Share

Bab 49

Penulis: Nona Squerpants
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-01 21:13:56

"Aku pulang... Kak Dewa kenapa kaget? Lihat aku kaya lihat hantu," ucap Tara sambil tersenyum tipis, melepaskan tas dari bahunya.

Dewa sontak kikuk. Tubuhnya mematung sejenak sebelum matanya menangkap sesuatu di atas meja rias yaitu surat cerai. Jantungnya langsung berdebar. Surat itu tergeletak begitu saja, tak sempat ia sembunyikan.

Tanpa pikir panjang, Dewa melangkah cepat menghampiri meja rias, berusaha menutupi surat itu dengan tubuhnya.

"Kak Dewa kenapa sih? Aneh banget," ujar Tara heran, memperhatikan gelagat suaminya yang tampak jelas gugup.

"Ng-nggak papa... Kenapa pulangnya nggak kabarin aku dulu? Kan aku bisa jemput kamu di kampus," jawab Dewa, suaranya tak stabil, mencoba terdengar tenang padahal pikirannya kalut.

"Aku kan dijemput Adit. Masa Kak Dewa lupa? Harusnya Kak Dewa masih nemenin Kak Liora," balas Tara santai, kini sudah duduk di tepi ranjang sambil melepas sepatu.

Dewa menghela napas panjang, lalu menatap Tara.

"Kakakmu itu pura-pura terkilir. Aku lihat sendiri.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 90

    "Ben... Beni..." suara Dewa memecah malam, menggema dari depan pintu rumah temannya.Pintu terbuka perlahan. Beni berdiri terpaku, kaget melihat sosok Dewa yang mendadak muncul di hadapannya. Tubuh Dewa tampak limbung, nyaris ambruk. Tanpa pikir panjang, Beni segera memapahnya masuk ke dalam rumah."Mas, kenapa sama dia?" tanya seorang wanita berdaster dari balik ruang tengah, istri Beni.Dewa dijatuhkan pelan ke atas sofa. Wajahnya merah padam, dan bau alkohol yang menyengat langsung memenuhi ruangan.Refleks, istri Beni menutup hidung. Tanpa basa-basi, bantal sofa melayang dan tepat menghantam wajah Dewa, membuat Beni terlonjak kaget."Dia jelas habis mabuk! Rumah jadi bau begini. kenapa kamu punya teman pemabuk seperti dia?" omel istri Beni sambil berkacak pinggang."Udah, jangan banyak tanya. Ambilin minyak angin sama air minum," tegas Beni, tak ingin berdebat.Meskipun kesal, sang istri tetap beranjak, menggerutu pelan. Tak lama, minyak angin dan segelas air disodorkan ke tangan

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 89

    Malam itu, Dewa melangkah masuk ke tempat hiburan malam. Sorot lampu yang temaram berpadu dengan dentuman musik yang menghantam dada. Ia menenggak beberapa gelas minuman keras, tapi tak juga memadamkan amarah dan kecewa yang membara di dadanya. Dewa benar-benar frustrasi. Ia masih sulit mempercayai Tara."Mau aku temani?"Suara itu datang dari seorang wanita bergaun merah ketat. Ia berdiri di dekat Dewa, tubuhnya mencolok, lekuknya terbingkai sempurna oleh kain yang menempel erat di kulit. Belahan dadanya tampak jelas, sengaja diperlihatkan.Tapi Dewa tetap diam. Matanya tak bergerak ke arahnya, tak ada niat bahkan untuk sekilas menoleh. Namun wanita itu tak menyerah, senyumannya menggoda, gerak tubuhnya penuh maksud."Namaku Carlina. Kamu bisa panggil aku Carl. Kalau kamu siapa?" suaranya lembut namun terdengar percaya diri."Dewa," jawab Dewa singkat, hambar.Carlina mengangguk pelan sambil mengangkat gelasnya, senyum masih mengambang di bibirnya. "Nama yang menarik. Aku memperhati

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 88

    "Lebih baik kita ke dokter kandungan sekarang, untuk lebih memastikan."Dewa melangkah lebih dulu. Tara terdiam, menatap punggung Dewa yang semakin menjauh. Biasanya, tangan itu selalu menggenggam tangannya setiap kali mereka berjalan bersama. Kini tidak lagi. Hati Tara tercekat, apakah ini berarti Dewa mempercayai omongan Oma Widya? pikirnya, getir.Dengan langkah pelan, Tara masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi samping kemudi. Dewa langsung menyalakan mesin tanpa sekalipun menoleh ke arahnya. Wajahnya dingin, datar, tanpa ekspresi."Apa Kak Dewa percaya sama ucapan Oma?" tanya Tara pelan, nyaris seperti bisikan.Dewa tetap diam. Tatapannya lurus, fokus ke depan. "Kita bicarakan di rumah sakit saja," jawabnya singkat.Tara menoleh ke arah jendela, menahan napas. Setitik air mata jatuh tanpa bisa dicegah. Dengan cepat ia menyekanya. Namun rasa perih itu tak bisa ia hapus begitu saja. Dadanya sesak, terlebih melihat perubahan sikap Dewa yang kini terasa begitu asing, begitu dingin.

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 87

    Jejak Sandrina tak kunjung ditemukan. Bahkan ketika Tara mencoba bertanya kepada keluarga Samuel, mereka memilih bungkam, seolah kompak merahasiakan keberadaan Samuel, juga Yasmin.Tara hanya bisa menangis, berharap Sandrina akan kembali. Namun tiba-tiba perutnya terasa mual. Ia buru-buru bangkit dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi.“Mualnya makin parah... Aku juga jadi nggak berselera makan,” gumam Tara pelan.Ia menatap wajahnya yang pucat di depan cermin, lalu ingat dan baru tersadar, sejak kejadian penyekapan itu hingga sekarang, ia belum memastikan apakah ia benar-benar hamil.Dengan tangan sedikit gemetar, ia membuka laci lemari dan mengambil alat tes kehamilan yang sudah lama disimpannya. Ia menarik napas dalam, memberanikan diri untuk mencari kepastian.“Aku harus memastikannya,” bisiknya pelan.Ia mencelupkan alat tes itu ke dalam wadah berisi urin. Saat mengangkatnya, matanya refleks terpejam. Ia tidak langsung berani melihat hasilnya.Beberapa detik yang teras

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 86

    Tara merogoh ponselnya, lalu menunjukan foto terbaru Sandrina. Meski pemilik panti bersikeras tak ada seorang nenek yang menitipkan bayi, Tara masih terus berusaha, menolak menyerah."Loh, ini Sandrina?" Nafisa tampak terkejut, suaranya lirih namun jelas menyiratkan keterkejutan.Tara dan Dewa kompak mengangguk. Senyum yang sempat hilang itu perlahan kembali merekah di wajah Tara, secercah harapan yang nyaris padam, kembali menyala.Namun tidak dengan Nafisa. Perempuan paruh baya itu mendadak tampak bingung. Matanya gelisah, sesekali melirik ke arah pengasuh panti yang sejak tadi berdiri diam di sampingnya."Bu, Pak... saya mohon maaf," Nafisa membuka suara, nadanya pelan, penuh penyesalan. "Kemarin... saya menyerahkan Sandrina kepada sepasang suami istri yang ingin mengadopsi anak dari panti ini. Maafkan saya... saya telah melanggar isi surat wasiat itu."Wajahnya menunduk, terbebani oleh rasa bersalah."Saya sebenarnya sempat menolak, mencoba mencegah agar Sandrina tidak diadopsi...

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 85

    Dewa dan Tara sudah hampir putus asa mencari keberadaan Sandrina, hingga detik ini tidak ada kabar sama sekali dari pihak polisi.Tapi tiba-tiba saja terdengar suara pintu diketuk. Dewa segera beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamar, terlihatlah Adit berdiri di luar, napasnya sedikit memburu."Tuan, ada kabar terbaru soal Sandrina," ujar Adit dengan wajah penuh antusias, matanya berbinar membawa harapan yang hampir padam.Tara mendengar suara Adit dari dalam. Seketika ia bangkit, jantungnya berdegup kencang, dan bergegas menghampiri."Kabar terbaru apa, Adit? Coba katakan," desak Tara, suaranya nyaris bergetar karena tak sabar."CCTV waktu kejadian sudah bisa diakses. Ternyata file-nya tidak dihapus… hanya disembunyikan," jelas Adit, sambil buru-buru membuka layar ponselnya dan menunjukkannya."Saya sudah menyalinnya ke dalam ponsel," sambungnya cepat, seraya memperlihatkan layar ponselnya.Dewa dan Tara tercengang saat menyaksikan rekaman CCTV malam itu, malam saat Sandrin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status