Bab 3
(PoV Aldi)Aku harus ke rumah Mama. Apakah aku harus menyelinap seperti pencuri, untuk mengambil kembali sertifikat itu di rumah Mama mertua. Karena jika aku meminta, pasti akan menimbulkan kecurigaan."Mas, aku pinjam mobil ya!" ucap Silvi sambi menyerahkan tas kerjaku."Untuk apa, mobilmu dimana?" tanyaku. Karena aku punya dua mobil yang aku beli sebelum menikah dengan Silvi. Silvi menggunakan mobil yang aku beli setahun yang lalu, dan lebih bagus karena keluaran tahun baru. "Di pinjam sama Nadia Mas, untuk kuliah. Kasihan adikku kalau harus naik ojek ke kampus!" jawabnya.Nadia baru saja kuliah 1 bulan yang lalu, dan juga akan menikah. Harusnya dia fokus dulu dengan kuliahnya, tapi dia malah minta menikah juga. Padahal calon Nadia juga pengangguran. "Kenapa Nadia tak berhenti kuliah saja, dia kan mau menikah!" "Menikah bukan berarti menghalangi dia untuk menuntut ilmu dong Mas, biar saja adikku kuliah, banyak yang sudah menikah tetap melanjutkan pendidikan nya!" ujar Silvi."Ya tapi dia tak harus memaksakan gaya hidup. Kenapa harus menggunakan mobilmu,""Mas keberatan aku meminjamkan pada Nadia. Jangan gitu Mas pada adikku, harusnya mas senang dong, bisa bahagiain keluargaku. Jadi aku pinjam mobil mas ya!" pinta Silvi.Dia bahagia dan keluarganya, sedangkan aku hanya di manfaatkan, juga keluargaku menderita karena perbuatannya. Licik sekali.Pandai dia mengatur strategi, dan perlahan dia akan mengambil semua yang aku hasilkan selama ini. Tidak akan Sil! Aku akan mengatur strategi juga untuk membalasmu, kamu bukan lagi istri yang aku cintai. Mati rasa hati ini padamu, karena menyakiti ibuku."Kamu pakai motor aja ya, Mas kan perlu mobil untuk kerja. Kantor juga lumayan jauh jarak tempuhnya!" "Yaudah deh Mas, tapi aku minta mas untuk pikirkan usulku,""Apa?" aku menoleh padanya."Mas belikan aku mobil baru, biar mobil itu untuk Nadia. Anggap aja itu kado pernikahan, untuk adikku. Mas kan bisa kredit mobil baru untukku!" ujar Silvi.Enteng sekali dia meminta sesuatu untukku. "Benar juga usulmu sayang. Ya sudah lebih baik gini, bawa saja mobilmu kembali ke rumah ini. Nanti kita belikan mobil yang baru untuk Nadia secara cash!""Beneran Mas, kamu mau beliin mobil baru untuk adikku dan cash?"" Iya sayang, masa kado pernikahan mobil bekas bagus kita beli yang baru kan?"Silvi terlihat senang sekali dengan apa yang aku katakan. Padahal dia tidak tahu rencanaku. Agar dia bawa mobil itu kembali ke rumah, dan aku akan menjualnya mereka tidak akan mendapatkan apapun.____Aku datang ke rumah Mama mertua. Semoga sertifikat itu bisa aku dapatkan, jangan sampai aku kalah dengan rencana keluarga istriku."Aldi," Mama menyambutku semringah dan ramah. Kebaikan yang menyembunyikan kebusukannya.""Kamu dari kantor?" tanya Mama."Iya, aku sengaja mampir kemari," ujarku dan memberikan bungkusan yang berisi kue, sengaja aku beli untuk pura-pura baik juga di depan mertua."Makasih, ayo masuk mama buatkan minum dulu,""Gak usah Ma, Aldi cuma ada urusan sebentar sama Mama.""Ada apa, Al?" Kami duduk di sofa."Aldi mau minta, sertifikat rumah yang kemarin Aldi hadiahkan pada Silvi. Mau menyimpan di brankas rumah kami, karena Aldi mau beli brankas," ucapku memberi alasan, semoga masih masuk akal. Karena mereka juga cukup cerdik dan licik."Begitu, tapi maaf Al. Mama udah bilang sama Silvi kemarin, minjam sertifikat ini untuk menjadi jaminan pinjam bank,""Mama, mau pinjam bank?" tanyaku. Tepat dugaanku. Pasti tidak aman jika di pegang oleh Mamanya.Bab 4 PoV Aldi"Mama, sudah mengajukan pinjaman nya?" aku bertanya berusaha tenang, dan tak menunjukkan kekesalan yang aku rasakan. Walau sebenarnya hati ini memanas melihat rencana mereka."Belum Al, rencananya sih dua hari lagi. Mama akan ajukan 100 juta. Untuk modal pernikahan Nadia," Mama mertua ingin menggunakan uang itu untuk modal pernikahan. Sedangkan kemarin saja ia sudah meminta Silvi untuk minta uang padaku, sebanyak 150 juta. Resepsi semewah apa yang akan diadakan oleh Mama untuk anak bungsunya."Aku bantu Mama untuk mengajukan pinjaman di bank, bagaimana?"Aku menawarkan mama untuk membantunya, semoga ia percaya padaku."Membantu?" dahi mama mengerut."Iya Ma, temanku ada bekerja di bank. Dan dia bisa membantu Mama agar pinjaman itu cepat cair, dalam jangka waktu mungkin hanya satu minggu saja!" jelasku."Kalau begitu tolong kamu bantu Al, karena uang itu sangat mama butuhkan secepatnya. Ada beberapa yang harus dibayar duluan, seperti uang muka untuk dekor dan juga cate
POV (3)Semua berjalan baik-baik saja ketika mereka berkumpul. Aldi sadar harus berhati-hati dan bersabar menghadapi permainan istrinya. "Mas, kapan kamu membalik nama sertifikat rumah ini atas namaku?" tanya Silvi ketika mereka berdua sudah berada di dalam kamar.Aldi tampak berpikir sejenak, dan menyimpulkan senyum pada bibirnya."Mungkin 2 hari lagi, aku akan mengurusnya segera ke notaris. Kamu cukup besok berikan tanda tangan saja,""Oke Mas, aku percaya padamu." ucap Silvi dan menggelayut manja pada Aldi. Ia kemudian mengecup pipi sang suami dengan mesra."Oiya Mas, kenapa ya Ibu selalu saja membahas tentang kehamilan? Aku belum hamil, seperti di sudut kan terus. Kita kan sudah berusaha, jika belum di beri momongan aku bisa apa," ujar Silvi dengan raut wajah sedih."Apa Ibu bertanya seperti itu padamu?"Seketika raut wajah Silvi semakin sendu dan air matanya menetes, dengan kasar Silvi mengusap air mata yang lolos."Kamu tak percaya padaku, Mas?" tanya Silvi dengan berusaha ters
Bab 6PoV (3)Silvi membantu Rania yang sedang mencuci piring usai sarapan."Mbak, kenapa repot sih. Biar aku yang cuci, Mbak duduk aja sana nonton tv sambi temanin Hafiz main aja!" ucap Silvi dan mengambil spons dari tangan Rania."Kamu nih Sil, mbak gak mau dong duduk manis aja. Biarkan Mbak yang cuci, nanggung nih," ucap Rania dan meminta sponsnya kembali."Aku gak enak sama Ibu, kalau membiarkan mbak membantuku," ucap Silvi dan tertunduk."Kenapa begitu Sil?" tanya Rania karena melihat raut wajah Silvi yang berubah sendu."Cerita apa yang kamu rasakan, jangan sungkan. Mbak gak akan memihak pada yang salah!" ujar Rania. Ia merasa Silvi menyembunyikan sesuatu tentang ibunya.."Ibu selalu menuntutku hamil Mbak, dan tak boleh malas. Karena aku keenakan menikah dengan Mas Aldi, tinggal menikmati apa yang ia hasilkan selama ini. Jadi Ibu menuntutku seperti itu, Mbak," ujar Silvi dan mengusap air mata yang mengembung di sudut matanya. "Jika belum di beri janin di rahimku, apa itu salah
PoV (3)[Apa iya sayang?] Aldi. membalas pesan dari Silvi. dan berpura-pura tidak tahu. [Iya Mas, nih ke blokir!] balas Silvi dan mengirim foto screenshot m-banking yang terblokir.Aldi tidak membalas, kembali meletakkan ponsel. Pekerjaannya tidak terlalu banyak hari ini. pikirannya pun juga tidak fokus menghadapi permainan Silvi."Aku harus pandai menyusun strategi, karena rencana Silvi sangat tidak tertebak. Mudah saja ia mau menyerahkan rumah itu pada adiknya, sialan!" gumam Aldi dengan emosi.Ponsel Aldi terud berdenting dari notifikasi pesan. Ia kemudian menekan mode pesawat agar tidak terganggu dengan pesan sanv istri.________Silvi berkunjung ke rumah Ibunya di sana ia juga bertemu dengan Nadia."Mbak,,kenapa belum transfer uang padaku?" tanya Nadia cemberut ketika melihat Silvi datang." Iya nih Sil, kamu juga tidak membalas wa kami lagi," timpal Ibunya. "Maaf ya Bu, Nadia. M-banking terblokir dan otomatis aku juga tidak bisa mengambil uang dari mesin ATM," ujar Silvi memin
Bab 8PoV 3Aldi menyerahkan beberapa berkas yang harus ditandatangani oleh Silvi."Mana Mas aku tanda tangan!" pinta Silvi."Kamu tidak mau membacanya dulu?" tanya Aldi. "Tidak Mas, aku percaya padamu. Aku juga ada urusan dengan temanku, sudah telat nih dan buru-buru!" ucap Silvi. Ia mulai mendatangani berkas yang ditunjukkan oleh Aldi tanpa membacanya. Karena ia yakin pasti Aldi tidak akan berbuat macam-macam karena suaminya itu sangat menyayangi dirinya, begitulah yang dipikirkan oleh Silvi dengan kepercayaan diri yang tinggi.Setelah menandatangani berkas itu. Silvi pergi dengan langkah yang terburu-buru. "Sil tunggu! Bagaimana dengan mobilmu?" "Mobil itu sedang ada di bengkel, besok Nadia akan segera mengembalikannya ketika sudah mengambilnya dari bengkel!" jawab Silvi memberi alasan."Oke!" ucap Aldi.Silvi kemudian melanjutkan langkahnya, ia sedikit berlari kecil. Taksi online yang dipesannya sudah menunggu di depan rumah."Jalan pak!" ujar Silvi ketika sudah masuk ke dalam
PoV (3)Aldi berencana pergi ke kantor menggunakan ojek Online. Karena mobilnya harus di service. Ia meninggalkan mobil itu di bengkel. Tak jauh dari tempatnya berdiri, baru saja ingin mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Aldi melihat Riko calon suami Nadia keluar dari dalam mobil. Riko mengitari mobil, kemudian membuka kan pintu mobil untuk seseorang yang bersamanya. Dari dalam mobil itu keluar seorang wanita menggunakan dress selutut berwarna hitam."Reno?" gumam Aldi dan menghampiri mereka."Hai Ren!" seru Aldi.Reno melihat kedatangan Aldi yang mendekat, seketika tertegun. "Mas, Aldi," ujarnya."Mau kemana? In siapa, gak sama Nadia?" tanya Aldi dan menatap perempuan yang bersama calon suami Nadia itu."Nadia, kuliah Mas!""Kuliah, sepagi ini? tapi kenapa mobilnya ada padamu. Bukankah mobil ini akan digunakan Nadia untuk pergi ke kampus!" Reno menggaruk kepalanya yang tak gatal, dan tampak berpikir."Emm... Kebetulan hari ini mata kuliah Nadia siang, jadi dia masuk siang,
PoV SilviAku mengajak Mama untuk gegas pindah ke rumahku. Mama dan Nadia sibuk mulai mengemasi barang mereka. Karena Bu Bariah yang sudah membeli rumah Mama 2 tahu yang lalu akan segera menghuninya. Rumah Mama dulu di jual, untuk melunasi hutang Mama pada rentenir untuk memenuhi biaya hidup kita.Dulu hidup kami berkecukupan, ketika Papa masih menjabat Lurah. Namun peristiwa itu terjadi, hal terburuk dalam hidupku. Papa ketahuan korupsi dana, ketika masih menjabat. Akhirnya Papa di laporkan pada polisi, tapi Papa jatuh sakit dan membuatnya nekat bunuh diri sebelum persidangan. Hidup kami hancur, dan jatuh miskin. Banyak aset yang di sita. Mobil dan juga uang di rekening Papa. Hanya tersisa rumah yang sudah di bangun sebelum Papa jadi Lurah. Aku dan keluargaku yang terbiasa hidup berkecukupan, tidak bisa menerima hidup dalam kesusahan. Terpaksa Mama berhutang sana-sini termasuk dengan rentenir untuk memenuhi biaya hidup kami.Tapi akhirnya Mama tidak sanggup lagi, karena hutang itu
PoV Silvi"Harusnya kamu baca sebelum tanda tangan, rumah ini akan kubalik nama atas nama ibu bukan kamu!" jawabnya."Kamu menipuku, Mas!" kepalaku terasa pusing, mendengar semua ini dari suamiku.Deg..! Apa yang dimaksud oleh Mas Aldi Kenapa ia berbicara seperti itu."Mas, ada apa ini? Jelaskan saja padaku berarti kamu tidak membalik nama sertifikat itu, atas nama aku? Kenapa Mas, kamu membohongiku, kamu menipuku!" aku meninggikan suara membentak Mas Aldi."Menipu?" ucapnya dan menyeringai. "Iya kamu menipuku!" hardikku pada Mas Aldi karena merasa kecewa telah ditipu olehnya. Sebuah kejutan yang sangat tidak aku sangka dari suamiku sendir, dia tega melakukan ini sejak kapan Mas Aldi berbuat curang padaku. Bukankah selama ini dia tergila-gila dan jatuh cinta padaku sebagai istrinya, rela memberikan apapun padaku. Kenapa dia tega menipu."Sekarang kamu lebih baik bercermin, Sil! Siapa yang menipu!" Kemudian Mas Aldi berlalu meninggalkan kami di ruang tengah, ia menuju kamar."Apa i