Beranda / Romansa / Terpaksa Menikah dengan Bos Mafia Billionaire / Bab 3 – Wanita yang Tak Diinginkan

Share

Bab 3 – Wanita yang Tak Diinginkan

Penulis: skusumahendang
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 14:00:50

Perjalanan terasa seperti seribu detik ketegangan.

Dan ketika pintu restoran pribadi terbuka, aku melihatnya.

Grayson.

Ia mengenakan jas gelap yang dipadukan dengan kemeja abu tua. Dingin, berwibawa, dan… tidak tersentuh.

Matanya menatapku, kali ini agak lama. Seolah menilai.

Lalu, ia berkata pelan, "Kau terlihat... bisa diterima."

Itu saja.

Tidak ada pujian. Tidak ada ‘kau cantik malam ini’.

Hanya penilaian, seperti mengevaluasi properti.

Aku menelan ludah dan mengikuti langkahnya. Kami masuk ke ruang makan pribadi yang mewah, di mana seorang wanita paruh baya sudah duduk dengan elegan.

Matanya tajam. Dagunya terangkat tinggi.

Dan aku langsung tahu—dia adalah ibunya Grayson.

Wanita itu tersenyum tipis. “Jadi, ini dia istrimu?”

“Eleanor Juliet Hayes,” jawab Grayson datar.

“Nama yang panjang untuk seorang gadis dengan latar belakang sederhana,” gumam wanita itu, setengah sinis.

Aku tersenyum sopan. “Senang bertemu dengan Anda, Madam.”

Dia memandangi wajahku lama, lalu bibirnya melengkung lebih lebar. Tapi senyumnya tak menyentuh matanya.

“Bertahanlah” katanya pelan. “Menjadi istri Grayson... bukan perkara mudah.”

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, aku tahu: hidupku akan jauh lebih sulit dari yang kubayangkan.

Sudah tiga hari sejak makan malam itu.

Tiga hari aku tinggal di villa mewah yang dingin dan sunyi. Grayson belum datang lagi. Tak ada kabar, tak ada pesan. Bahkan tidak satu pun orang di rumah ini yang bisa memberitahuku ke mana dia pergi.

Satu-satunya suara yang terdengar hanya derit langkah pelayan yang berjalan cepat, lalu menghilang tanpa suara begitu melihatku.

Aku benar-benar seperti hantu di rumah ini.

Awalnya aku mencoba bersikap tenang. Berpikir bahwa aku hanya perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Tapi hari demi hari, kesunyian berubah menjadi tekanan. Membelenggu. Menghimpit jiwaku perlahan.

Aku mulai tidur larut malam. Duduk di pinggir ranjang, menatap kosong ke jendela. Menunggu sesuatu. Apa pun.

Namun yang datang hanya dingin dan sepi.

Di dapur, seorang pelayan muda memberiku sarapan tanpa berkata sepatah kata pun. Aku mencoba mengajaknya bicara, tapi dia hanya tersenyum kaku lalu pergi. Seolah mereka semua diberi perintah untuk tidak mendekatiku.

Aku tidak tahu apakah ini bagian dari permainan Grayson, atau memang begini dunia barunya—duniaku sekarang.

Sejak malam pernikahan itu, kami belum bicara lebih dari tiga kalimat.

Dan malam itu masih membekas jelas di ingatanku. Cara dia menatapku tanpa gairah. Wajahnya yang tak tergoyahkan. Nada suaranya saat berkata bahwa aku tak perlu berharap apa-apa darinya.

"Ini hanya kontrak. Jangan berpikir yang tidak-tidak."

Kata-kata itu seperti jeruji besi yang terus bergaung di kepalaku.

Sore ini, aku duduk di balkon kamar. Matahari hampir tenggelam, langit berwarna jingga kemerahan. Indah, tapi sama sekali tak menyentuh hatiku.

Aku memeluk lututku, mengenakan sweater besar pemberian pelayan karena angin mulai dingin. Tanganku gemetar ringan. Bukan karena cuaca. Tapi karena hampa yang perlahan menggerogoti.

Aku mulai merasa tidak ada artinya.

Aku tidak dibutuhkan di sini.

Tidak diinginkan.

Dan bagian paling menyakitkan adalah… aku merasa kehilangan diriku sendiri. Eleanor yang dulu ceria, keras kepala, dan selalu tahu apa yang dia inginkan—telah lenyap entah ke mana.

Kini aku hanya gadis muda yang dijual oleh ayah tirinya, lalu dibuang di rumah lelaki yang bahkan tak sudi menyapaku.

Malam itu, aku menatap cermin cukup lama.

Wajahku masih sama. Tapi ada sesuatu di mataku yang berbeda. Redup. Terluka.

Aku meletakkan tangan di atas dada. Rasanya sesak.

Aku ingin menangis.

Tapi air mata seperti sudah habis. Aku hanya bisa duduk diam, merasakan kekosongan yang menggerogoti sedikit demi sedikit.

Keesokan harinya, Grayson pulang.

Suara langkahnya terdengar jelas di koridor saat pelayan buru-buru membuka pintu depan. Aku melihat dari balik celah tirai kamar. Dia masuk dengan jas hitam yang masih rapi, tak tampak lelah meski malam telah larut.

Begitu melihatku berdiri di tangga, dia hanya melirik sekilas, lalu melanjutkan langkahnya ke ruang kerjanya.

Tak ada sapaan.

Tak ada pertanyaan apakah aku baik-baik saja.

Aku berdiri terpaku, merasa seperti bayangan. Tak terlihat. Tak penting.

Beberapa menit kemudian, suara dentingan gelas terdengar dari ruang makan. Rasa ingin tahu mendorongku turun, dan aku melihat Grayson duduk sendiri di meja panjang, makan dalam diam.

Aku memberanikan diri mendekat. Hanya untuk mencoba menjadi istri yang sopan.

"Selamat malam," ucapku lirih.

Grayson tidak mengangkat wajahnya. “Ada yang kau butuhkan?”

Suara dinginnya menamparku lebih keras dari bentakan mana pun.

Aku menggeleng pelan. “Tidak.”

“Kalau begitu, jangan ganggu aku saat makan.”

Aku membeku. Nafasku tercekat. Di dadaku, sesuatu meletup—sesuatu yang sudah lama aku tekan.

Rasa marah.

Rasa kecewa.

Rasa ingin bertanya, “Apa aku sebegitu menjijikkannya bagimu?”

Tapi aku tak sanggup. Kata-kata itu terlalu menyakitkan untuk diucapkan.

Aku mundur pelan, berbalik, dan kembali ke kamar tanpa suara.

Di dalam kamar, aku duduk di lantai.

Untuk pertama kalinya, aku menangis. Bukan karena dijual. Bukan karena menikah paksa.

Tapi karena rasa tak berharga yang perlahan membunuhku dari dalam.

Aku pikir aku cukup kuat.

Aku pikir, setelah semua yang kulalui bersama ayah tiri dan kakak tiriku, aku bisa bertahan di tempat mana pun, bersama siapa pun.

Ternyata aku salah.

Di rumah ini, aku tidak dipukul, tidak dibentak, tidak dikurung. Tapi rasa sepi yang mencekik membuatku merasa seperti dihukum tanpa ampun. Aku tidak tahu apakah lebih baik disakiti secara fisik, atau diabaikan seperti ini.

Karena yang kurasakan sekarang… adalah kehancuran yang perlahan. Tidak terlihat, tapi nyata.

Aku mencoba menyibukkan diri. Membaca buku-buku dari rak besar di ruang tamu, menulis di buku harian yang kubawa dari rumah lama—meski isinya lebih banyak coretan kosong dan kalimat tanpa makna. Aku bahkan mulai berjalan keliling taman setiap pagi, hanya untuk memastikan aku masih bisa menghirup udara luar.

Namun semua itu tetap tak bisa menutupi kehampaan yang semakin menggerogoti dari dalam.

Pagi ini, aku duduk di bangku taman. Matahari baru muncul, tapi tubuhku menggigil.

Ada pelayan laki-laki yang lewat membawa peralatan taman. Dia melirikku sekilas, lalu menunduk dan pergi. Sama seperti yang lain. Mereka semua menghindar. Aku tahu mereka pasti diperintahkan untuk tidak terlalu dekat denganku.

Karena aku bukan siapa-siapa.

Bahkan mungkin, aku lebih buruk dari itu. Aku hanya “barang” yang dibeli oleh tuan mereka. Istri palsu yang tak pernah diinginkan.

Kepalaku menunduk.

Jika aku mati pun, apakah akan ada yang peduli?

Aku menggeleng pelan, berusaha mengusir pikiran gelap itu.

Aku tidak boleh seperti ini. Aku harus bertahan. Untuk diriku sendiri. Karena satu-satunya yang kupunya sekarang hanyalah diriku sendiri.

Malam harinya, aku terbangun karena mimpi buruk. Keringat dingin membasahi punggungku. Nafasku memburu, dan aku menangis dalam diam.

Aku memimpikan masa kecilku. Saat ibuku masih hidup. Saat aku merasa dicintai.

Dalam mimpi itu, ibuku memelukku erat. Hangat. Lalu tiba-tiba semuanya hancur—aku terjatuh ke dalam jurang hitam yang dalam dan tak berujung. Dan tak ada siapa pun yang mencariku.

Saat aku bangun, aku sadar… mimpi itu bukan sekadar mimpi.

Itu adalah kenyataan yang perlahan menjadi bagian dari hidupku di rumah ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah dengan Bos Mafia Billionaire   Bab 11 – Dalam Rumah Ini, Aku Diawasi

    Pagi datang tanpa permisi. Cahaya matahari menembus tirai kamar dan menyentuh wajahku, tapi rasa letih di tubuhku belum ikut pergi. Aku belum benar-benar tidur tadi malam. Setelah ketukan misterius itu, aku hanya terbaring, terjaga dalam gelap, menunggu suara lain… yang tak pernah datang.Kepalaku berat. Tapi bukan karena kelelahan fisik, melainkan karena satu hal: aku tidak tahu siapa yang sedang mempermainkanku.Pesan misterius. Pisau berukir namaku. Dan sekarang, ketukan di pintu kamar. Semua itu seperti potongan teka-teki yang belum bisa kususun.Apakah aku hanya paranoid?Atau benar-benar ada mata yang terus mengikuti ke mana aku melangkah?Di lapangan belakang, Damien sudah menungguku. Hari ini, aku datang lebih lambat dari biasanya. Kaki kiriku sedikit keseleo, tapi aku tetap datang.“Kenapa terlambat?” tanyanya tanpa basa-basi.Aku menarik napas. “Kaki kiri bermasalah.”Dia hanya menganggu

  • Terpaksa Menikah dengan Bos Mafia Billionaire   Bab 10 – Tatapan yang Tak Terlihat

    Damien meninggalkan kamarku tak lama kemudian, dan saat pintu tertutup, aku merasa seluruh tubuhku diselimuti tekanan yang tak bisa dijelaskan. Ini bukan hanya tentang pelatihan atau pernikahan yang dipaksakan.Ini tentang bertahan di tengah dunia yang bisa membunuh dalam senyap.Dan aku harus belajar membaca siapa yang menggenggam pisau di balik senyuman.Di ruang bawah tanah vila, Grayson duduk sendirian dengan rokok menyala di jarinya. Di hadapannya, laptop menampilkan rekaman kamera keamanan yang baru saja dia unduh.Wajah Eleanor muncul di layar. Lelah. Tapi tatapan matanya mulai berbeda. Bukan lagi ketakutan—melainkan waspada.Damien juga muncul. Terlalu dekat. Terlalu sering menatapnya.Grayson menghembuskan asap rokok, lalu menyandarkan tubuh ke kursi. Dia tidak suka perasaan ini. Tidak suka ketika seseorang berada terlalu dekat dengan miliknya—meski ia tak pernah menyentuh, bahkan nyaris tak berbicara dengan wanita itu.Dia menatap layar lama. Matanya menyipit saat melihat El

  • Terpaksa Menikah dengan Bos Mafia Billionaire   Bab 9 – Luka di Balik Latihan

    Matahari belum sepenuhnya terbit saat aku tiba di lapangan belakang. Rumput masih basah oleh embun, udara dingin menggigit kulitku, tapi langkahku tak ragu.Tubuhku masih pegal sejak latihan kemarin—pundak kaku, lengan penuh memar, dan perut seperti tertinju berkali-kali. Tapi aku datang lebih awal. Bukan karena aku rajin, melainkan karena satu hal sederhana: aku ingin hidup.Damien Wolfe sudah berdiri di bawah pohon, melatih napas dengan gerakan ringan. Wajahnya seperti kemarin—dingin, tajam, dan sulit ditebak. Tapi tidak mengintimidasi. Tidak seperti Grayson."Kau datang lebih cepat dari jadwal," katanya, tak menoleh."Aku butuh lebih banyak waktu untuk bisa menyamamu," jawabku, mencoba terdengar percaya diri.Damien berbalik, mengangguk kecil. “Bagus. Hari ini kita mulai belajar mengatasi rasa takutmu. Karena rasa takut itulah yang akan membunuhmu lebih cepat daripada peluru.”Aku mengepalkan tangan. “Aku tidak takut.”“Semua orang takut. Tapi orang pintar tahu cara menyembunyikann

  • Terpaksa Menikah dengan Bos Mafia Billionaire   Bab 8 — Jejak Gelap

    "Jadi begitu… Melissa mulai menunjukkan taringnya." Dia berjalan ke meja, menuang bourbon ke dalam gelas kristal, lalu meneguknya sekali teguk."Rafael Vega adalah seorang eksekutor berdarah dingin. Dulu dia anak didikku. Sekarang… dia musuhku."Aku menegakkan tubuh. "Dan Melissa? Kenapa dia terlibat?"Grayson menatapku dari balik gelasnya. "Karena dia serakah. Karena dia ingin menggantikanmu."Perutku terasa mual. Aku tahu Melissa membenciku, tapi aku tak menyangka dia akan sejauh ini."Aku hanya beban dalam pernikahan ini, bukan? Jadi kenapa... kenapa aku dipertahankan?" tanyaku lirih.Grayson meletakkan gelasnya dengan suara denting kecil. Lalu dia mendekat di hadapanku. Untuk pertama kalinya, dia menatapku bukan dengan kebencian atau dingin, tapi... seolah sedang menilai sesuatu yang belum dia pahami."Kau belum mengerti posisimu, Eleanor. Kau bukan hanya istri kontrak. Kau adalah perisai. Sasaran. Dan entah bagaimana... kau juga jadi titik lemah yang tak kuinginkan."Dadaku sesak

  • Terpaksa Menikah dengan Bos Mafia Billionaire   Bab 7 – Sangkar Emas dan Ancaman yang Mengintai

    Tiba-tiba ponselku berbunyi.Bukan dari siapa pun yang kukenal. Nomor tak dikenal. Tapi sesuatu dalam hatiku menyuruhku mengangkatnya.“Halo?”Suara di seberang terdengar berat. Pria. Pelan tapi penuh tekanan.“Kau Eleanor Hayes?”Aku diam. Jantungku berdegup.“Ya. Siapa ini?”“Aku orang yang seharusnya kau temui sejak lama. Dan aku tahu apa yang terjadi padamu. Aku tahu kau bukan milik Grayson Blake. Aku tahu siapa ayah tirimu sebenarnya.”Aku berdiri dari kursi, panik. “Siapa kau?!”“Tunggu aku. Aku akan datang padamu. Dan saat itu tiba, kau harus memilih. Bertahan... atau kabur.”Klik.Telepon terputus.Tanganku gemetar. Aku menatap layar kosong ponsel, merasa seolah-olah seluruh duniaku baru saja bergeser.Siapa pria itu?Dan apa maksudnya... aku harus memilih?Aku duduk di ranjang, menggenggam ponsel erat-erat hingga jemariku memutih. Sudah lebih dari satu jam sejak panggilan misterius itu, tapi suaranya masih terngiang di telingaku. Dalam satu kalimat pendek, dia membuat semua l

  • Terpaksa Menikah dengan Bos Mafia Billionaire   Bab 6 – Di Balik Mata Dingin Itu

    Sudah tiga hari sejak perdebatan kami di lorong. Dan selama tiga hari itu pula, Grayson benar-benar menghilang. Tidak ada suara mobil datang, tidak ada jejak kaki di lantai marmer, bahkan bayangannya pun tak muncul di vila.Aneh. Tapi lebih menenangkan bagiku.Melissa juga tidak muncul lagi. Mungkin dia sudah kembali ke apartemen mewahnya di pusat kota, tempat di mana dia bisa menghamburkan uang dan menjatuhkan orang lain dari kejauhan. Aku tidak mencarinya. Aku bahkan lega saat menyadari bahwa kehadiran satu racun sudah menghilang dari vila ini.Namun, ketenangan yang kurasakan hanya semu. Karena ketika malam tiba dan lampu-lampu dimatikan, pikiranku terus berputar. Pertanyaan-pertanyaan yang tak berjawab menggantung di udara, memenuhi ruang kosong yang semakin menyesakkan.Siapa sebenarnya Grayson Oliver Blake?Pria itu tidak sekadar kaya atau berkuasa. Ia membawa aura yang gelap—seakan ada sesuatu yang disembunyikannya begitu dalam, jauh di balik jas mahal dan sorot matanya yang me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status