Benar apa yang Naya katakan. Felix mengangguk patuh dan kembali duduk mengabaikan tatapan sinis dari mertuanya.
Suasana meja makan terasa panas. Kemudian Naya memutuskan untuk bicara sekarang pada Ayahnya.Tangannya terus menggenggam kuat tangan Felik, seolah sedang mentrasper kekuatan satu sama lain."Yah. Naya ingin bicara sebentar."Naya berbicara pelan dan hati hati, tidak ingin membuat Ayahnya marah.Anderson menatap Naya sebentar kemudian fokus kembali pada makanan di hadapanya.Begitu juga dengan Ibunya yang acuh, seperti tidak menganggap Naya dan Felix ada disana.Genggaman tangannya menguat, Naya menoleh pada Felix.Seolah mengerti Felix mengangguk pelan."Ayah. Ibu. Hari ini Naya akan ikut tinggal bersama Felix. Felix baru saja mendapat pekerjaan dan juga tempat tinggal untuk kami. Naya harap Ayah memberikan izin."Naya bicara dengan sangat hati hati.Anderson menghentikan makanya begitu juga dengan istrinya. Anderson menatap tajam Felix dam Naya bergantian."Baiklah. Silahkan kamu ikut laki laki miskin yang kamu banggakan ini. Tapi…! Ingat ini baik baik apa yang akan aku katakan. Sekali kamu berani keluar dari rumah ini, haram bagimu menginjakan kaki kembali di rumah ini! Dan satu lagi tinggalkan semua pasilitas mewah yang aku berikan padamu! Aku tidak akan pernah sudi laki laki miskin sampah sepertinya menikmati kekayaanku!"Tanpa terasa Naya menitikan air mata mendengar ucapan Ayahnya.Bukan tidak rela Naya meninggalkan semua kemewahan yang selama ini dinikmatinya, hanya saja Naya merasa sangat sedih pernikahannya belum mendapatkan restu dari kedua orang tuanya.Sungguh. Felix merasa sangat sedih perdebatan ini akibat dirinya.Salahkah. Jika Felix ingin mengajak Naya pergi bersamanya? Egoiskah Felix?Selama ini Naya terbiasa hidup dengan bergelimang harta. Akankah Felix bisa membahagiakan Naya nantinya?Batin Felix bergejolak bimbang.Setelah perdebatan panas,akhirnya Naya memutuskan untuk pergi bersama Felix meninggalkan semua kemewahan yang selama ini dinikmatinya.___Setelah kepergian Naya beberapa waktu lalu. Anderson sudah menyuruh seseorang untuk mencari tahu tempat Felix bekerja."Tuan. Saya sudah mendapatkan informasi yang anda minta." ucap seseorang di balik telpon."Bagus! Sudah tahu apa yang harus kamu lakukan?" "Iya Tuan. Saya mengerti.""Baiklah. Saya tidak ingin kamu gagal kali ini!""Baik Tuan."Anderson menyimpan kembali ponselnya. "Permainan akan segera di mulai." Anderson tersenyum miring.Sesuai informasi yang di berikan, malam ini anak buah Anderson akan bergerak.Pukul sembilan malam Felix berangkat bekerja menggunakan motornya."Sayang. Aku berangkat. Kamu hati hati dirumah."Pamit Felix sebelum meninggalkan rumah.Naya mengangguk patuh." Heem. Tidak bisakah malam ini kamu libur saja."Entah kenapa perasaan Naya malam ini sangat tidak nyaman, hatinya merasa gelisah. Padahal malam malam sebelumnya Naya biasa saja di tinggal bekerja oleh Felix.Tapi tidak malam ini! Naya tidak ingin Felix pergi.Melihat istrinya gelisah Felix kembali turun dari motor menghampiri Naya.Tangannya terulur memegang pipi Naya. "Hey. Ada apa. Hem." Bukannya menjawab Naya malah memeluk erat tubuh Felix."Apa tidak bisa jika malam ini libur saja? Perasaanku tidak enak."Naya kembali mengulang pertanyaannya, bahkan kali ini suaranya terdengar bergetar menahan tangis agar tidak pecah saat itu juga.Felix mengusap pelan kepala Naya lalu menciumnya beberapa kali."Tidak bisa Sayang. Kamu tahu sendiri kan? Aku karyawan baru, jadi. Mana bisa libur dadakan seperti ini, yang ada nanti aku malah di pecat. Percaya sama aku, semua akan baik baik saja." Felix mencoba meyakinkan Naya. Walau bagaimana pun juga Felix tidak akan tega jika harus meninggalkan Naya dalam keadan gelisah seperti ini.Apa yang di katakan Felix memang benar, sekuat apapun Naya menahan Felix untuk tidak pergi pada akhirnya Felix tetap pergi juga. Naya akhirnya mengangguk patuh. "Baiklah. Kamu hati hati." Felix hanya menjawab dengan anggukan kepala, kemudian kembali pada motornya, lalu pergi meninggalkan Naya yang masih terpaku di luar rumah. Setelah motor yang di kendarai Felix sudah tidak terlihat Naya kembali masuk kedalam rumah."Target menuju lokasi." ucap seorang laki laki yang sedari tadi terus mengintai rumah Felix."Baik. Tuan."Setelah sambungan telepon dimatikan, kemudian dia pergi mengikuti Felix.Felix yang tidak curiga sama sekali terhadap sepeda motor di belakangnya, tetap melajukan kuda besinya dengan sedikit menambah kecepatan. Jam masuk kerja sebentar lagi, Felix tidak ingin terlambat.Begitu melewati jalanan sepi, tiba tiba Felix di hadang beberapa motor."Turun!" Teriak salah satu dari mereka, namun justru Felix mengacuhkannya, Felix tidak ingin meladeni mereka."Maaf. Saya sedang buru buru."Setelah berbicara Felix, kembali menyalakan mesin motornya. Akan tetapi salah satu orang itu malah menyerang Felix.Bruk!Felix bersama motornya jatuh terjungkal akibat mendapat serangan dadakan dari salah satu preman.Felix kembali bangun saat melihat satu orang maju mendekat dengan membawa sebuah balok kayu.Brak!Satu pukulan berhasil Felix hindari.Preman yang berjumlah lima orang itu kembali mengelilingi Felix. Dan perkelahian pun tidak dapat di hindari.Sekuat apapun Felix melawan tetap saja kalah, setelah salah satu dari mereka menusukan benda tajam tepat di perut Felix."Akhh!"Felix meringis memegangi perutnya yang terasa sangat sakit, tangannya sudah basah oleh darah.Felix mencoba bangun namun rasa sakit di perutnya membuat pandangannya perlahan menjadi buram.Bruk!Felix terjatuh."Cepat masukan kedalam mobil!""Baik bos."Ke empat preman itu mengangkat tubuh Felix yang sudah tidak berdaya, memasukkannya ke dalam mobil. Kemudian mobil pergi melesat dengan cepat meninggalkan tempat itu.Mobil yang membawa Felix terus melaju kencang menyusuri sepinya jalanan pinggiran kota, jalanan yang hanya di dominasi pohon pohon besar, denga jurang di tepian jalan.Setelah berjalan cukup jauh dari kota, mobil berhenti dijalan yang bertepikan jurang.Dua orang preman itu turun, lalu mengangkat tubuh Felix. Tanpa belas kasihan tubuh Felix yang sedang sekarat di lempar begitu saja kedalam jurang. Malam kian berangsur naik, Naya sama sekali belum bisa tidur. Hatinya sungguh gelisah, beberapa kali menghubungi Felix juga tidak ada jawaban.Padahal biasanya di sela jam istirahat Felix selalu memberinya kabar, tapi tidak malam ini.Hari sudah berganti pagi. Seperti biasa Naya menyiapkan untuk sarapan Felix selepas pulang kerja nanti.Namun hari semakin siang Felix tidak kunjung datang, Naya menunggu dengan hati tidak tenang."Felix. Kamu dimana? Kenapa belum juga pulang?" Berkali kali Naya menghubungi Felix namun malah nomor ponselnya tidak aktif. Hal itu membuat Naya semakin panik."Astaga! Ada apa ini? Tidak biasanya Felix seperti ini."Akhirnya Naya memutuskan untuk mencari Felix ke tempatnya bekerja. Untung saja Felix sempat memberitahu lokasi dan nama pabrik tempatnya bekerja.Naya pergi menggunakan angkutan umum.Tidak butuh waktu lama akhirnya Naya sampai di tempat tujuan. Naya memandang gerbang tinggi di hadapannya. Lalu dengan penuh keyakinan Naya melangkahkan kaki."Permisi!" Naya sedikit berteriak ketika sudah berada di depan gerbang. Terlihat seorang penjaga berlari kearahnya."Ada yang bisa saya bantu Nona?" tanyanya."Saya mencari Felix, apa dia masih ada di dalam?""Felix?"Penjaga itu mengulangi pertanyaan Naya.Naya mengangguk."Em. Felix yang hilang itukah?"Perjaga berbicara sangat pelan namun masih bisa di dengar oleh Naya."Ma_maksud anda apa." Naya berbicara dengan suara bergetar, menahan sesak di dada."Mari. Nona ikut dulu dengan saya."“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”