Tidak ada yang Melarang

Melvin memutar bola matanya, gesturnya penuh dengan rasa frustrasi yang tertahan. Akhirnya, ia menghela napas panjang, menyerah pada kenyataan yang tak bisa ia lawan.

Dengan langkah berat namun penuh gaya khas Melvin, ia keluar dari ruangan kakaknya, meninggalkan suasana yang masih dipenuhi aroma otoritas Bayu.

Namun, rasa penasaran itu menari-nari di benak Melvin, seperti nyala api kecil yang terus berkedip, menolak padam sebelum menemukan jawabannya.

Tatapan pria muda itu tertuju pada seorang wanita dengan blouse sederhana, namun tampak memancarkan keanggunan alami.

Ia belum tahu namanya, tapi entah mengapa, kehadirannya membuat dunia di sekitar wanita itu terasa melambat.

Melvin akhirnya beranjak dari tempatnya, lalu menghampiri Rafi, yang sedang asyik memeriksa dokumen.

Ia duduk di samping pria itu, menampilkan senyum kecil yang tampak penuh rencana. “Pak Rafi?” panggilnya dengan nada yang sengaja dibuat santai.

Rafi menoleh cepat, nada suaranya tetap sopan seperti biasanya. “Iya,