LOGINBeberapa saat setelah Farel dan Dewi meminta restu.
Sandra menuntun nek Ningsih ke dalam kamarnya. Dia mendudukkan nek Ningsih pada kasur, tempat yang biasa digunakan untuk tidur. Ketika dia ingin menaikkan kaki nek Ningsih agar bisa segera tidur, tapi nek Ningsih menolaknya. "Ada apa Nek?" tanya Sandra heran. "Nenek tidak capek. Nenek tidak mau tidur dulu," jawab nek Ningsih. "Bukannya tadi Nenek katanya mau tidur?" "Itu hanya alasan Nenek saja. Nenek tidak mau lama-lama di sana." "Oh begitu," kata Sandra sedikit menghindar tatapan nek Ningsih. Sandra masih kecewa dengan keputusan nek Ningsih yang merestui hubungan Farel dan Dewi barusan. Besok Farel, suaminya akan menikah lagi. Dia akan dimadu oleh orang yang sering menyakitinya. "Kamu kenapa Sandra? Apa kamu marah sama Nenek?" tanya nek Ningsih khawatir. Nek Ningsih telah menganggap jika Sandra adalah bagian dari keluarganya. Tidak ada bedanya dia dan Farel. Mereka berdua sama-sama cucunya. "Maaf jika Sandra egois. Sandra tidak bisa …," kata Sandra berkaca-kaca ingin menangis. Dia tidak bisa meneruskan kata-katanya. Ada perasaan sesak di dada. "Sudah jangan sedih. Nenek tahu, pasti kamu tidak rela jika Farel menikah dengan Dewi. Nenek juga tidak akan merestui mereka," ujar nek Ningsih. "Kalau Nenek tidak merestui mereka, kenapa Nenek setuju?" tanya Sandra tidak mengerti dengan jalan pikiran nek Ningsih. "Sandra, Nenek sudah tahu bagaimana sifat Farel. Dia tidak akan mau mendengarkan Nenek sekarang. Nenek sekali melihat Dewi langsung tahu bagaimana dengan kepribadian dia. Dia hanya menginginkan harta milik Farel. Oleh karena itu, Nenek sengaja membuat syarat kalau Farel mau menikah dengan Dewi maka semua harta dialihkan kepada kamu. Nenek tidak mau Dewi mengambil semua harta milik Farel," terang nek Ningsih. "Apa Nenek tidak takut kalau Sandra akan membawa kabur semua harta itu?" tanya Sandra masih tidak percaya dengan pilihan nek Ningsih. Nek Ningsih tersenyum lembut. Dia sangat percaya kepada Sandra, bahkan lebih percaya daripada Farel cucu kandungnya. Cucunya sangat baik, saking baiknya dia sering dibodohi oleh teman-temannya. Rencananya, bulan depan Farel akan resmi diumumkan sebagai bos baru perusahaan. Jika Farel masih ada hubungan dengan Dewi, maka Sandra yang akan menjadi pemimpin dibantu dengan orang kepercayaan dia. Dia tidak akan memberikan kesempatan buat Dewi untuk menikmati harta milik keluarga mereka. "Nenek percaya sepenuhnya sama kamu, Sandra." "Terus bagaimana dengan Farel nanti?" "Kamu dengarkan Nenek, jika terjadi sesuatu sama Nenek, maka …." "Nenek jangan berkata seperti itu," potong Sandra tidak suka. "Dengarkan Nenek dulu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepan. Jika nanti Nenek tidak ada di sini, tolong jaga Farel. Jika dia bercerai sama kamu, maka ancam dia dengan harta itu. Kalau tidak mau dengar terserah kamu mau apa dengan harta itu, tapi jangan berikan ke Dewi satu sen pun. Nenek tahu, kamu bisa menggunakan semua harta itu dengan baik. Kalau Farel tetap bersama dengan kamu dan berpisah dengan Dewi, maka kamu bisa mengembalikan sebagian harta untuk dia. Sebagian lagi untuk kamu. Hanya kamu yang Nenek akui sebagai cucu menantu di rumah ini," terang nek Ningsih. "Ini terlalu berat buat Sandra, Nek," tolak Sandra. "Nenek melakukan ini juga untuk kamu." "Maksudnya Nenek?" "Kalau Nenek menolak merestui hubungan Dewi sama Farel, Farel akan membeci kamu. Nenek tidak mau itu terjadi. Farel Harus melihat sendiri bagaimana sifat Dewi yang sesungguhnya." "Tapi Nek, Dewi itu orang yang pernah membully aku," kata Sandra. Nek Ningsih kembali mengingat cerita Sandra. Sandra banyak menceritakan masa lalu kepada nek Ningsih. Nek Ningsih yang meminta sendiri. Dia ingin mengenal Sandra lebih dalam. Dia tidak menyangka jika Dewi akan datang dalam kehidupan Sandra sekali lagi. "Bukankah itu bagus-bagus," ujar nek Ningsih. "Maksud Nek Ningsih?" tanya Sandra tidak mengerti. "Kamu bisa menggunakan kesempatan ini untuk membalas perbuatan Dewi," usul nek Ningsih bersemangat. "Membalas Sandra?" "Kamu bisa menggunakan kesempatan ini untuk membalas perbuatan Dewi. Sekarang dia tidak bisa semena-mena sama kamu. Kamu akan menjadi pemilik rumah ini. Kamu lah yang berkuasa selain perintah dari Nenek. Dia tidak bisa seenaknya saja sama kamu. Dia hanya akan menjadi istri dari seorang pegawai kantoran biasa selama dia menjadi istri Farel. Nanti lama-lama dia akan bosan dan minta bercerai dengan Farel saat dia tidak mendapatkan apapun. Saat itu, kamu harus terus berada di samping Farel. Dia akan luluh dengan kebaikan kamu suatu saat. Percaya deh sama Nenek," usul nek Ningsih. "Kalau Dewi lebih galak bagaimana Nek. Matanya sangat tajam. Seperti ini ni," terang Sandra menarik mata ingin menyerupai mata Dewi. "Hahaha …. Kamu sangat lucu, Nak. Kamu tinggal lebih galak daripada Dewi. Pokoknya kamu jangan mau kalah. Tunjukin sama Dewi kalau kamu istri yang lebih baik daripadanya di depan Farel. Kamu jangan seperti istri di tivi-tivi yang suka ditindas," kata nek Ningsih memberikan semangat. "Nenek, Sandra sangat berterima kasih. Sandra janji akan berusaha membuat Farel lebih sayang sama Sandra daripada sama Dewi. Sandra akan menjadi istri yang lebih baik. Sandra tidak akan kalah dari Dewi mulai sekarang," ujar Sandra memeluk nek Ningsih. "Nah, gitu dong. Ini baru cucu Nenek," puji nek Ningsih. Nek Ningsih mengelus punggung kecil Sandra. Sekarang dia lebih tenang meninggalkan Farel sama Sandra. Cucunya sudah ada yang menjaga. Jika dia pergi, dia akan lebih tenang. Bersambung …."Sandra, sini dong," panggil mereka lagi.Sandra mendekat ke arah mereka berempat. Dia meletakan tas belanjaan di dekat kakinya. "Ayo duduk sini," suruh Tika.Sekarang posisi duduk Sandra berhadapan dengan Dewi. Sedangkan Tika berhadapan dengan Evi dan Anita. Dewi menatap Sandra dengan harap-harap cemas. Dia takut kalau Sandra akan menyinggung status mereka. Dewi tidak mau jika teman-teman tahu jika dia hanya istri kedua. Apalagi Sandra yang menjadi istri pertama. Martabat dia bisa jatuh."Terima kasih," ucapan Sandra setelah duduk dengan nyaman."Kamu ngapain di sini, Sandra? Apa hanya melihat-lihat saja?" tanya Tika memulai membully Sandra."Itu barang kamu banyak amat. Jangan bilang kamu habis dijajanin sama om-om lagi. Upss … maaf Sandra, aku keceplosan ya," hina Evi."Oh ini, ini barang punya nenek yang aku jaga kok," jawab Sandra tidak sepenuhnya berbohong. "Aduh, kasihan sekali kamu. Kamu hanya belanja untuk nenek yang kamu asuh ya. Apa kamu jadi pembantu?" sahut Anita sambi
"Kamu udah berani sama aku, heh.""Kenapa aku takut sama kamu. Sekarang aku istri pertama dan kamu istri kedua," sahut Sandra menantang Dewi. "Kamu jadi istri pertama saja bangga. Kamu harus ingat, perempuan yang dicintai Farel itu adalah aku bukan kamu. Farel nikah sama kamu gara-gara dia ingin membuat aku panas saja. Kamu jangan sombong deh," sindir Dewi.Sandra meremas kedua tangannya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Dewi. Tapi dia tidak boleh kalah dari Dewi seperti saat sekolah. Sekarang dia ada yang berkuasa di rumah ini."Ada apa sih, teriak-teriak tidak jelas. Kek di dalam hutan saja," kata bi Ijah mendekat ke arah mereka berdua."Kamu ke sini," panggil Dewi kasar."Eeiiit … kamu siapa berani bersikap kasar," sahut bi Ijah tidak terima."Kamu berani melawan aku, hah!" bentak Dewi."Memangnya kamu siapa di sini. Tuan rumah juga bukan," ujar bi Ijah tidak takut. "Aku ini istri Farel. Jadi otomatis aku juga pemilik rumah ini.""Ini aku yang pikun atau kamu yang sudah pikun
Sandra sebelum ke ruang makan pergi ke dapur dulu. Dia akan mengambil makanan yang telah dia siapkan untuk Farel. Tangannya meletakkan sarapan pagi berupa nasi goreng dengan telaten. Setelah semua selesai ditata rapi di atas meja, Sandra duduk di sebelah kanan Farel. Sedangkan di sebelah kiri duduk Dewi. "Lho, kok hanya ada dua piring. Buat aku mana, Sandra?" tanya Dewi tidak kebagian piring."Kamu kan masih sehat. Kamu bisa ambil piring sendiri di dapur," sahut Sandra.Sandra meneruskan kegiatannya. Dia menaruh nasi goreng dan lauk pauk ke dalam piring Farel."Kenapa kamu tidak sekalian ambil piring buat aku," protes Dewi."Dewi, aku ini bukan pembantu kamu. Kamu ini istri kedua Farel. Seharusnya kamu lebih menghormati aku sebagai istri pertama Farel. Sudah untung aku mau masak lebih buat kamu. Kamu itu harus bersyukur. Kamu sebagai seorang istri hanya tahu mengurus diri. Kamu juga masak buat suami kamu dong," tegur Sandra."Benar apa yang dibilang Sandra, Dewi. Kamu seharusnya juga
Beberapa hari setelah Dewi dan Farel sudah resmi menjadi suami istri. Nek Ningsih benar-benar pergi meninggalkan Sandra sendiri dengan sangat cepat. Dia pergi sesuai perkataannya. Sekarang Farel juga masih bekerja sebagai pegawai kantoran biasa. Dia hanya menerima gaji layaknya pegawai rendahan. Semua kartu kredit dia sudah ditarik kembali oleh nek Ningsih. Farel menyerahkan semua itu mau tidak mau. Semua dipegang oleh Sandra.Lain Farel lain Dewi, Dewi sama sekali tidak rela. Dia akan tetap bertahan karena yakin jika semua itu hanya akalan nenek Farel saja. Farel dan Dewi tetap tinggal satu rumah dengan Sandra. Dewi tidak mau tinggal di kontrakan. Dia percaya kalau harta Farel tidak mungkin diserahkan semuanya untuk Sandra. Apalagi dia sudah mendapatkan info, sebulan lagi Farel akan dilantik menjadi bos baru di perusahaan. Dengan begitu, Dewi akan bisa menguras harta Farel. Dia harus bertahan selama sebulan saja. Setelah itu dia bisa menyingkirkan Sandra.***Saat ini Sandra sedang
Beberapa saat setelah Farel dan Dewi meminta restu.Sandra menuntun nek Ningsih ke dalam kamarnya. Dia mendudukkan nek Ningsih pada kasur, tempat yang biasa digunakan untuk tidur. Ketika dia ingin menaikkan kaki nek Ningsih agar bisa segera tidur, tapi nek Ningsih menolaknya."Ada apa Nek?" tanya Sandra heran."Nenek tidak capek. Nenek tidak mau tidur dulu," jawab nek Ningsih."Bukannya tadi Nenek katanya mau tidur?" "Itu hanya alasan Nenek saja. Nenek tidak mau lama-lama di sana." "Oh begitu," kata Sandra sedikit menghindar tatapan nek Ningsih.Sandra masih kecewa dengan keputusan nek Ningsih yang merestui hubungan Farel dan Dewi barusan. Besok Farel, suaminya akan menikah lagi. Dia akan dimadu oleh orang yang sering menyakitinya."Kamu kenapa Sandra? Apa kamu marah sama Nenek?" tanya nek Ningsih khawatir.Nek Ningsih telah menganggap jika Sandra adalah bagian dari keluarganya. Tidak ada bedanya dia dan Farel. Mereka berdua sama-sama cucunya."Maaf jika Sandra egois. Sandra tidak b
Aku beralih menatap Dewi dan Farel. Farel terlihat senang. Sepertinya kehilangan harta bagi dia tidak masalah asal bisa menikah dengan Dewi. Tipe bucin tingkat akut yang tidak ada obatnya. Aku heran bagaimana kehidupan Farel saat sekolah. Aku yakin jika dia sering dimanfaatkan orang.Kemudian aku beralih ke arah Dewi. Wajah yang ditunjukkan oleh Dewi seakan matanya mau keluar. Aku yakin kalau Dewi tidak akan setuju. Mana mau orang matre menikah dengan orang yang tidak memiliki harta lagi.Tapi dibanding itu semua, aku tidak tahu kenapa nek Ningsih memilih syarat seperti itu. Syarat itu bisa merugikan mereka jika aku jadi penghianat dan membawa kabur semua harta itu."Kalian setuju?" "Iya, aku setuju," sahut Farel."....""Kamu setuju kan sayang. Tadi kamu bilang kamu akan mencintai aku apa adanya. Kamu mencintai aku bukan karena harta kan? Jadi kamu tidak apa-apa kalau aku akan kehilangan semuanya," tanya Farel beralih ke Dewi.Dewi hanya diam. Dia belum menjawab apapun. Mana mungkin







