Share

Bab 7

Penulis: Ricey
Melihat senyumnya, kesuraman di wajah Victor langsung sirna.

"Julia, kamu tenang saja. Di hatiku cuma ada kamu."

"Waktu itu ucapanku keterlaluan. Apa pun permintaanmu, bilang saja, aku akan melakukannya. Asal jangan marah lagi padaku."

Victor mendekat, suaranya terdengar sedih seperti hampir menangis.

Dulu, Julia paling mudah luluh oleh sikapnya seperti ini, selalu bisa dibujuk hingga hatinya melunak. Namun, sekarang dia justru merasa orang di depannya sangat asing. Hatinya dingin seakan dilapisi es.

Julia menatap mata Victor yang penuh permohonan, lalu tiba-tiba melengkungkan bibirnya.

"Baiklah, kalau begitu, suruh saja Mandy menikah dengan orang lain."

Senyum Victor langsung membeku, sudut bibirnya bergetar lama sebelum akhirnya terpaksa membentuk lengkungan tipis.

"Julia, jangan begitu dong."

Victor mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya, tetapi Julia memalingkan muka. "Dia 'kan adikmu, bahkan soal ini pun kamu masih cemburu? Minta yang lain saja, apa pun pasti aku turuti."

Julia makin tertawa.

Dia tahu, selama menyangkut Mandy, semua janji manis Victor hanyalah selembar kertas, mudah robek.

"Aku cuma bercanda." Senyum Julia meredup. Suaranya terdengar dingin saat dia berujar, "Apa pun yang ingin kalian lakukan, lakukan saja. Nggak perlu repot-repot memberitahuku."

Melihat Julia tidak lagi mempermasalahkan Mandy, Victor menarik napas lega. Victor kembali tersenyum dan mengelus kepala Julia.

"Aku tahu Julia memang paling pengertian. Aku akan kembali bekerja sekarang. Kamu istirahatlah."

Begitu langkah kaki pria itu menghilang di ujung koridor, ekspresi terakhir di wajah Julia langsung runtuh.

Ternyata inilah alasan di balik kesetiaan dan perhatiannya yang tak putus-putus selama beberapa hari terakhir.

Bukan karena rasa bersalah, bukan karena perhatian tulus, tetapi hanya takut Julia akan membuat keributan yang mengganggu rencananya untuk membuka jalan bagi Mandy.

Julia menyunggingkan senyum sinis, meraih ponsel dari bawah bantal, dan menelepon Lina.

"Lina, apa draft perjanjian ceraiku sudah siap?"

Di seberang telepon, terdengar hening selama beberapa detik, begitu lama sampai Julia mengira sinyalnya terputus, sebelum akhirnya suara Lina yang serak terdengar.

"Julia, kamu dan Victor nggak punya hubungan pernikahan. Akta nikah yang kamu kirimkan kepadaku sebelumnya itu … palsu."

Tubuh Julia langsung kaku, telinganya berdengung.

Dia mencengkeram ponselnya tak percaya, suaranya bergetar saat bertanya, "Kamu … bilang apa?"

"Itu benar," jawab Lina yang terdengar hati-hati. "Aku minta seseorang buat memeriksanya. Statusmu masih lajang, sedangkan Victor sudah bercerai."

"Mantan istrinya adalah Mandy. Perceraian mereka baru selesai dua bulan lalu. Stempel di akta nikah kalian itu palsu, dokumennya … adalah barang tiruan yang dibeli dari toko kelontong. Kalian bukan pasangan sah."

Saat Lina berbicara, suaranya sampai tercekat.

Siapa sangka, pernikahan Julia yang dulu heboh dan membuat banyak orang iri, ternyata sejak awal hanyalah kebohongan?

Dengan tangan gemetar, Julia membuka tangkapan layar yang dikirim Lina.

Cahaya layar yang pucat menyinari wajahnya yang sama pucatnya.

Baris demi baris kata-kata dingin itu, seperti jarum beracun, bertubi-tubi menghujam hingga membuat matanya perih.

Hati yang sudah hancur berulang kali, yang baru saja dia kumpulkan dengan sekuat tenaga, kini dihancurkan lagi dengan pukulan brutal, remuk tak bersisa.

Ternyata, Julia telah menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain selama sepuluh tahun penuh.

Sepuluh tahun!

Dari usia tujuh belas sampai dua puluh tujuh, masa terbaik hidupnya dia habiskan untuk pria itu, tetapi akhirnya bahkan status istri pun tak pernah dia miliki.

Sungguh ironis.

Rasa sakit di kaki dan sesak di dada menyerang bersamaan, Julia tak lagi bisa mempertahankan ketenangannya.

Di ruang perawatan, tiba-tiba tangisan putus asanya meledak. Tangisannya terdengar menyayat hati, sampai pasien di ranjang sebelah ikut berkaca-kaca.

Akhirnya, dengan susah payah, dia turun dari ranjang. Dengan penuh kebencian, dia meraih tongkat di samping ranjang, lalu tertatih-tatih menuju kantor Victor.

Saat Victor melihatnya muncul di pintu, ekspresinya terkejut senang. Namun, begitu melihat kaki Julia yang gemetar dan wajahnya yang pucat, kening Victor langsung mengernyit. Sorot mata Victor dipenuhi rasa iba saat melangkah menghampiri Julia.

"Julia, kenapa kamu ke sini? Kakimu sudah nggak sakit lagi?"

Victor mengulurkan tangan untuk membantunya, tetapi Julia tiba-tiba menepisnya.

Julia mengangkat ponselnya di depan Victor, tatapannya penuh kesedihan. "Victor, aku sungguh menyesal pernah bertemu denganmu."

Kalimat itu membuat alis Victor berkerut. Namun, ketika Victor melihat isinya, wajahnya memucat seketika.

Dia buru-buru merebut ponsel itu, menggulir layar makin cepat, sementara ekspresinya kian muram. Hingga akhirnya berhenti pada percakapan Julia dengan Lina yang bertuliskan: [Ingin bercerai].

"Kamu ingin cerai?"

Dia mendongak tiba-tiba, rasa panik di matanya berubah menjadi tatapan gelap dan menakutkan. "Kamu ingin meninggalkanku?"

Julia terisak pelan. Air matanya yang bercampur kebencian menetes dari sudut matanya, menatap Victor dengan tajam.

"Ya! Kamu sangat mengerikan. Aku harus menjauh darimu!"

Setelah berkata itu, Julia meraih kembali ponselnya, jarinya gemetar saat menekan nomor Devon.

Namun, sebelum panggilan itu tersambung, ponselnya direbut dengan kasar oleh Victor dan dilempar ke lantai dengan keras.

"Brak!" Layar ponsel seketika retak.

Julia terperanjat. Dia mendongak dan menatap mata Victor yang merah penuh amarah.

Raut wajah Victor tak lagi menyisakan kelembutan, hanya obsesi gila yang menakutkan.

"Aku nggak akan membiarkanmu meninggalkanku."

Julia menggigil, tetapi masih menguatkan diri dengan menggertakkan gigi, lalu berbalik pergi.

Namun, baru berjalan beberapa langkah, tengkuknya tiba-tiba terasa sakit yang menusuk. Pandangannya menjadi gelap dan dia pun kehilangan kesadaran.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 26

    Tania tidak menyangka bahwa Victor benar-benar berdiri di salju sepanjang malam.Saat malam makin larut, salju turun makin lebat. Tania sering melihat ke luar jendela, begitu pula Julia.Saat melihat wajah yang familier itu melihat ke luar jendela, Victor tetap memaksakan senyum meskipun bibirnya pecah-pecah karena kedinginan."Bu Julia, ini bisa bikin orang mati nggak?"Julia menutupi dirinya dengan selimut dan memejamkan mata tanpa peduli apa pun sambil berkata dengan santai, "Nggak. Kalaupun iya, itu nggak ada hubungannya dengan kita. Ayo tidur."Tania benar-benar takjub dengan betapa tenangnya Julia. Namun, saat teringat penderitaan Julia dulu, Tania langsung menutup tirai dengan marah.Malam itu di tengah salju, Victor terus mengingat masa lalu.Bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama dengan senang, mendekor rumah bersama dan membayangkan masa depan bersama.Sayangnya, semua itu hancur karena Mandy.Saat teringat akan Mandy, amarah Victor mulai tersulut.Saking marahnya, Victo

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 25

    Victor melihat ke arah suara itu dan refleks menganga saking kagetnya."Devon? Kok kamu di sini?"Devon merangkul bahu Julia. Saat tidak merasakan perlawanan dari Julia, Devon mengeratkan rangkulannya."Aku tunangannya, jadi kenapa aku nggak boleh ada di sini?"Victor sontak merasa seperti disambar petir. Kepalanya tiba-tiba berdengung dan dia tak bisa mendengar apa pun lagi. "Tunangan? Kok bisa? Julia …. Kok bisa-bisanya dia jadi tunanganmu!"Mata Victor tampak memerah, bibirnya terlihat gemetar.Julia menarik tangan Devon dan menautkan jari mereka, lalu menunjukkannya ke depan Victor."Kenapa juga nggak boleh? Aku belum menikah dan belum punya anak. Apa susahnya menerima pinangan orang lain?"Victor mengatupkan bibirnya, sorot tatapannya terlihat sangat tidak percaya.Perkataan Julia bagaikan sebilah belati yang menusuk jantungnya dan menyayat hatinya."Nggak, aku nggak izinin!" kata Victor. "Aku mencintaimu dan kamu hanya bisa menjadi milikku!"Julia refleks tertawa sinis, dia tidak

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 24

    Tidak peduli seberapa keras Victor berteriak di belakang, mobil itu tidak berhenti sama sekali. Mobil itu malah melaju makin cepat dan segera menjadi titik hitam di kejauhan.Baru setelah sosok di kaca spion benar-benar menghilang, Devon perlahan memperlambat laju mobilnya.Julia melirik Devon dengan curiga. "Kenapa kamu ngebut sekali? Nggak sabar mau bereinkarnasi?"Devon tidak menanggapi dan tiba-tiba bertanya, "Kalau Victor datang menemuimu sambil menangis, mengaku salah dan memohon untuk balikan, apa kamu akan setuju?"Julia pun mengernyit seolah-olah habis mendengar sesuatu yang kotor, tetapi dia tetap menjawab dengan serius, "Nggak, sampai mati pun aku nggak mau."Setiap kali teringat perbuatan Victor kepadanya, Julia akan merasa kedinginan dan sering terbangun di tengah malam. Dia berharap seandainya saja benar-benar mati dalam kobaran api waktu itu karena itu lebih baik daripada terus-menerus disiksa oleh kenangan ini.Devon bisa melihat sorot tatapan Julia yang penuh tekad, bi

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 23

    Victor tidak tahu bahwa dia telah menjadi fokus pembicaraan semua orang bahkan sebelum dia mencapai tempat latihan.Hanya ada satu hal dalam benaknya.Dia akan mewarisi legasi Julia, bertanding di setiap lintasan yang ada dan memenangkan semua kejuaraan demi Julia.Dengan begini, rasa bersalah Victor mungkin akan berkurang saat menemui Julia di alam baka.Sebelum datang ke sini, Victor telah mendengar bahwa ada seorang pelatih legendaris yang muncul di negara asing dalam dua tahun terakhir. Para pembalap wanita yang dilatih telah memenangkan kejuaraan di semua kompetisi bergengsi.Pelatih itu hanya mau melatih perempuan, tetapi Victor tetap ingin mencobanya.Begitu memasuki ruang latihan, dia menghentikan seorang anggota staf dan berkata, "Halo, di mana pelatih Tim Zero?""Maksudmu si pelatih wanita?" Orang itu menunjuk ke suatu tempat yang tidak jauh dari situ. "Dia tadi duduk di sana. Anggota timnya masih di sana. Coba tanya dia."Victor berterima kasih padanya dan bergegas menghampi

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 22

    Devon selalu merasa bahwa Julia memperlakukannya berbeda.Julia selalu menjadi pemantau yang tenang dan percaya diri di hadapan orang lain, tetapi justru menjadi garang dan tersipu di hadapan Devon.Devon pikir itu adalah bukti perasaan Julia kepadanya.Jadi pada hari ujian masuk universitas berakhir, Devon mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaannya.Namun, Julia malah menatap Devon dengan bingung."Kenapa? Kamu nggak menyukaiku?" tanya Devon dengan gelisah, suaranya terdengar gemetar.Julia yang berusia 17 tahun itu mengernyit seolah sedang melihat makhluk asing. "Nggak. Kamu, bunga ini dan teman-temanmu yang selalu membuat onar itu. Aku nggak suka semuanya."Pengakuan pertama Devon gagal, tetapi dia enggan menerimanya. "Apa yang kamu benci dariku? Karena aku menyerahkan modelmu? Atau karena kamu menganggapku jelek?"Julia berbalik untuk pergi, tetapi berhenti saat melihat mata Devon yang berkaca-kaca.Julia menatap Devon dan mengucapkan setiap kata dengan serius, "Nggak jug

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 21

    Tiga tahun kemudian, Negara Fitalina.Di tempat istirahat di luar pangkalan latihan pacu, beberapa pembalap berambut pirang dan bermata biru tengah mengobrol sambil menghadap ke arah lintasan."Sudah dengar? Kali ini ada pembalap jagoan dari Negara Chimeas yang dijuluki si kuda hitam. Dia baru belajar balap selama tiga tahun, tapi sudah memenangkan semua kejuaraan domestik. Ini pertama kalinya dia berkompetisi di luar negeri dan banyak orang bertaruh dia akan menang, tapi menurutku itu bukan masalah besar.""Pembalap dari Negara Chimeas? Jangan remehkan mereka."Seorang pembalap lain bertubuh jangkung mendecakkan bibirnya. "Sudah lupa sama pelatih perempuan dari Negara Chimeas itu? Hanya dalam tiga tahun, dia sudah melahirkan lima juara F1 perempuan. Pelatih perempuan itu membuat para pembalap pria seperti kita-kita ini terlihat bermasalah selama beberapa tahun terakhir."Tania Nelsa hanya tersenyum mendengar hal itu dan menggelengkan kepalanya, lalu kembali ke area istirahat timnya.D

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status