keluarganya. Anak akan jadi korban pertama dari perceraian kedua orang tuanya.

“Alhamdulillah lancar, bu. Eren sempat nangis mau ikut. Tapi sekarang kata ibu Eti sudah tidur, mungkin kecapean.”

Maryam tersenyum tulus. Dia memegang tangan wanita yang kini berstatus sama dengannya, seorang Janda.

“Yang sabar ya, Et. Semua pasti ada hikmahnya.”

Sebulan yang lalu, bisa jadi Eti akan langsung menangis bila ada orang yang menyinggung perpisahannya dengan Hamdan. Sekarang dia sudah berbeda. Tangis tidak bisa menyelesaikan masalah.

“Iya, bu. Eti udah belajar jadi kuat. Itu juga demi Eren.”

Kedua wanita itu sama-sama saling menguatkan. Tidak ada yang bisa mengerti wanita selain wanita itu sendiri. Eti bersyukur bosnya ini baik dan mau peduli dengannya.

Setengah jam kemudian Maryam kembali ke kediamnnya sendiri yang tidak jauh dari mess. Sementara Eti beristirahat di kamar yang sudah disiapkan untuknya.

***

Pagi pertama, Eti bertemu dengan para penghuni mess lainnya. Beberapa sudah dia kenal karena sudah lama ikut dengan Maryam. Sebagian lagi anak baru.

Mess dibagi dua bangunan. Satu sebagai tempat tinggal dengan beberapa kamar. Satu lagi dijadikan gudang untuk menaruh barang yang akan di jual di pasar.

Yang tinggal di mess kebanyakan wanita. Hanya 2 laki-laki saja sebagai penjaga gudang. Itu pun kamarnya terpisah dari tempat para wanita.

Dulu waktu sebelum menikah, Eti bekerja sebagai admin gudang. Tapi karena sekarang sudah ada dua, Maryam menaruh Eti sebagai karyawan di tokonya di Pasar Tanah Abang.

Toko Maryam ada tiga, ada sekitar 16 laki-laki dan perempuan yang jadi karyawan disana. Eti jadi yang ke-17. Di toko juga ada beberapa yang Eti kenal. Sebagian besar memang teman Hamdan.

Bagi yang sudah mengenalnya, mereka tidak banyak bertanya. Disini mereka digaji untuk bekerja, bukan yang lain. Tapi untuk yang baru kenal, ada saja yang ingin tahu tentang latar belakang Eti.

“Anak baru itu bukannya istrinya Hamdan, ya?”

“Iya. Ibu yang memasukan dia kesini.”

“Kasihan, ya. Aku kalo nanti punya suami, diselingkuhin juga gak, ya?”

Obrolan seperti itu terjadi diantara para karyawan Maryam. Eti yang mendengarnya tanpa sengaja, hanya bersikap cuek. Toh kenyataannya memang begitu. Beberapa obrolan yang lain malah lebih menyakitkan.

“Anak baru itu siapa?”

“Bawaanya Bu Maryam. Lo mau? Janda tuh. Mantannya Hamdan.”

Yang bisa dilakukan Eti hanya bisa tersenyum. Tidak ada gunanya marah-marah walau jauh di dalam hatinya, dia sangat sakit hati. Apalagi kalau sudah menyangkut statusnya. Menjadi Janda seakan adalah aib.

Dia sadar meski dekat dengan Bu Maryam, Eti tidak mungkin meminta bosnya itu untuk memecat karyawan yang membuatnya sakit hati.

Hanya sajadah yang sering jadi saksi bagaimana dia menangis dalam sholatnya tengah malam. Dia tidak minta di lancarkan rezeki. Dia hanya ingin di lapangkan hatinya agar kuat untuk membesarkan Eren.

***

“Bisa kerja gak sih? Iket begitu saja gak becus!”

“Kalo ngelayanin orang tuh yang bener! Masa kalah sama yang lain.”

“Cepet ambilin baju ini di tokonya Mas Agung! Lari yang cepet!”

Minggu-minggu pertama, Eti ditempatkan di toko utama. Total ada 6 karyawan wanita dan 2 pria. Kepala tokonya bernama Agung, orang kepercayaan Bu Maryam. Eti benar-benar dibimbing untuk mengenal barang dan harganya.

Masuk minggu ketiga, dia dipindahkan ke toko cabang yang ada di belakang. Kepala tokonya bernama Sinta. Ada total 3 perempuan dan satu laki-laki disini.

Berbeda dengan Agung, Sinta memperlakukan Eti dengan sedikit kasar. Padahal lihat dari umur, Sinta lebih muda beberapa tahun. Eti tidak banyak protes. Mungkin salahnya yang masih gagap dengan suasana di toko.

Setelah beberapa hari, dia baru tahu kalau Cyntia pernah jaga disini dengan Hamdan sebagai kepala tokonya.

Sinta adalah teman baik Cyntia. Banyak yang bilang Sinta sepertinya balas dendam karena temannya itu dikeluarkan gara-gara hamil.

“Kok duitnya kurang?”

**003**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status