Share

Teror Ghaib 3

Emma menarik tubuhnya ke belakang, menciptakan jarak antara tubuhnya dan Tony. Dia mendengar suara Dakota dan tidak ingin gadis itu berpikiran buruk. Tony juga melakukan hal yang sama.

"Sori, aku gangggu kah?" tanya Dakota.

Emma menggelengkan kepalanya. “Enggak kok,” katanya.

"Aku cuma mau ngasih tau kalo makanannya udah siap," kata Dakota, "kalau Emma udah baikan, kalian boleh makan bareng kita bertiga di luar. Tapi kalau Emma masih pengen istirahat, aku bisa bawain makanan buat kalian ke sini."

“Nggak usah,” kata Emma, ​​“aku udah baik-baik aja kok. Ayo keluar, Tony.”

Tony mengangguk. Dia kemudian berdiri dan berjalan menyusul Emma yang sudah berjalan di depannya.

Di luar tenda suasana sangat meriah. Hampir semua siswa sedang makan malam. Terdengar suara yang merdu di depan tenda. Suara itu berasal dari sekelompok siswa yang sedang bermain musik dan bernyanyi. Salah satu siswa laki-laki di antara kerumunan itu bermain gitar. Beberapa orang lainnya bernyanyi bersama.

Emma duduk di antara Tony dan Dakota. "Terima kasih," ucapnya sambil menerima mangkuk berisi mie instan dan segelas minuman dari Dakota. Lalu dia makan dengan lahap.

Sambil terus menyantap mie instan di mangkuknya, pandangan Emma tertuju pada sekelompok musisi dadakan di depan tenda di seberang api unggun. Sepertinya mereka sangat menikmati suasana tersebut. Tiba-tiba, Emma terdorong untuk bergabung dengan mereka. Setelah menghabiskan makanannya dan minum setengah gelas air, dia berdiri.

"Mau ke mana?" tanya Tony.

"Aku pengen nyanyi sama mereka," jawab Emma. Dia menunjuk sekelompok siswa yang bernyanyi dan bermain musik.

“Sejak kapan kamu pinter nyanyi?” tanya Dakota.

"Nggak pinter nyanyi juga sih," jawab Emma. Dia terkekeh, “cuma bisa. Tapi orang tuaku bilang suaraku bagus, jadi aku cukup pede."

Emma kemudian berjalan menghampiri sekelompok siswa yang sedang bernyanyi dan bermain musik. Setelah langkah kakinya berhenti, dia duduk bersila di dekat mereka.

“Permisi, aku pengen ikut nyanyi deh. Mau ngiringin gitar buat aku nggak?" bisik Emma di telinga siswa laki-laki yang sedang memainkan gitar itu. Dia tidak ingin mengganggu yang lain.

Siswa yang bermain gitar itu mengangguk. Pria berambut panjang itu lalu mengangkat ibu jarinya.

“Terima kasih,” kata Emma, ​​“Aku tunggu kalian selesai nyanyiin satu lagu, ya!”

Setelah orang-orang di sampingnya menyelesaikan satu lagu, Emma kemudian mulai bernyanyi dengan diiringi gitar. Gadis itu bernyanyi dengan penuh percaya diri. Dia menghayati setiap lirik yang dia nyanyikan.

Tanpa Emma sadari, seluruh siswa yang ada di area perkemahan memperhatikan Emma dengan tatapan aneh. Mereka tidak kagum dengan penampilan Emma. Mereka melakukan itu karena ada yang aneh dengan suara Emma. Selama beberapa detik, suara Emma terdengar seperti suara Emma biasanya. Namun, beberapa detik kemudian, suara Emma terdengar seperti bukan suara gadis itu biasanya. Seperti suara melengking seorang wanita.

Di penghujung penampilan menyanyinya, Emma tertawa puas karena semua orang di perkemahan tampak kagum dengan penampilannya. Tawa itu pun terdengar aneh di telinga orang-orang.

"Kenapa?" tanya Emma ketika dia kembali duduk di sebelah Dakota. "Kamu pasti terkagum-kagum sama suaraku. Aku udah bilang kan kalau suaraku bagus?"

Bukannya menjawab, Dakota malah menatap Tony. Keduanya kemudian saling menatap seolah-olah baru saja melihat kejadian aneh.

"Heh, kalian kenapa sih?" tanya Ema.

Tony dan Dakota tidak menjawab. Keduanya masih saling memandang dengan aneh.

"Ah, aku bingung deh lihat kalian berdua," kata Emma, ​​"Mending aku tidur duluan."

Emma lalu masuk ke dalam tenda. Dalam beberapa menit, dia langsung memejamkan mata karena sudah sangat mengantuk.

Namun, Emma tidak bisa tidur nyenyak. Dalam tidurnya, dia bermimpi sedang berjalan di tengah hutan. Dari kejauhan, dia melihat seorang anak laki-laki sedang bermain. Tak jauh dari anak itu, ada seorang gadis yang terlihat lebih tua. Gadis berambut panjang itu menunggu anak laki-laki bermain. Mereka berdua membelakangi Emma.

Penasaran, Emma berjalan mendekati kedua orang itu. Dia diam-diam terus memperhatikan mereka.

“Aku suka batunya, Kak,” kata anak kecil itu.

“Aku seneng dengernya,” kata gadis itu, “kamu tau aku nggak akan pernah ngecewain kamu, kan? Begitu aku bilang aku akan bikin kamu bahagia, maka aku bakalan terus memastikan kamu bahagia."

“Batunya indah banget,” kata anak laki-laki itu. Dari belakang, Emma melihat anak itu menunduk dan melihat sesuatu di tangannya.

Emma terus berjalan mendekati mereka berdua dengan langkah lebih cepat. Dia ingin mengenal mereka. Emma mengira mereka akan senang jika mempunyai teman baru di hutan yang sepi itu.

“Permisi,” kata Emma ketika jaraknya hanya beberapa meter dari kedua orang itu, “boleh nggak aku ikut main?” katanya. Dia berharap salah satu atau bahkan kedua orang itu akan berbalik dan mau berbicara dengannya.

Di saat yang sama, angin bertiup sangat kencang. Emma tidak peduli jika cuaca semakin buruk. Dia menunggu gadis yang sudah menyerongkan kepalanya. Sepertinya dia akan menoleh ke belakang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status