Share

BAB 2

Penulis: Anita26
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-14 14:48:05

"Aku tidak tahu, apakah perbuatanku ini melanggar hukum atau tidak. Tapi setidaknya, sebagai sesama manusia, kita harus saling bantu, kan?" ucap Dhani tersenyum ke arah Sylvi.

Sylvi tak mengerti arti ucapan penjaga itu. Dia hanya diam terpaku menatap wajah Dhani yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Apa yang akan kau lakukan?" Teriak rekan Dhani sambil terus mengemudi. Dia khawatir Dhani akan melakukan hal gila hanya karena simpati dengan nasib Sylvi

"Apa yang kau pikirkan? Apa kau kira aku akan membantunya melarikan diri?" ujar Dhani balik bertanya.

"Lalu, lalu apa?" Tanya rekannya gugup. Dia tahu Dhani adalah seorang teman yang baik dan suka membantu rekan satu profesi nya. Tapi untuk seorang terdakwa, apa yang hendak dia lakukan? pikir penjaga itu dengan jantung berdebar.

Dhani mengeluarkan ponsel dari saku bajunya dan menyodorkannya ke arah Sylvi melalui lubang di bawah jeruji besi.

"Hubungi siapa saja yang ingin kau hubungi. Mungkin, di saat-saat terakhir ini ada keajaiban yang datang menghampirimu," ujar Dhani tegas.

Pemuda berusia tiga puluh tahun itu berkulit coklat terang dan bertubuh atletis. Tatapan mata teduhnya menghipnotis Sylvi untuk segera meraih ponsel yang Dhani sodorkan.

Tanpa pikir panjang, Sylvi mencoba menghubungi paman dan bibinya. Tidak ada salahnya aku mencoba sekali lagi, siapa tahu mereka mau membantuku kali ini, pikir Sylvi mantap.

Suara panggilan telepon terdengar berkali-kali namun tak tersambung. Sylvi terus mencoba hingga akhirnya terdengar suara pamannya di seberang telepon.

"Halo, siapa ini?" Suara berat Om Stevan terdengar kesal.

"Om Stevan, tolong bantu aku. Aku gak tahu harus berbuat apalagi," ujarnya lirih di telepon.

"Sylvi???" Tanya Stevan di ujung sana.

"Iya Om. Ini aku, Sylvi, Om Stevan aku..."

"Sylvi, Om sudah membantu kamu melakukan investigasi di perusahaan kamu. Dan kamu sendiri sudah tahu, tidak ada satu orangpun yang sudah menyalahgunakan tanda tangan dan juga stempel perusahaan kamu. Dan Om sudah kehabisan banyak uang untuk melakukan itu. Sekarang, kamu hadapi saja sendiri kasus itu," sahut Stevan di ujung telepon. Dia bahkan tak mendengarkan penjelasan Sylvi terlebih dahulu.

"Bukan itu om, ini soal kasus yang lain, aku dijatuhi hukuman penjara dan tidak memiliki uang lagi untuk membayar pengacara, apa Om Steven bisa..."

"Jangan minta bantuan apa-apa lagi padaku, Sylvi. Aku sudah terlalu pusing dengan urusanku sendiri. Sekarang kau mau menambah sakit kepalaku dengan semua kasus mu? Kau yang berbuat, maka kau juga yang harus bertanggung jawab!" kesal Stevan.

"Ya, tapi Om..."

Tut Tut Tut

Panggilan terputus tiba-tiba dan membuat Sylvi tercengang.

"Om Stevan...." Suara lirih Sylvi terdengar memilukan.

Dhani dan rekannya menghempaskan nafas kasar. Meski mereka tak bisa mendengarkan suara di sebrang telepon, tapi mereka bisa mendengar dengan sangat jelas suara Sylvi yang tak diberi kesempatan oleh orang yang sedang dihubunginya.

Tak kehabisan akal, Sylvi segera menghubungi nomor lainnya yang selama ini selalu dibantunya.

Beruntung Sylvi memiliki daya ingat yang tinggi hingga dia bisa mengingat semua nomor telepon penting di ponselnya dulu. Kini ponsel itu disita dan dia tidak diperbolehkan menggunakannya lagi karena sudah dijadikan terdakwa dalam kasus kecelakaan itu.

"Tante Marina, aku Sylvi, apa bisa aku minta tolong?" ucap Sylvi tercekat di ujung kalimatnya saat telepon itu tersambung.

"Sylvi, tante tahu kamu lagi kesulitan. Tapi kamu juga tahu kan, jika kamu gak membantu perekonomian keluarga tante setiap bulan mana bisa kami semua makan enak setiap hari? Kamu malah mau minjem duit buat bayar pengacara? Kami gak punya uang!" bentak tante Marina, adik almarhum papa nya. Marina sudah mendengar kasus yang menimpa keponakannya itu saat beberapa orang tetangganya bergunjing setelah menonton berita kriminal di televisi.

"Tante jangan salah paham, aku hanya..."

"Urus sendiri urusanmu. Kau ini perempuan yang terlalu banyak masalah. Aku malu menjadi tante mu!" bentak Marina yang langsung mematikan telepon.

Kali ini Sylvi benar-benar hampir menyerah dengan mata berkaca-kaca. Sekuat tenaga dia menahan airmata yang hendak tumpah dari sumbernya.

Randy, rekan Dhani yang sedang mengemudi hampir saja menerobos lampu merah karena fokus mendengarkan Sylvi berbicara di telepon.

Randy menginjak rem dengan mendadak hingga membuat Dhani dan Sylvi terhuyung ke depan. Untung saja seatbelt menahan tubuh mereka agar tidak terpental. Tatapan tajam Dhani ke arah Randy pun tak dihiraukan oleh pria bertubuh besar itu.

Sylvi menggapai jeruji besi yang terpasang di samping pintu untuk berpegangan dan menengok ke arah kiri kendaraan itu. Gadis itu pun tak sengaja beradu pandang dengan seorang pria yang tengah duduk di bangku belakang sebuah mobil limousine yang menatapnya dengan dingin.

Tatapan tajam pria itu membuatnya bergidik dan membuatnya buru-buru menyandarkan tubuh di sandaran kursi dengan mata terpejam.

Ketika itu, dia teringat dengan Hani. Hani adalah sahabatnya yang pernah dia bantu dan sekarang sudah sukses menjalankan usaha katering bersama suaminya. Dia pasti mau membantuku, batin Sylvi.

"Halo Hani, ini aku Sylvi..."

"Wahai Ibu Presdir yang terhormat, kemana saja kau selama ini? Sibuk dengan perusahaan mu ya? Saat susah begini baru menghubungi kami? Hahaha... Kamu pikir bantuan mu saat itu sangat besar ya saat usaha kami terpuruk? Dua miliar itu hanya uang kecil bagi kami sekarang, tapi kami gak sudi meminjamkannya padamu mengingat perlakuan Ibumu dulu pada kami. Cuih!" umpat Hani, sahabat karibnya.

"Hani, aku tidak meminta kamu mengembalikan uang itu. Aku hanya ingin meminjam sedikit uang darimu. Aku belum pernah meminta bantuan apa-apa, kan? Tolong bantu aku sekali ini saja," sahut Sylvi memohon.

Ya, memang dulu saat Ibunya masih hidup dua tahun yang lalu, beliau melarang Sylvi untuk memberi bantuan sebesar dua miliar pada Hani. Ibunya menilai Hani bukanlah orang yang tulus dan memarahi Hani dan suaminya yang saat itu sedang memohon pada Sylvi untuk meminta bantuan.

"Hahahaa... Aku tidak peduli. Aku tidak akan membantumu, Sylvi. Kecuali jika Ibumu yang sudah mati itu meminta maaf di kakiku," sahut Hani sinis.

"Ya ampun, Hani. Jaga ucapanmu. Ibuku tidak berbuat salah padamu," hardik Sylvi marah.

"Kau lupa dia memarahi aku dan suamiku dulu?" Teriak Hani kesal.

"Iya, tapi aku tetap memberikan uang dua miliar itu padamu, kan? Aku tetap membantumu meski Ibu melarangku," sahut Sylvi.

"Dan aku membenci ibumu sampai sekarang. Kau harus tahu itu!" hardik Hani histeris.

"Ternyata Ibuku benar menilaimu. Kau bukan orang yang tulus berteman denganku, Hani," ujar Sylvi lirih.

"Aku tidak peduli dengan penilaian ibumu itu. Jangan pernah hubungi aku lagi," teriak Hani dan sambungan telepon langsung terputus.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 50 Pernikahan Batal

    Sesampainya di rumah, Sylvi langsung masuk ke kamarnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah Mery yang tersenyum saat membuka pintu.Begitu juga dengan Kyle yang langsung naik ke lantai dua dan menutup pintu kamarnya dengan keras.Mery bergegas menutup pintu setelah terperangah beberapa saat. Sedikit berlari, wanita paruh baya itu menuju ke kamar Sylvi dan mengetuk pintu."Masuk," sahut Sylvi dari dalam kamar dan sudah menduga siapa yang mengetuk pintu kamarnya."Ada apa? Apa kalian bertengkar?" Tanya Mery lembut sambil duduk di samping Sylvi di tepi ranjang."Aku menghabiskan uang 300 juta dan dia menyuruhku membuang semuanya karena itu semua barang murahan, katanya," sungut Sylvi dengan wajah cemberut."Memangnya, berapa banyak belanjaanmu dengan harga 300 juta itu?" Tanya Mery lagi."Banyak. sepuluh set pakaian kerja, tiga pasang sepatu, alat-alat make-up dan sebotol parfum," sahut Sylvi masih kesal."Hihihhii...." Mery terkikik geli mendengar jawaban Sylvi yang polos."Kok Bu Mery mal

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 49 Diluar Ekspektasi

    "Pak Kahar langsung kembali ke rumah aja, ya," ujar Sylvi sebelum turun dari mobil saat mobil yang dikendarai Kahar itu berhenti di Lobby perusahaan Knight World. "Ee..tapi..." Kahar tak mampu menyelesaikan kalimatnya saat melihat Sylvi sudah menutup pintu dan berlari masuk ke gedung perkantoran mewah itu.Petugas keamanan merangkap supir itu hanya menghela nafas ringan menatap ke arah Sylvi yang terus berlari dengan baju kerja yang baru digantinya di kamar pas pusat perbelanjaan tadi.Setelah memastikan gadis itu masuk ke dalam gedung dengan aman, Kahar mengeluarkan ponsel dari kantong celananya lalu menulis sebuah pesan teks.Tok Tok TokSekretaris CEO mengetuk pintu ruangan Kyle yang sedang mendiskusikan beberapa pekerjaan dengan Bobby."Mr. Kyle, nona Sylvi datang untuk menemui anda," ujarnya setelah mengetuk pintu."Masuk," sahut Bobby yang tahu perihal kedatangan gadis itu.Pintu terbuka dan menampakkan sosok seorang gadis muda yang semakin hari terlihat semakin cantik di mata

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 48

    Pagi ini, suasana sarapan di meja makan lebih hangat dari sebelumnya.Mery sibuk menyiapkan dua mangkuk sup ayam yang masih panas ke atas meja. Sylvi membuatkan kopi untuk Kyle. Sementara sang Tuan Muda hanya diam memperhatikan kesibukan dua wanita beda generasi itu."Silahkan di makan, Tuan Muda," ucap Mery sambil meletakkan mangkuk sup di depan Kyle."Ini kopinya," ucap Sylvi pula. Gadis itu ikut duduk di kursi dan memulai sarapannya. "Bu Mery, sup ayamnya enak sekali," puji Sylvi setelah menyesap satu sendok sup panas itu perlahan-lahan.Mery tersenyum mendengar pujian itu. Tapi yang membuatnya lebih bahagia adalah saat melihat wajah bahagia gadis yang sudah seperti anaknya sendiri itu.Setelah sarapan nanti, aku akan berikan buku tabunganku pada Sylvi, agar dia bisa membeli pakaian kerja yang baru, pikir Mery masih tersenyum. Sylvi bangkit dari tempat duduk setelah menghabiskan sarapannya."Aku berangkat ya, Bu Mery, K-Kyle," ujarnya sedikit gugup saat menyebut nama Kyle."Kau m

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 47

    Anugrah Sejati, perusahaan properti milik Sylvi Anugrah itu tetap berjalan seperti biasa selama gadis itu berada di dalam rumah tahanan. Tentu saja dibawah kendali James Singgih yang telah merebut perusahaan itu dengan cara licik. Tanpa bukti, tentu saja Sylvi tidak bisa menggugat dan membuktikan kecurangan yang telah dilakukan si singkong rebus basi itu. "Aku harus bisa menemukan siapa penghianat dalam perusahaanku. Tekadku sudah bulat, siapapun yang telah mencuri atau memalsukan tanda tangan dan stempel perusahaan Anugrah Sejati akan di seret ke meja hijau," ucap Sylvi mantap.Tatapan mata lembut yang biasa terpancar dari mata kecilnya itu, kini tampak berapi-api dan penuh semangat.Ya, Aku harus bangkit dari segala keterpurukanku selama ini. Tawaran Kyle adalah satu-satunya jalan tercepat untuk mewujudkan semua itu, pikirnya."Tapi kan butuh waktu yang tidak sebentar, Vi," ucap Bobby ragu."Tentu saja. Sesuai janji Tuan Muda Kyle, setelah satu tahun perusahaan Anugrah Sejati akan

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 46 Aku Terima Tawaranmu

    Tepat jam tujuh malam, Mery sudah menyiapkan hidangan makan malam di atas meja makan. Kyle dan Sylvi duduk bersebrangan di meja makan berukuran besar itu.Tak ada pembicaraan selain suara denting sendok dan piring yang saling bercengkrama selama hampir tiga puluh menit lamanya.Mery memperhatikan mereka berdua dari balik kulkas besar yang terletak di samping kitchen set di dapur."Kenapa mereka berdua diam saja? Memang Tuan Muda tidak suka bicara saat sedang makan, tapi kenapa wajahnya seperti sedang marah besar? Wajah Sylvi juga aneh, tidak biasanya dia cemberut seperti itu. Dari tadi siang dia bahkan tidak bicara sepatah kata pun padaku," gumam Mery dalam hatinya."Apa kau sudah memikirkan ucapanku tadi?" Tanya Kyle tiba-tiba setelah dia menghabiskan makan malamnya.Sylvi yang sejak tadi berusaha mengunyah makanan langsung menghentikan kegiatannya. Tenggorokannya terasa pahit dan lidahnya kelu. Dia mendadak jadi pendiam semenjak bertemu Kyle di kantornya tadi.Lima menit tanpa jawab

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 45

    Sepanjang perjalanan pulang, Sylvi bungkam tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir mungilnya.Mery dan Kahar ternyata menunggunya di tempat parkir sedari tadi. Setelah mendapat pesan dari Bobby, Kahar bergegas mengemudikan kendaraannya dan menghampiri gadis itu tepat di depan lobby perusahaan Knight World itu.Sylvi yang tergesa-gesa meninggalkan perusahaan itu karena kesal dengan tawaran Kyle, baru menyadari bahwa mobil yang dikendarai Kahar sudah berada tepat di hadapannya.Bahkan Mery yang menyapanya saat gadis itu masuk ke dalam mobil tak dihiraukan nya sedikitpun pun."Apa yang dia maksud? Kenapa aku harus menikah dengannya agar perusahaan itu kembali menjadi milikku? Aku bahkan sempat lupa bahwa aku pernah memiliki perusahaan property yang ku bangun dengan jerih payah sendiri selama lima tahun.""Awalnya dia bilang aku harus membayar 700 miliar untuk menembus perusahaan itu. Tapi pada akhirnya, dia malah menawarkan untuk menikah dengannya dengan kompensasi selama satu tahun per

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status