“Tia Rhea Malavika, apa kau menerima pernikahanmu dengan Zafar Ishwar Nafian?”
Laki-laki setengah tua yang diminta untuk menikahkan pasangan itu menegaskan pertanyaannya pada mempelai wanita.Perempuan yang dipanggil Tia itu pun terdiam cukup lama. “Aku menerimanya.” Akhirnya ucapan itu keluar dari mulutnya dengan pasrah.Zafar adalah pelayan di rumah keluarga besar Yardan, dan pernikahan antara dirinya dengan Tia anak majikannya itu terjadi karena jebakan yang dilakukan oleh Izora Nayantara saudara tiri Tia.Bagi Tia sendiri dia sudah kehilangan segalanya, tidak ada lagi yang ingin dia perjuangkan. Apapun yang terjadi padanya hari ini, semua seakan telah merampas habis kebahagiaan dan harapan hidupnya.'Setelah aku menemukan ibuku nanti, akan aku balaskan semua perlakuan tidak adil ini,' pikir Tia dan mulai menanamkan tekad itu di dalam hatinya.'Hari ini aku boleh kalah dan tidak memiliki apapun atau siapapun, tapi tunggulah. Hari dimana aku bisa bersama dengan ibuku, disaat itulah seharusnya akan menjadi hari kehancuran untuk saudara tiriku,' katanya lagi dalam hati.Zafar hanya bisa menahan rasa sesak di hatinya melihat kondisi Tia yang menyedihkan. Sebagai seorang pengantin yang akan ia bawa ke rumahnya harus dalam keadaan seperti ini. Tanpa make up, tatapan mata yang kosong dengan mata yang sembab dan lebih menyedihkannya lagi banyak lebam di wajah dan tubuhnya.Ibu dan saudara tiri Tia merasa sangat bangga atas hasil usahanya menyingkirkan Tia dari rumah mereka.Tia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan, sekarang dia harus pergi ke rumah Zafar sebagai istrinya tanpa membawa baju dan barang-barang miliknya. Sedangkan orang yang harusnya menikah dengan Tia harus menikah dengan Izora, saudara tirinya.Setelah Tia sampai di rumah Zafar dia sangat terkejut karena rumahnya sangat kecil dan sempit, berbeda dengan rumah orang tuanya yang ia tempati selama ini. Tia sampai tepat di depan pintu rumah Zafar dan langkahnya terhenti sambil memperhatikan rumah itu. Zafar yang menyadarinya pun menyuruh Tia untuk segera masuk.“Masuklah Tia,” pinta Zafar. Dia tahu apa yang ada di dalam pikiran gadis itu tentang rumahnya.“Masuklah nak, sekarang rumah ini adalah rumahmu juga,” kata Kamal yang merupakan ayah Zafar, sekarang menjadi mertua Tia. Jahama yang merupakan ibunya Zafar terkejut ketika melihat putranya dan suaminya membawa seorang perempuan ke rumahnya. Jahama memang belum tahu jika Zafar mendadak menikah malam itu juga.“Dia adalah Tia, pengantin Zafar anakmu.” Begitulah cara Kamal memperkenalkan Tia pada istrinya.Sorot mata penuh tanya pada Jahama masih belum paham juga. "Apa?” tanya Jahama.Zafar menyuruh Tia untuk masuk ke kamarnya, sedangkan Jahama tidak percaya dengan semua ini. Bagaimana tidak? Zafar tiba-tiba pulang dan membawa seorang perempuan yang berstatus sebagai istrinya.“Hei Kamal jangan bercanda padaku, pengantin apa yang kau maksud? Lihatlah wajahnya penuh dengan lebam, apa kau menemukan seseorang yang dianiaya di jalanan lalu kau bawa pulang ke rumah ini?” tanya Jahama masih tidak percaya meskipun Zafar sudah membawa Tia masuk ke kamarnya.Kamal sudah sangat lelah malam ini, dia hanya menghela nafas pelan menanggapi pertanyaan istrinya. "Percaya atau tidak, dia adalah menantumu sekarang, dia adalah putri dari Tuan Yardan, namanya Tia” jelasnya sambil duduk di kursi.Jahama menutup mulutnya, antara ingin percaya namun sulit baginya untuk menerima itu. “Astaga putrinya? Ini tidak mungkin. Kenapa dengannya? Untuk apa dia menikah dengan Zafar?” Banyak pertanyaan yang ingin Jahama tanyakan karena dia benar-benar penasaran, namun Kamal tidak ingin membahasnya.Kamal sudah memberitahukan pada istrinya bahwa Tia sekarang adalah menantunya. Selebihnya dia meminta Jahama bertanya sendiri dengan Zafar.Di dalam kamar, Tia hanya bisa menangisi nasibnya, sekarang dia berada di kamar Zafar yang sangat kecil sedangkan biasanya dia tinggal di kamarnya yang mewah. Dia juga tidak memiliki apapun saat ini, bahkan baju yang dia miliki pun tidak diijinkan untuk dibawa oleh ibu tirinya.Perempuan itu hanya bisa menangis, hidupnya seperti sudah kehilangan arah. Zafar yang melihatnya sangat tidak tega pada Tia.“Jangan menangis Tia, berhentilah menangis,” ucap Zafar tidak tahu cara membuat gadis itu berhenti menangis.“Aku tidak ingin tinggal di sini, aku tidak bisa Zafar. Semua ini karenamu,” kata Tia akhirnya menyalahkan Zafar. Tia tidak siap tinggal bersama suaminya.“Jika kau tidak mau tinggal di sini, kau akan tinggal dimana Tia?”Perempuan itu terdiam karena belum memiliki pikiran kemana ia akan tinggal dan menata hidupnya kembali setelah ini.Zafar keluar dari kamarnya karena ingin mencari kotak obat di rumahnya dan bermaksud ingin mengobati luka Tia.“Obati dulu lukamu,” katanya setelah ia kembali ke kamarnya.“Jangan menyentuhku!” ujar Tia dengan cepat begitu Zafar ingin mengobatinya, dia menggeser tubuhnya menjauh dari Zafar.Bagi Tia, Zafar tetap pelayan di rumahnya meskipun laki-laki itu sudah menikahinya sekarang.“Menjauhlah dariku, kau tidak memiliki hak untuk mendekatiku,” lanjutnya dengan tegas.Zafar menghela nafas berat, dia tidak mengerti kenapa dalam kondisi luka seperti ini Tia justru masih keras kepala.“Ambilah, kau bisa mengobati lukamu sendiri,” ucap Zafar memberikan kotak obat itu padanya.Tia menatap Zafar tidak suka. “Aku tidak membutuhkan itu, lagipula kau tidak memiliki hak untuk mengatur hidupku. Kau hanya pelayan di rumahku.”“Sejak ayahmu memecatku, aku bukan lagi lagi pelayan di rumahmu, dan sejak ayahmu menikahkanku denganmu maka aku adalah suamimu yang memiliki hak dan harus bertanggung jawab terhadapmu,” jelas Zafar mengingatkan Tia.Tia tersenyum miring mendengar itu, dia pikir pernikahan itu tidak ada artinya baginya. “Aku tidak peduli Zafar, aku tidak peduli dengan apapun, menjauhlah dariku!” perintahnya.Tia masih tidak ingin Zafar ada di dekatnya, dia juga tidak peduli dan membiarkan rasa sakit akibat beberapa luka di tubuhnya. Zafar hanya diam lalu meninggalkan Tia sendiri, laki-laki itu menemui adiknya dan memintanya bicara pada Tia untuk mengobati lukanya sekaligus membawakan makanan untuk Tia.Zanira yang merupakan adik kandung Zafar pun menuruti kakaknya dan masuk ke kamar menemui Tia.“Kakak, aku adalah Zanira saudara kandung kak Zafar. Lihat apa yang aku bawa?” tanyanya sambil memperlihatkan makanan yang dia bawa, tapi Tia sama sekali tidak tertarik.“Makanan ini sangat enak, kakak harus mencobanya,” bujuk Zanira.Tia tidak menaggapi Zanira, dia benar-benar tidak ingin melakukan apapun saat ini.“Aku tidak lapar,” ucapnya dengan dingin menolak makanan dari Zanira.“Tapi, kenapa kakak terluka? Itu tidak bisa dibiarkan, aku akan membantumu mengobatinya,” kata Zanira lagi sambil membuka kotak obatnya dan hendak membantu mengobati luka Tia.“Tidak. Tidak perlu, kau pergilah! Aku tidak ingin bicara pada siapapun.”Zanira tidak ingin pergi dan masih berusaha membujuk Tia sesuai permintaan kakaknya. Zafar yang tahu bahwa Tia tidak akan mau pun meminta Zanira untuk pergi.“Letakkan makanannya di sini, malam nanti kakak iparmu akan memakannya,” kata Zafar.Mendengar itu Tia memalingkan muka dari Zafar, dia pikir tidak akan menyentuh makanan itu sedikitpun.Karena sudah lelah Zafar pun ingin tidur. "Apa yang kau lakukan di situ?” tanya Tia ketika melihat Zafar menggelar karpet di lantai dan membawa bantal serta selimutnya.“Aku sudah mengantuk Tia, aku ingin tidur, kalau kau membutuhkan sesuatu kau bisa membangunkanku.”“Apa? Kenapa kau tidur di situ?”“Lalu kenapa? Apa kau bersedia tidur bersamaku di malam pertama kita?”Bersambung.“Apa aku harus memasak untuk Zafar? Lalu bagaimana jika aku sampai melakukan kesalahan hingga membakar rumah ini? Jahama pasti akan membakarku hidup hidup juga,” keluh Tia merasa ragu dengan keinginannya.Akhirnya Tia memberanikan diri untuk pergi ke dapur Jahama, apapun resikonya dia menguatkan hatinya untuk menanggungnya, jika dia sampai melakukan kesalahan lagi dia pikir akan meminta Zafar untuk membelanya.Zanira yang melihat kakak iparnya belajar memasak dan hendak melakukan langkah yang salah dalam memasak pun menegurnya.“Sayuran itu tidak bisa kau masukkan sekarang kak, tunggu dulu sampai airnya mendidih.”Meskipun Zanira masih merasa kesal dan tidak ingin bicara pada Tia tapi dia tidak tega melihat usaha Tia untuk memasak harus sia-sia hanya karena dia tidak tahu langkah-langkahnya.“Emm, eh iya Zanira aku tidak tahu. Sebenarnya aku sudah menonton video tutorialnya tadi, tapi aku sedikit lupa,” ucap Tia merasa sedikit senang karena Zanira mulai bicara padanya.“Lain kali kak
"Tapi saat ini aku masih belum bisa memaafkanmu kak.""Zanira, kau tidak boleh marah padaku.""Kenapa tidak? Kau sudah membuatku kecewa kenapa aku tidak boleh marah padamu?" "Baiklah kau boleh marah padaku," ungkap Zafar akhirnya pasrah. Dia tidak ingin memaksa Zanira lagi dan memilih supaya gadis itu luluh dengan sendirinya.Zanira yang mendengar kakaknya berkata seperti itu seakan merasa dirinya sedikit bersalah."Tapi kau tidak boleh marah pada Tia," ujar Zafar lagi meminta pada adiknya supaya tidak marah pada Tia."Aku tidak marah padanya," elak Zanira."Aku tidak akan memaksamu Zanira. Tapi tolong kau pikirkan lagi, kakak iparmu peduli padamu dan menyayangimu. Kalau kau marah padanya dan merasa kesal padanya siapa yang akan menjadi teman untuknya? Ibu sudah memarahinya hari ini, tapi tolong kau berbaik hatilah pada Tia!"Setelah mengatakan semua itu, Zafar lalu pergi meninggalkan adik perempuannya itu.Perempuan itu memikirkan apa yang kakaknya katakan padanya. Sepertinya tidak
"Apa kau bilang pada kakak bahwa aku yang meminta uang darimu?"Tia benar-benar terkejut mendengar penjelasan dari Zanira. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Zanira."Tapi Zanira ada apa? Kenapa kau menuduhku seperti itu? Aku tidak mengatakan apapun.""Tidak mengatakan apapun kau bilang kak? Kalau kau tidak mengatakan apapun pada kak Zafar lalu kenapa kakak memarahiku semalam? Dia tidak suka aku menerima uang darimu, tapi kau sendiri yang memaksaku kan? Apa kau ingin membuat kakakku sendiri membenciku?"Zanira benar-benar emosi pada Tia saat ini. Gadis itu tidak bisa berbicara lagi dengan baik pada Tia."Dengarkan aku Zanira, aku memang memberinya untukmu dengan senang hati karena aku tidak membutuhkan uang itu–""Tapi setelah itu kau membutuhkannya untuk mengobati tanganmu itu kan? Karena itulah kakak pasti kesal padaku karena menerima uang darimu. Kalau saja kau tidak memberikannya padaku kau bisa menggunakan uangmu itu untuk berobat. Tapi kau memberinya untukku dan sudah ak
"Kalau kau ingin membuatku bahagia maka kau harus segera bisa membuatku bertemu dengan ibuku, meninggalkan rumah ini dan juga dirimu."Itu hanya sebuah kata-kata tapi sakitnya luar biasa. Definisi kebahagiaan bagi Tia yang telah ia ucapkan dengan jelas di depan Zafar saat ini."Aku akan mengusahakannya untukmu Tia, aku tidak akan pernah melupakan itu."Meski perih laki-laki itu tetap tidak ingin menampakkannya pada Tia.Apapun yang menjadi mau Tia akan Zafar usahakan meskipun kemauan itu akan menghancurkan hati Zafar sekalipun.Zafar lalu buru-buru untuk segera berangkat ke kantor dan meninggalkan Tia.Begitu ia ingin keluar dari rumahnya, seperti biasa Jahama akan membawakan bekal untuknya. Walaupun sempat berdebat dengan laki-laki itu karena Zafar membela Tia tapi Jahama tetap menyayanginya."Zafar, tunggu dulu. Ibu belum selesai menyiapkan bekal untukmu," ujar perempuan setengah tua itu menghentikan Zafar."Hari ini kau tidak perlu menyiapkannya untukku ibu aku sudah terlambat."
"HANYA KARENA PEREMPUAN INI KAU MENYALAHKANKU?"Jahama menarik lengan Tia dan menjauhkannya dari Zafar."SEJAK KAPAN KAU MEMPENGARUHI PUTRAKU UNTUK MEMBENCI DAN MELAWAN IBUNYA SENDIRI TIAA? KATAKAN PADAKU SEJAK KAPAN?""IBU SUDAH IBU, JANGAN BICARA LAGI PADANYA!""Jadi kau sudah berani bicara dengan nada tinggi pada ibumu dan mengatakan kalau ibumu ini salah?""Jadi sejak kemarin kau memarahi adikmu dan sekarang berani juga padaku hanya karena kau membela perempuan ini Zafar? Kau menentang keluargamu sendiri hanya karena wanita ini? Ya Tuhan, apa sekarang putraku tidak akan menghormati ibunya lagi?"Zafar tidak akan membiarkan ibunya berbuat kasar lagi pada Tia karena itulah dia berani membelanya karena menurutnya sudah keterlaluan. "Dengar ibu, aku menyayangimu, tapi saat ini kau salah karena sudah berbicara buruk pada Tia. Mungkin menurut ibu Tia memang salah, tapi tidak sepantasnya ibu memarahinya seperti ini, apalagi berkata buruk padanya. Apa ibu tidak bisa bicara dengan lebih b
"Ada apa Zafar? Kenapa kau bicara tidak baik pada adikmu?" tanya Jahama penasaran sambil mendekatinya.Zanira merasa kecewa dengan kakaknya dan tidak ingin bicara lagi padanya."Zanira, ada apa? Katakan padaku!""Sebaiknya ibu tanyakan sendiri padanya, kenapa dia memarahiku?"Zanira tidak ingin menceritakannya pada Jahama, dia sudah kecewa dan malas bicara.Gadis itu lalu pergi ke kamarnya dan meninggalkan ibunya yang penasaran."Kenapa Zafar?" Sekarang hanya Zafar harapan Jahama supaya laki-laki itu mau bercerita padanya."Kenapa kau berdebat dengan adikmu?" "Tidak ada ibu, aku hanya bicara padanya."Zafar juga tidak ingin bercerita pada Jahama. Kamal pun tidak terlalu ingin tahu apa masalahnya, karena merasa lelah, dia pun langsung masuk saja.Hanya Jahama yang penasaran dengan apa yang Zafar bahas dengan adiknya."Kau bicara soal apa dengan adikmu itu?""Tidak ada ibu, aku baik-baik saja. Sekarang kau pasti lelah kan? Ayo segera makan dan istirahatlah, ini sudah malam. Aku juga h