“Apa kau bersedia tidur bersamaku di malam pertama kita?” tanya Zafar pada Tia, namun pertanyaan Zafar membuat Tia semakin membencinya.
“Aku tidak ingin kau ada sini,” tolak Tia dengan tegas.Zafar hanya tersenyum mendengar dan melihat Tia memarahinya, saat Tia marah atau membencinya pun tetap terlihat cantik di mata Zafar dan membuat laki-laki itu semakin cinta padanya.Tia tidak tahu jika laki-laki itu sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali ia bekerja di rumah keluarga Tia.Hingga hari ini, dimana Zafar terpaksa harus menikahinya karena tuduhan dari Izora, Zafar tidak tahu harus senang atau sedih.“Kau ingin aku pergi dan tidur dimana Tia?” tanya Zafar dengan sabar.“Ini adalah kamarku dan aku sudah memberikan tempat tidurku untukmu, biarkan aku tidur di bawah,” pinta Zafar sambil membenarkan karpetnya.“Jadi kau ingin menunjukkan kekuasaanmu di rumah kecil ini?” Tia semakin kesal dan menatap Zafar dengan sangat marah. Zafar yang mendengar Tia mengatakan rumahnya kecil pun tidak tersinggung, karena itu memang benar. Tia sudah biasa tidur dan tinggal di rumah ayahnya yang bagus dan mewah, tentu saja rumahnya yang kecil ini membuat wanita itu tidak nyaman.“Sekarang rumah kecil ini adalah rumahmu juga Tia, kamar kecil ini juga sudah menjadi milikmu. Ini sudah malam, tidurlah!” suruh Zafar sambil mematikan lampu kamarnya.Pagi hari Zafar bangun lebih awal dari Tia. Dia berjalan keluar dari kamarnya dengan hati-hati supaya Tia tidak terbangun. Laki-laki itu tahu Tia tidur sudah lewat tengah malam, jika dia harus bangun pagi pasti dia akan lebih sakit karena kurang tidur.“Zafar,” panggil Jahama. “Duduklah,” suruhnya supaya laki-laki itu duduk di sampingnya."Assalamualaikum," sapa Zafar memberikan salam."Waalaikumussalam," jawab Jahama dan Kamal.Zafar hanya menuruti permintaan ibunya untuk duduk disampingnya. Jahama lalu memanggil adik Zafar supaya membuatkan teh juga untuk putranya itu.“Sekarang jelaskan padaku, bagaimana kau bisa membawanya ke rumah ini?” tanya Jahama bemaksud membahas pernikahannya dengan Tia.“Ibu, aku menikahi Tia. Tentu saja aku membawanya ke rumah ini, kemana aku akan membawanya ibu?” tanya Zafar balik.“Zafar aku tidak bodoh, ibumu ini juga tahu kau menikahinya makanya kau membawa dia kemari, tapi kenapa kau tiba-tiba menikah dengannya ha? Apa kau sudah menghamilinya?” Jahama curiga pada Zafar dan bertanya dengan nada tinggi hingga membuat Kamal dan Zafar terkejut.“Jahama, bicaralah dengan baik! Kalau kau tidak mengetahuinya maka kau tidak boleh mencurigainya dengan buruk seperti ini,” ucap Kamal menasehati istrinya.Jahama hanya diam dan mengabaikan apa yang Kamal ucapkan. “Pernikahan Zafar dan Tia sudah terjadi, sekarang terima Tia sebagai menantumu dan kau tidak perlu bertanya yang aneh-aneh lagi. Doakan saja supaya pernikahan anakmu mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangganya,” tutur Kamal lagi.Dia tidak ingin Jahama terus membahas sesuatu yang tidak perlu dibahas. Menurutnya, Zafar menikah dengan Tia entah karena apapun, yang pasti sekarang pernikahan mereka sudah sah terjadi tanpa ada kesalahan seperti yang Jahama tuduhkan.“Aku hanya bertanya Kamal, lagipula kenapa dia membawa gadis itu dengan keadaan yang menyedihkan?” tanya Jahama lagi karena menurutnya ada sesuatu yang tidak beres namun Kamal tidak ingin menceritakan yang sebenarnya padanya.“Tidak ada pengantin dengan wajah penuh lebam dan luka seperti itu. Menikahpun secara tiba-tiba, bagaimana aku tidak curiga?” Jahama terus menggerutu dan dia tidak suka pada kehadiran Tia. Tiba-tiba Zaniraa datang dengan teh hangat di tangannya dan memberikannya pada Zafar.“Terimakasih Zanira,” ucap Zafar.“Kakak, apa kakak ipar belum bangun? Kenapa dia tidak keluar dan berkumpul bersama kita?” tanya Zanira yang ikut duduk bersama.“Tidak Zaniraa, Tia pasti sangat kelelahan, lagipula malam tadi dia tidur lewat tengah malam, biarkan dia istirahat dulu sampai dia sembuh,” jelas Zafar.“Baiklah aku mengerti, tapi kenapa kau tidak mematikan lampu kamarmu? Biasanya kau mematikannya?” tanya Zanira lagi karena hal itu tidak biasa dilakukan oleh Zafar.“Tia tidak bisa tidur tanpa lampu, dia takut kegelapan jadi aku tidak mematikannya.”Mendengar penjelasan dari Zafar membuat Jahama terkejut namun dia tidak bicara. Jahama merasa sangat kesal dengan Tia, hari sudah pagi tapi belum bangun juga lalu Zafar malah membelanya dan membiarkan wanita itu tidur.Dia juga tidak mematikan lampunya dan Jahama pikir biaya listrik akan bertambah jika terus seperti ini. Sedangkan uang yang dia miliki saja serba pas-pasan.“Baru datang saja sudah menyebalkan,” keluh Jahama dengan lirih karena merasa kesal.Hari ini Zafar harus menemui temannya untuk menanyakan apakah dirinya bisa mendapatkan pekerjaan atau tidak. Sudah seharusnya Zafar bekerja lagi setelah dipecat dari rumah Tia.“Zaniraa,” panggil Zafar saat gadis itu sedang mencuci piring di dapur.“Iya kak.”“Aku harus pergi menanyakan pekerjaanku, Tia belum bangun. Sebelum kau berangkat ke kampus tolong kau buatkan makanan untuknya ya! Antarkan ke kamar dan tanyakan apa dia membutuhkan sesuatu,” pinta Zafar pada adiknya.“Baiklah Kak akan aku lakukan.”“Terimakasih,” ucapnya sambil tersenyum.Untung saja ada Zaniraa yang bisa ia mintai pertolongan. Zafar tidak mungkin memina tolong pada ibunya karena pasti dia tidak suka dan nanti malah kesal dengan Tia, jadi laki-laki itu meminta bantuan dari adiknya.Zanira melakukan apa yang Zafar minta. Dia membuatkan sarapan untuk Tia dan membawanya ke kamar. Jahama yang melihat Zanira membawa makanan itu pun penasaran dengannya dan bertanya “untuk apa kau membawa makanan itu Zanira?”“Ibu, kak Zafar memintaku untuk membuatkan sarapan untuk kakak ipar, jadi aku akan mengantarkannya ke kamarnya,” jawabnya.Jahama lagi-lagi tidak suka mendengar itu. Dia pikir Zafar benar-benar keterlaluan karena sudah meminta Zanira melayani Tia seperti seorang Tuan puteri.Jahama semakin ingin marah saja dengan Tia dan berpikir akan memberikan pelajaran pada perempuan itu jika terus membuatnya kesal."Dasar perempuan pemalas, huh."Kali ini Jahamaa masih memakluminya karena Tia baru saja datang ke rumahnya. Lagipula Kamal sepertinya tidak mempermasalahkan pernikahan Zafar dan merestuinya begitu saja. Jahama tidak boleh memperlihatkan ketidaksukaannya pada Tia jika dia tidak ingin suaminya memarahinya.Hampir siang hari Tia baru membuka matanya yang terasa berat. Dia lalu melihat sekelilingnya yang terasa berbeda dan perempuan itu baru menyadari bahwa kini dirinya sudah tidak tinggal di rumahnya lagi.Perempuan itu teringat pada Zafar lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar ini namun dia sudah tidak menemukan laki-laki itu lagi. "Kemana dia pergi?" tanya Tia pada dirinya sendiri.Dia enggan bergerak sedikitpun dari tempat tidurnya. Tia hanya terduduk sambil memeluk kakinya. Pikirannya pun melayang pada ayahnya, setiap hari Tia selalu bisa melihat laki-laki yang ia sayangi selama ini, tapi sekarang ayahnya sudah tidak percaya lagi padanya dan tidak ingin melihatnya lagi."Tidak, ketidakadilan ini hanya sementara Tia. Mereka boleh mengambil apapun dariku saat ini, tapi lihat! Aku akan mengambilnya lagi suatu saat nanti," tuturnya menyemangati dirinya.Tanpa ia sadari sudah banyak air mata yang lolos dari mata indahnya. Sekarang dia merasa sendiri dan tidak memiliki siapapun lagi. Tubuhnya bergetar menahan tangis pilunya. Tia juga merasa benci pada Zafar karena saat itu dia menyelamatkannya dan sekarang menikahinya. Tia melepas paksa perban yang menutupi semua lukanya, dia pikir tidak akan memikirkan luka itu. Dia juga merasa menyesal telah membiarkan Zafar mengobatinya malam tadi. Tia hanya mengabiskan waktunya dengan menangis saat ini."Aku harus pergi dari sini, mencari ibuku dan membalaskan semuanya. Akan aku pastikan kemenangan mereka hanya sementara dan aku akan membalasnya," ujar Tia mencoba mengumpulkan kekuatan dirinya.Hingga sore hari, tiba-tiba dia mendengar suara keributan di ruang tamu, seperti ada orang yang sedang marah namun Tia tidak tahu apa yang terjadi.“Dimana wanita itu?” tanya seseorang yang suaranya tidak asing di telinga Tia.Bersambung."Dimana Wanita itu?"Benar saja, sumber penyebab suara keributan di rumah Zafar adalah Izora yang datang dengan puncak kemarahannya ingin bertemu dengan Tia."Hei, siapa yang kau maksud ha? Kau memasuki rumah orang lain seperti seorang penjahat. Siapa yang kau cari?" tanya Jahama dengan emosi juga.Izora masuk ke rumah Zafar dengan membawa beberapa orang laki-laki yang akan membantunya. Orang-orang itu memeriksa setiap inci rumah Zafar karena tidak menemukan Tia."Katakan dimana kau menyembunyikan wanita itu?" tanya Izora pada Jahama."Wanita siapa?" tanya Jahama masih tidak mengerti, lalu ia pun berpikir sejenak. "Ah iyaaa, dia ada di kamarnya," ucap Jahama akhirnya menyadari siapa yang Izora maksud."Bicaralah yang benar, aku bukan Tuhan yang maha tahu segalanya." Jahama benar-benar kesal dengan tingkah perempuan itu. Izora tidak peduli lalu mencari Tia dan berjanji akan mendapatkan wanita itu dengan kemarahannya."Tiaa, keluar kau penjahat," teriak Izora dengan seluruh kemarahanny
"Apa kau ingin aku menghajarmu juga?” tanya Zafar lagi sambil melihat Izora yang mulai panik.“Setelah ini, baik kau maupun ibumu jangan pernah menyentuh Tia sedikitpun, jika kau berani menyentuhnya maka kau akan berhadapan denganku,” tegas Zafar memperingatkan Izora.Perempuan itu terpaksa harus meninggalkan Zafar dan tidak jadi membawa Tia.Setelah Izora pergi Zafar lalu mendekati Tia yang terduduk lemah. Lagi-lagi dia harus terluka dan menerima sikap buruk dari saudara tirinya.Bahkan kekerasan itu harus terjadi di rumah Zafar, sebagai seorang suami dia merasa gagal menjaga Tia. Mulai saat ini Zafar bertekad akan menjaga Tia dengan lebih baik lagi.“Tia,” panggilnya dengan lembut.Ingin rasanya Zafar mendekap wanita itu dan mengatakan padanya bahwa setelah ini tidak akan ada orang yang akan berbuat seperti ini lagi padanya.Laki-laki itu melihat wajah sendu Tia, perban yang menutupi luka Tia di keningnya pun saat ini sudah tidak ada, dia pikir semua ini karena Izora, gadis itu bahk
Hari ini Zafar mencoba membuat makanan sendiri di dapur. Zanira belum pulang dari kampus, sedangkan dia tidak ingin merepotkan ibunya. Tanpa sengaja Zafar menjatuhkan panci di dapur dan membuat Jahama terkejut mendengarnya.Perempuan itu lalu menuju ke dapur dan melihat Zafar di sana."Apa yang kau lakukan di sini Zafar?" Tanya Jahama."Emm, ibu, sebenarnya aku sangat lapar. Aku ingin membuat makanan–""Oh ya ampun, kenapa kau tidak meminta perempuan yang katanya adalah istrimu itu untuk membuatnya? Kenapa kau melakukan ini sendiri Zafar?" tanya Jahama merasa kesal pada Zafar dan tentu saja pada Tia.Jahama pikir Tia benar-benar pemalas dan tidak bisa melayani suaminya dengan baik."Ibu, aku bisa membuatnya sendiri," kata Zafar membela diri."Bagaimana kau akan membuatnya kalau kau saja menjatuhkan panci tidak bersalah ini? Pergilah, biar aku yang memasaknya untukmu," kata Jahama mengusir Zafar dari dapur."Ayo pergilah, bicaralah pada ayahmu di depan," pinta Jahamaa lagi.Zafar pun
“Zanira,” panggil Zafar sambil mengetuk pintu kamar perempuan itu dan masuk."Assalamualaikum.""Waalaikumussalam. Ada apa Kak?”Zafar pun lalu duduk di tepi ranjang adik kesayangannya itu sambil tersenyum.“Bagaimana kuliahmu? Apa semua berjalan dengan baik?” Zafar mencoba basa basi dengan Zanira adiknya.“Tentu saja, ada banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan dan sebenarnya aku hampir gila karena itu.”“Hahahaha, apa yang kau katakan? Kau adalah calon seorang dokter, bagaimana kau akan mengeluh seperti ini?”Zanira lalu terdiam, dia duduk di kursi belajarnya sambil memandangi semua buku-buku tebal miliknya. Gadis itu hanya memikirkan bagaimana dirinya akan melanjutkan pendidikannya sekarang? Zafar sudah kehilangan pekerjaanya dan sekarang dia juga harus bertanggung jawab pada istrinya. Sebenarnya Zafar dan Zanira masih memiliki satu orang saudara lagi, namanya adalah Tarfan. Sayangnya laki-laki itu tidak tinggal di rumah ini. Tarfan memilih untuk menikmati hidupnya di luar kota
"Katakan pada adikmu tidak perlu mengasihaniku juga."Zafar sudah tidak heran dengan penolakan Tia, dia hampir setiap saat selalu mendengarkan itu dan sekarang sudah tidak kaget lagi."Zanira tidak mengasihanimu Tia, dia hanya meminjamkan ini untukmu. Setelah aku mendapatkan pekerjaan nanti, aku akan membelikan pakaian untukmu," ucap Zafar menjelaskan."Apapun alasannya, aku menolak menerima itu darinya." Tia tetap menolaknya dengan keras kepala.Zafar hanya bisa menghela nafas pelan. "Kau boleh marah pada hidupmu Tia, tapi Zanira tidak bersalah, dia tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini darimu. Sekarang gantilah bajumu dan hargai orang yang masih peduli padamu," kata Zafar sambil meletakkan pakaian milik Zanira di samping Tia. Zafar lalu memandangi Tia. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. "Cobalah untuk mengerti Tia, aku sudah mencabut laporanku pada polisi dan membuat ibu serta saudara tirimu itu berjanji tidak akan berbuat kekerasan lagi padamu. Kau harus melupakan
Tia menunggu Zafar pulang hingga larut malam. Dia tidak habis pikir kemana Zafar pergi dan tidak kembali bahkan ini sudah sangat malam.Meskipun Tia sudah merasa lelah menunggunya, dia tetap akan menunggu hingga laki-laki itu kembali.Sampai akhirnya, Zafar kembali dan membuka pintu kamarnya dengan hati-hati. Tia lalu bersemangat untuk bicara padanya."Tia," panggil Zafar begitu melihat wanita yang ia cintai itu belum tertidur."Kenapa kau belum tidur juga?" tanyanya."Aku menunggumu Zafar."Ada sedikit rasa senang dan membuat hati Zafar sedikit berbunga bunga mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Tia. Ia merasa seakan-akan kata-kata itu merefleksikan Tia yang mencintainya dan menunggu dirinya sebagai suaminya."Tia kau tidak perlu menungguku, ini sudah larut malam, harusnya kau tidur lebih awal.""Aku memang tidak perlu menunggumu Zafar. Tapi aku perlu bicara hal penting padamu," tegas Tia tidak ingin membuat Zafar berharap padanya.Seketika rasa sedikit senang yang hinggap di ha
"Siapa yang menyuruhmu untuk menyentuhku? Atau siapa yang memberimu izin untuk melakukan itu Zafar?" "Hanya karena aku memberimu kesempatan untuk mengobatiku waktu itu, bukan berarti sekarang kau bebas untuk menyentuh diriku," tegas Tia lagi.Dia merasa Zafar sudah melewati batasannya dan merendahkan dirinya."Tia, aku hanya tidak ingin kau tidur dalam keadaan seperti itu. Kau pasti akan sakit dan-""Bahkan kau sampai harus mengatur posisi tidurku Zafar? Apa yang kau pikirkan? Apa kau merasa telah memiliki diriku sepenuhnya dan dapat mengatur semua hidupku?""Jangan salah paham Tia, jika kau terus tidur dalam keadaan salah tubuhmu pasti akan sakit semua.""Apakah sebuah kenyamanan itu adalah kesalahan? Seperti apapun posisi tidurku jika aku merasa nyaman dengan itu, kenapa kau harus mengaturku?"Zafar hanya terdiam lemah mendengar itu. Andai saja Tia bukan wanita yang ia cintai dia tidak akan menanggapinya dan mengalah dalam menghadapinya."Kau tidak tahu Zafar. Saat aku tidur dengan
"Jahama, sudah hentikan. Kau memang benar-benar tidak tahu malu dengan mengatakan semua itu," tutur Kamal memarahi istrinya.Kamal sudah lelah mengingatkan Jahama, namun wanita itu selalu saja mengulanginya. "Zanira, kau hubungi dokter untuk datang kemari," suruh Kamal pada Zanira. Perempuan itu segera menurut apa yang ayahkan katakan.Zafar masih sangat khawatir pada Tia, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi apa-apa pada Tia.Tidak lama kemudian dokter yang dipanggil pun datang. Jahama masih tidak suka dengan semua ini.Dia sibuk membereskan dapur dan tidak ingin mengetahui apa yang terjadi."Jahama, kenapa kau bersikap seperti ini?" tanya kamal mencoba bicara baik-baik pada istrinya.Perempuan itu menghentikan pekerjaannya dan menatap suaminya."Harusnya aku yang bertanya padamu kenapa kau juga ikut membelanya? Dan tidak peduli pada kondisi kita.""Karena dia adalah menantu kita Jahama-""Kita kau bilang? Aku tidak menerima jenis menantu yang seperti itu, wa