Share

Terpaksa Akad
Terpaksa Akad
Penulis: Fida Yaumil Fitri

Bab. 1 Pertemuan

“Apa? Mempelai perempuannya menghilang?” terdengar selentingan di indraku.

Semua tampak panik dan saling sibuk mencari mempelai yang hendak akad sejam lagi.

“Bagaimana bisa terjadi? Bukankah kalian sudah memutuskan anak kalian menikah dengan tuanku?” tampak suara seram dari balik ruang yang tertutup korden, sesaat kemudian seorang lelaki berbadan tinggi itu keluar dengan raut muka muram.

“Bagaimana ini, Bu! Anak kita memang keterlaluan, ia bikin keluarga kita malu,” terdengar suara pelan di dalam kamar, sedangkan aku tetap menikmati nasi rawon yang disajikan di pesta ini.

Hari ini acara pernikahan sepupuku, ia akan menikah dengan lelaki kota kaya yang memiliki beberapa investasi sawah di daerahku. Begitulah yang aku dengar. Pak de dan Bu de ku kerap kali menyombongkan pernikahan ini, bakal memiliki mantu kaya.

“Rombongan pengantin prianya sudah datang,” teriak salah satu warga yang kini menuju kamar melewatiku. Pak De dan Bu De tampak keluar dari kamar dengan muka panik, bahkan terdengar Isak tangis dari bibir wanita itu, sedangkan aku tersenyum simpul menatap kejadian pagi ini.

Ya, mungkin kalian akan menganggap aku wanita jahat. Bahagia di atas penderitaan orang lain. Namun realitanya tidaklah seperti itu, mereka lah yang begitu kejam kepadaku, kepada anak yatim piatu yang dilahirkan 20 tahun yang lalu.

“Kamu itu malah makan terus, Zi. Mbok Yo prihatin dikit lihat budemu,” ucap Simbok Nawa yang mendekatiku. Salah satu asisten rumah tangga di rumah ini. 

“Mumpung, Mbok. Kapan lagi aku bisa makan enak. Biasanyakan makan nasi sisa kemarin,” ucapku dengan meringis menampakkan jejeran gigi putihku.

“Kamu itu! Kalau Mbok boleh tahu, apa kamu tahu di mana Mesa berada?”

Aku menggeleng, sambil mengunyah nasi berkuah santan lezat ini. Selama ini Mesa sepupuku memang dekat denganku. Meskipun kedua orang tuanya memperlakukanku tanpa berperikemanusiaan, anaknya begitu berbeda. Ia lembut. Parasnya pun cantik. Bisa dibilang ialah primadona di desa ini. Beberapa kali lamaran terhadap Mesa datang, namun selalu di tolak orang tuanya, karena menurut mereka, kekayaan para lelaki itu tak sepadan. Ya, memang benar keluarga Mesa adalah keluarga terpandang dan keluarga paling kaya raya di daerah sini. 

“Zi, kamu dipanggil budemu,” teriak salah satu warga yang menghampiri.

“Iya, bentar. Aku habiskan nasi rawonku. Tanggung “ 

“Zi ke sana dulu gih, nanti Bude mu murka,” ucap Simbok sambil mengambil piring yang aku pegang.

“Bentar, Mbok,” ucapku sambil menyuapkan sesendok penuh nasi rawon.

Aku berjalan melewati bagian rumah yang padat didatangi tetangga ini. Memang sudah kebiasaan jika salah satu warga memiliki hajat, warga lain akan berbondong datang untuk rewang, istilah jawanya. Apalagi pakde ku orang kaya, sudah pasti akan banyak yang berkumpul.

Aku masuk dalam kamar Mesa yang sudah tampak penuh diisi keluarga inti dari PakDe. Beberapa kebaya yang menggantung, meja rias yang penuh dengan peralatan make up. Serta beberapa pernak-pernik pernikahan menjadi pemandangan di kamar ini.

“Ada apa, Pak De?” tanyaku santun sambil menatap lelaki paruh baya itu.

“Kamu duduk situ, kamu harus menggantikan posisi Mesa," ucap Pak De sambil menunjuk ke arah bangku kosong di depan cermin besar, tempat di mana Mesa seharusnya di rias.

“Apa? Aku?” 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
ohoho.. si Zi mw di jadiin mempelai pengganti nih..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status