Share

Bab 2

“Apa kau bersedia tidur bersamaku di malam pertama kita?” tanya Zafar pada Tia, namun pertanyaan Zafar membuat Tia semakin membencinya.

“Aku tidak ingin kau ada sini,” tolak Tia dengan tegas.

Zafar hanya tersenyum mendengar dan melihat Tia memarahinya, saat Tia marah atau membencinya pun tetap terlihat cantik di mata Zafar dan membuat laki-laki itu semakin cinta padanya.

Tia tidak tahu jika laki-laki itu sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali ia bekerja di rumah keluarga Tia.

Hingga hari ini, dimana Zafar terpaksa harus menikahinya karena tuduhan dari Izora, Zafar tidak tahu harus senang atau sedih.

“Kau ingin aku pergi dan tidur dimana Tia?” tanya Zafar dengan sabar.

“Ini adalah kamarku dan aku sudah memberikan tempat tidurku untukmu, biarkan aku tidur di bawah,” pinta Zafar sambil membenarkan karpetnya.

“Jadi kau ingin menunjukkan kekuasaanmu di rumah kecil ini?” 

Tia semakin kesal dan menatap Zafar dengan sangat marah. Zafar yang mendengar Tia mengatakan rumahnya kecil pun tidak tersinggung, karena itu memang benar. 

Tia sudah biasa tidur dan tinggal di rumah ayahnya yang bagus dan mewah, tentu saja rumahnya yang kecil ini membuat wanita itu tidak nyaman.

“Sekarang rumah kecil ini adalah rumahmu juga Tia, kamar kecil ini juga sudah menjadi milikmu. Ini sudah malam, tidurlah!” suruh Zafar sambil mematikan lampu kamarnya.

Pagi hari Zafar bangun lebih awal dari Tia. Dia berjalan keluar dari kamarnya dengan hati-hati supaya Tia tidak terbangun. 

Laki-laki itu tahu Tia tidur sudah lewat tengah malam, jika dia harus bangun pagi pasti dia akan lebih sakit karena kurang tidur.

“Zafar,” panggil Jahama. “Duduklah,” suruhnya supaya laki-laki itu duduk di sampingnya.

"Assalamualaikum," sapa Zafar memberikan salam.

"Waalaikumussalam," jawab Jahama dan Kamal.

Zafar hanya menuruti permintaan ibunya untuk duduk disampingnya. Jahama lalu memanggil adik Zafar supaya membuatkan teh juga untuk putranya itu.

“Sekarang jelaskan padaku, bagaimana kau bisa membawanya ke rumah ini?” tanya Jahama bemaksud membahas pernikahannya dengan Tia.

“Ibu, aku menikahi Tia. Tentu saja aku membawanya ke rumah ini, kemana aku akan membawanya ibu?” tanya Zafar balik.

“Zafar aku tidak bodoh, ibumu ini juga tahu kau menikahinya makanya kau membawa dia kemari, tapi kenapa kau tiba-tiba menikah dengannya ha? Apa kau sudah menghamilinya?” 

Jahama curiga pada Zafar dan bertanya dengan nada tinggi hingga membuat Kamal dan Zafar terkejut.

“Jahama, bicaralah dengan baik! Kalau kau tidak mengetahuinya maka kau tidak boleh mencurigainya dengan buruk seperti ini,” ucap Kamal menasehati istrinya.

Jahama hanya diam dan mengabaikan apa yang Kamal ucapkan. 

“Pernikahan Zafar dan Tia sudah terjadi, sekarang terima Tia sebagai menantumu dan kau tidak perlu bertanya yang aneh-aneh lagi. Doakan saja supaya pernikahan anakmu mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangganya,” tutur Kamal lagi.

Dia tidak ingin Jahama terus membahas sesuatu yang tidak perlu dibahas. Menurutnya, Zafar menikah dengan Tia entah karena apapun, yang pasti sekarang pernikahan mereka sudah sah terjadi tanpa ada kesalahan seperti yang Jahama tuduhkan.

“Aku hanya bertanya Kamal, lagipula kenapa dia membawa gadis itu dengan keadaan yang menyedihkan?” tanya Jahama lagi karena menurutnya ada sesuatu yang tidak beres namun Kamal tidak ingin menceritakan yang sebenarnya padanya.

“Tidak ada pengantin dengan wajah penuh lebam dan luka seperti itu. Menikahpun secara tiba-tiba, bagaimana aku tidak curiga?” Jahama terus menggerutu dan dia tidak suka pada kehadiran Tia. 

Tiba-tiba Zaniraa datang dengan teh hangat di tangannya dan memberikannya pada Zafar.

“Terimakasih Zanira,” ucap Zafar.

“Kakak, apa kakak ipar belum bangun? Kenapa dia tidak keluar dan berkumpul bersama kita?” tanya Zanira yang ikut duduk bersama.

“Tidak Zaniraa, Tia pasti sangat kelelahan, lagipula malam tadi dia tidur lewat tengah malam, biarkan dia istirahat dulu sampai dia sembuh,” jelas Zafar.

“Baiklah aku mengerti, tapi kenapa kau tidak mematikan lampu kamarmu? Biasanya kau mematikannya?” tanya Zanira lagi karena hal itu tidak biasa dilakukan oleh Zafar.

“Tia tidak bisa tidur tanpa lampu, dia takut kegelapan jadi aku tidak mematikannya.”

Mendengar penjelasan dari Zafar membuat Jahama terkejut namun dia tidak bicara. Jahama merasa sangat kesal dengan Tia, hari sudah pagi tapi belum bangun juga lalu Zafar malah membelanya dan membiarkan wanita itu tidur.

Dia juga tidak mematikan lampunya dan Jahama pikir biaya listrik akan bertambah jika terus seperti ini. Sedangkan uang yang dia miliki saja serba pas-pasan.

“Baru datang saja sudah menyebalkan,” keluh Jahama dengan lirih karena merasa kesal.

Hari ini Zafar harus menemui temannya untuk menanyakan apakah dirinya bisa mendapatkan pekerjaan atau tidak. Sudah seharusnya Zafar bekerja lagi setelah dipecat dari rumah Tia.

“Zaniraa,” panggil Zafar saat gadis itu sedang mencuci piring di dapur.

“Iya kak.”

“Aku harus pergi menanyakan pekerjaanku, Tia belum bangun. Sebelum kau berangkat ke kampus tolong kau buatkan makanan untuknya ya! Antarkan ke kamar dan tanyakan apa dia membutuhkan sesuatu,” pinta Zafar pada adiknya.

“Baiklah Kak akan aku lakukan.”

“Terimakasih,” ucapnya sambil tersenyum.

Untung saja ada Zaniraa yang bisa ia mintai pertolongan. Zafar tidak mungkin memina tolong pada ibunya karena pasti dia tidak suka dan nanti malah kesal dengan Tia, jadi laki-laki itu meminta bantuan dari adiknya.

Zanira melakukan apa yang Zafar minta. Dia membuatkan sarapan untuk Tia dan membawanya ke kamar. 

Jahama yang melihat Zanira membawa makanan itu pun penasaran dengannya dan bertanya “untuk apa kau membawa makanan itu Zanira?”

“Ibu, kak Zafar memintaku untuk membuatkan sarapan untuk kakak ipar, jadi aku akan mengantarkannya ke kamarnya,” jawabnya.

Jahama lagi-lagi tidak suka mendengar itu. Dia pikir Zafar benar-benar keterlaluan karena sudah meminta Zanira melayani Tia seperti seorang Tuan puteri.

Jahama semakin ingin marah saja dengan Tia dan berpikir akan memberikan pelajaran pada perempuan itu jika terus membuatnya kesal.

"Dasar perempuan pemalas, huh."

Kali ini Jahamaa masih memakluminya karena Tia baru saja datang ke rumahnya. Lagipula Kamal sepertinya tidak mempermasalahkan pernikahan Zafar dan merestuinya begitu saja. Jahama tidak boleh memperlihatkan ketidaksukaannya pada Tia jika dia tidak ingin suaminya memarahinya.

Hampir siang hari Tia baru membuka matanya yang terasa berat. Dia lalu melihat sekelilingnya yang terasa berbeda dan perempuan itu baru menyadari bahwa kini dirinya sudah tidak tinggal di rumahnya lagi.

Perempuan itu teringat pada Zafar lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar ini namun dia sudah tidak menemukan laki-laki itu lagi. 

"Kemana dia pergi?" tanya Tia pada dirinya sendiri.

Dia enggan bergerak sedikitpun dari tempat tidurnya. Tia hanya terduduk sambil memeluk kakinya. Pikirannya pun melayang pada ayahnya, setiap hari Tia selalu bisa melihat laki-laki yang ia sayangi selama ini, tapi sekarang ayahnya sudah tidak percaya lagi padanya dan tidak ingin melihatnya lagi.

"Tidak, ketidakadilan ini hanya sementara Tia. Mereka boleh mengambil apapun dariku saat ini, tapi lihat! Aku akan mengambilnya lagi suatu saat nanti," tuturnya menyemangati dirinya.

Tanpa ia sadari sudah banyak air mata yang lolos dari mata indahnya. Sekarang dia merasa sendiri dan tidak memiliki siapapun lagi. Tubuhnya bergetar menahan tangis pilunya. 

Tia juga merasa benci pada Zafar karena saat itu dia menyelamatkannya dan sekarang menikahinya. Tia melepas paksa perban yang menutupi semua lukanya, dia pikir tidak akan memikirkan luka itu. 

Dia juga merasa menyesal telah membiarkan Zafar mengobatinya malam tadi. Tia hanya mengabiskan waktunya dengan menangis saat ini.

"Aku harus pergi dari sini, mencari ibuku dan membalaskan semuanya. Akan aku pastikan kemenangan mereka hanya sementara dan aku akan membalasnya," ujar Tia mencoba mengumpulkan kekuatan dirinya.

Hingga sore hari, tiba-tiba dia mendengar suara keributan di ruang tamu, seperti ada orang yang sedang marah namun Tia tidak tahu apa yang terjadi.

“Dimana wanita itu?” tanya seseorang yang suaranya tidak asing di telinga Tia.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status