Share

BAB 5

Author: Anita26
last update Last Updated: 2024-02-14 14:48:53

Dua minggu berlalu tanpa harapan. Harapan Sylvi untuk mendapat bantuan hukum. Seorang penjaga wanita membangunkan nya yang hampir pingsan setelah dijadikan samsak hidup oleh tujuh wanita begundal .

"Tahanan 1234, ada tamu," teriak penjaga wanita itu.

"Tamu?" tanya Sylvi lirih. Secercah harapan timbul dibenaknya.

Gadis bertubuh kurus itu tiba-tiba duduk dengan wajah berseri-seri, di balik luka lebamnya.

"Apakah itu William? Atau Om Stevan? Mungkin juga Tante Marina, atau Hani yang berubah pikiran?" gumamnya dalam hati.

"Namanya James Singgih," ujar penjaga wanita itu.

Sylvi langsung terkulai lemas. Mau apa lagi singkong rebus basi itu menemuiku? Apa dia mau menertawakanku? geramnya kesal.

Sylvi masih ingat pertemuan terakhirnya dengan James Singgih yang menyebalkan itu, tiga bulan yang lalu.

"Presdir, ada tamu penting yang ingin bertemu denganmu," ujar Diana Pinkan, sekretaris Sylvi.

"Siapa?" Tanya Sylvi sambil terus menatap laporan keuangan yang baru saja diserahkan Diana beberapa jam yang lalu.

Johan Waluyo, manajer keuangan yang baru bekerja di perusahaan itu selama tiga bulan, menitipkan laporan itu pada Diana. Pagi ini Sylvi datang terlambat ke kantor karena mobil yang biasa dia gunakan tiba-tiba rusak di tengah jalan dan dia harus membawa mobilnya ke bengkel langganannya setelah menghubungi mobil derek.

"Bapak James Singgih dari perusahaan properti Indah Perkasa," sahut Diana.

"Mau apalagi dia?" Tanya Sylvi geram saat mendengar nama itu.

James Singgih adalah pemilik perusahaan properti saingannya. James selalu saja mencoba untuk merebut semua proyek yang berhasil Sylvi dapatkan melalui persaingan yang adil. Tapi dia juga lah yang selalu merasa tidak mendapatkan keadilan karena dia tak berhasil mendapatkan tender yang Sylvi miliki.

James pria hidung belang itu selalu mengancam dengan alasan kedekatannya dengan para pejabat akan menghancurkan perusahaan Sylvi cepat atau lambat.

Sungguh muak melihat wajahnya yang munafik itu. Terlebih lagi saat dia tersenyum mesum, Menjijikkan.

"Aku sibuk dan tidak ada waktu bertemu dengannya," ujar Sylvi ketus.

"Baik, Presdir" sahut Diana dan berbalik menuju meja kerjanya hendak memberitahu resepsionis untuk menolak kedatangan si James mesum itu.

Belum sempat Diana berbicara di telepon, lelaki bertubuh tambun dengan perut buncit itu sudah ada di depan ruangan Sylvi dan masuk begitu saja tanpa Permisi.

Lima orang pengawal di belakangnya sedang menahan petugas keamanan perusahaan yang berusaha menghalangi mereka.

"Hahahaha.... Presdir Sylvi Anugrah, lama tak bertemu denganmu."

Suara beratnya itu sungguh memekakkan telinga dan membuat mood Sylvi makin hancur berantakan.

Laporan keuangan tahunan yang gak sinkron, mobil rusak saat di perjalanan, sekarang ditambah lagi dengan kehadiran singkong rebus basi yang merusak aroma penciuman.

Entah wewangian apa yang dipakai laki-laki itu, aromanya seperti bau singkong rebus yang sudah basi di hidung Sylvi yang sensitif.

"Kurang ajar. Apa kamu gak pernah di ajarkan sopan santun saat di sekolah dulu?" bentaknya kesal.

"Makiiiiinn cantik kalo udah marah begitu. Aku suka. Aku suka. Hahahaha..." ujarnya tak tahu malu.

"Bajingan..." ucap Sylvi dengan nada suara tertahan.

"Duduk dulu. Kita bisa kan bicara baik-baik?" ujarnya sambil duduk di sofa di depan meja kerja dan tersenyum mesum. Menggelikan.

"Ini kantorku. Apa hak mu memerintah aku?" bentak Sylvi makin galak.

"Oh baiklah. Terserah kamu saja mau duduk atau berdiri. Yang terpenting, kau tetaplah wanita pujaan hatiku, nona Sylvi yang baik hati," ujarnya sarkas dan semakin membuat dada Sylvi sesak karena emosi.

Melihat wajah Sylvi yang sudah merah padam karena marah, dia buru-buru bicara.

"Oke. Langsung ke inti permasalahan saja ya. Perusahaan ini akan segera ku ambil alih dalam waktu 1 bulan," ucapnya sombong.

"Apa maksudmu?" bentak Sylvi keras.

James mengeluarkan sebuah amplop coklat berukuran besar dari tas kerjanya lalu mengeluarkan dua lembar kertas dari dalam amplop.

"Baca ini," ujarnya sambil meletakkan lembaran kertas itu di atas meja sofa.

Dari jarak yang tak terlalu jauh, Sylvi bisa melihat tanda tangan dan stempel perusahaannya di bagian bawah kertas itu.

Tampaknya surat itu seperti surat perjanjian dengan perusahaanku. Tapi perjanjian apa? Sejak kapan aku membuat surat perjanjian dengan orang mesum itu? pikir Sylvi mulai gusar.

"Ayo lihatlah. Jangan bertanya-tanya seperti itu donk, sayang," ujarnya santai.

Suaranya yang memuakkan membuat perut Sylvi mual seketika. Tapi rasa penasaran saat melihat stempel perusahaan membuatnya berjalan ke arah sofa dan mengambil lembaran kertas itu.

"Apa?" teriaknya sambil membelalakkan mata karena terkejut dengan isi surat perjanjian itu.

"Apa-apaan ini?" teriaknya lagi karena tak percaya dengan apa yang baru saja dia baca.

"Hahahahaa... Aku beri kamu waktu 1 bulan untuk mengosongkan perusahaan ini dan angkat kaki segera. Jika tidak, aku akan menuntut kamu ke pengadilan dan menjebloskanmu ke penjara," ujarnya menantang di iringi suara tawa menjijikkan yang masih terdengar bahkan saat dia sudah meninggalkan ruangan kerja Sylvi.

"Dianaaaa..." teriaknya memanggil Diana yang dari tadi tak berani masuk karena ada penjaga si singkong rebus basi itu.

"Ya, Presdir," ujar Diana sedikit gemetar.

"Lihat. Baca ini. Sejak kapan aku punya perjanjian seperti ini sama manusia biadab itu?" ujar Sylvi sambil menyodorkan beberapa lembar kertas padanya.

Diana meraih kertas itu dan ikut membelalakkan matanya. Dia pun tak percaya dengan apa yang tertulis di atas kertas itu.

"Bagaimana mungkin ada perjanjian seperti ini, Presdir?" ujarnya gugup. Tangannya bergetar hebat dan matanya berkaca-kaca.

Sylvi membuka laci meja kerjanya dan meraih kotak obat kecil disana. Beberapa butir obat sakit kepala sebelah ditenggak sambil meminum air putih yang sudah tersedia di atas meja.

Diana masih terpaku di tempatnya semula dengan kondisi sama seperti tadi.

Surat perjanjian yang baru saja diserahkan James itu berisi tentang pengalihan aset perusahaan Anugrah Sejati pada James jika saja hutang Sylvi padanya tidak dibayarkan selama 6 bulan. Dan perjanjian itu berakhir tepat hari ini.

Di lembar kertas berikutnya tertulis bahwa Sylvi berhutang pada James sebanyak 150 miliar padanya dalam bentuk uang Cash.

Uang Cash? 150 miliar? Apa mungkin?

Dan gilanya lagi, di atas dua lembar kertas itu tercantum tanda tangan Sylvi dan stempel perusahaan Anugrah Sejati.

"Gak mungkin. Gak mungkin terjadi. Aku tidak pernah berhutang apapun pada James apalagi sampai menandatangani surat itu. Itu pasti palsu," pikir Sylvi yang baru pulih dari keterkejutan dan mulai berpikir jernih sekarang.

Dia mengambil ponsel dan menghubungi James.

Beberapa panggilan tak tersambung. Sylvi bahkan makin panik sekarang.

"Bagaimana kalau surat itu memang asli? Dalam waktu 1 bulan, aku harus menyerahkan perusahaanku pada James?" teriaknya kesal.

Dasar singkong basi sialan, awas saja kau nanti.

Sylvi langsung menghubungi pengacara andalannya dan membuat janji temu dengannya sore nanti.

Setelah jam kerja usai, Sylvi buru-buru menemui pengacaranya di tempat yang sudah mereka sepakati.

"Surat ini asli. Dan biasanya, surat perjanjian seperti ini dibuat dua rangkap agar bisa dipegang masing-masing pihak," ujar William Neil, pengacara blasteran Jerman yang memiliki kewarganegaraan Indonesia.

Ucapannya membuat Sylvi membeku tak berdaya. Benar-benar di luar nurul. Sejak kapan aku menandatangani surat perjanjian seperti itu? pikirnya kesal.

"Tapi aku gak pernah punya hutang piutang sama dia, Will," ujarnya lirih.

"Apalagi pakai surat perjanjian gini," lanjut Sylvi dengan nada suara menahan tangis.

"Masalahnya adalah, bagaimana mungkin tanda tanganmu ada di atas surat perjanjian ini jika bukan kamu sendiri yang menandatangani nya? Bahkan ada stempel perusahaan segala," ujar William bingung.

"Apa ada orang dekat yang menjebakmu?" Tanya William lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 50 Pernikahan Batal

    Sesampainya di rumah, Sylvi langsung masuk ke kamarnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah Mery yang tersenyum saat membuka pintu.Begitu juga dengan Kyle yang langsung naik ke lantai dua dan menutup pintu kamarnya dengan keras.Mery bergegas menutup pintu setelah terperangah beberapa saat. Sedikit berlari, wanita paruh baya itu menuju ke kamar Sylvi dan mengetuk pintu."Masuk," sahut Sylvi dari dalam kamar dan sudah menduga siapa yang mengetuk pintu kamarnya."Ada apa? Apa kalian bertengkar?" Tanya Mery lembut sambil duduk di samping Sylvi di tepi ranjang."Aku menghabiskan uang 300 juta dan dia menyuruhku membuang semuanya karena itu semua barang murahan, katanya," sungut Sylvi dengan wajah cemberut."Memangnya, berapa banyak belanjaanmu dengan harga 300 juta itu?" Tanya Mery lagi."Banyak. sepuluh set pakaian kerja, tiga pasang sepatu, alat-alat make-up dan sebotol parfum," sahut Sylvi masih kesal."Hihihhii...." Mery terkikik geli mendengar jawaban Sylvi yang polos."Kok Bu Mery mal

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 49 Diluar Ekspektasi

    "Pak Kahar langsung kembali ke rumah aja, ya," ujar Sylvi sebelum turun dari mobil saat mobil yang dikendarai Kahar itu berhenti di Lobby perusahaan Knight World. "Ee..tapi..." Kahar tak mampu menyelesaikan kalimatnya saat melihat Sylvi sudah menutup pintu dan berlari masuk ke gedung perkantoran mewah itu.Petugas keamanan merangkap supir itu hanya menghela nafas ringan menatap ke arah Sylvi yang terus berlari dengan baju kerja yang baru digantinya di kamar pas pusat perbelanjaan tadi.Setelah memastikan gadis itu masuk ke dalam gedung dengan aman, Kahar mengeluarkan ponsel dari kantong celananya lalu menulis sebuah pesan teks.Tok Tok TokSekretaris CEO mengetuk pintu ruangan Kyle yang sedang mendiskusikan beberapa pekerjaan dengan Bobby."Mr. Kyle, nona Sylvi datang untuk menemui anda," ujarnya setelah mengetuk pintu."Masuk," sahut Bobby yang tahu perihal kedatangan gadis itu.Pintu terbuka dan menampakkan sosok seorang gadis muda yang semakin hari terlihat semakin cantik di mata

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 48

    Pagi ini, suasana sarapan di meja makan lebih hangat dari sebelumnya.Mery sibuk menyiapkan dua mangkuk sup ayam yang masih panas ke atas meja. Sylvi membuatkan kopi untuk Kyle. Sementara sang Tuan Muda hanya diam memperhatikan kesibukan dua wanita beda generasi itu."Silahkan di makan, Tuan Muda," ucap Mery sambil meletakkan mangkuk sup di depan Kyle."Ini kopinya," ucap Sylvi pula. Gadis itu ikut duduk di kursi dan memulai sarapannya. "Bu Mery, sup ayamnya enak sekali," puji Sylvi setelah menyesap satu sendok sup panas itu perlahan-lahan.Mery tersenyum mendengar pujian itu. Tapi yang membuatnya lebih bahagia adalah saat melihat wajah bahagia gadis yang sudah seperti anaknya sendiri itu.Setelah sarapan nanti, aku akan berikan buku tabunganku pada Sylvi, agar dia bisa membeli pakaian kerja yang baru, pikir Mery masih tersenyum. Sylvi bangkit dari tempat duduk setelah menghabiskan sarapannya."Aku berangkat ya, Bu Mery, K-Kyle," ujarnya sedikit gugup saat menyebut nama Kyle."Kau m

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 47

    Anugrah Sejati, perusahaan properti milik Sylvi Anugrah itu tetap berjalan seperti biasa selama gadis itu berada di dalam rumah tahanan. Tentu saja dibawah kendali James Singgih yang telah merebut perusahaan itu dengan cara licik. Tanpa bukti, tentu saja Sylvi tidak bisa menggugat dan membuktikan kecurangan yang telah dilakukan si singkong rebus basi itu. "Aku harus bisa menemukan siapa penghianat dalam perusahaanku. Tekadku sudah bulat, siapapun yang telah mencuri atau memalsukan tanda tangan dan stempel perusahaan Anugrah Sejati akan di seret ke meja hijau," ucap Sylvi mantap.Tatapan mata lembut yang biasa terpancar dari mata kecilnya itu, kini tampak berapi-api dan penuh semangat.Ya, Aku harus bangkit dari segala keterpurukanku selama ini. Tawaran Kyle adalah satu-satunya jalan tercepat untuk mewujudkan semua itu, pikirnya."Tapi kan butuh waktu yang tidak sebentar, Vi," ucap Bobby ragu."Tentu saja. Sesuai janji Tuan Muda Kyle, setelah satu tahun perusahaan Anugrah Sejati akan

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 46 Aku Terima Tawaranmu

    Tepat jam tujuh malam, Mery sudah menyiapkan hidangan makan malam di atas meja makan. Kyle dan Sylvi duduk bersebrangan di meja makan berukuran besar itu.Tak ada pembicaraan selain suara denting sendok dan piring yang saling bercengkrama selama hampir tiga puluh menit lamanya.Mery memperhatikan mereka berdua dari balik kulkas besar yang terletak di samping kitchen set di dapur."Kenapa mereka berdua diam saja? Memang Tuan Muda tidak suka bicara saat sedang makan, tapi kenapa wajahnya seperti sedang marah besar? Wajah Sylvi juga aneh, tidak biasanya dia cemberut seperti itu. Dari tadi siang dia bahkan tidak bicara sepatah kata pun padaku," gumam Mery dalam hatinya."Apa kau sudah memikirkan ucapanku tadi?" Tanya Kyle tiba-tiba setelah dia menghabiskan makan malamnya.Sylvi yang sejak tadi berusaha mengunyah makanan langsung menghentikan kegiatannya. Tenggorokannya terasa pahit dan lidahnya kelu. Dia mendadak jadi pendiam semenjak bertemu Kyle di kantornya tadi.Lima menit tanpa jawab

  • Terpaksa Satu Peraduan dengan CEO Arogan   BAB 45

    Sepanjang perjalanan pulang, Sylvi bungkam tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir mungilnya.Mery dan Kahar ternyata menunggunya di tempat parkir sedari tadi. Setelah mendapat pesan dari Bobby, Kahar bergegas mengemudikan kendaraannya dan menghampiri gadis itu tepat di depan lobby perusahaan Knight World itu.Sylvi yang tergesa-gesa meninggalkan perusahaan itu karena kesal dengan tawaran Kyle, baru menyadari bahwa mobil yang dikendarai Kahar sudah berada tepat di hadapannya.Bahkan Mery yang menyapanya saat gadis itu masuk ke dalam mobil tak dihiraukan nya sedikitpun pun."Apa yang dia maksud? Kenapa aku harus menikah dengannya agar perusahaan itu kembali menjadi milikku? Aku bahkan sempat lupa bahwa aku pernah memiliki perusahaan property yang ku bangun dengan jerih payah sendiri selama lima tahun.""Awalnya dia bilang aku harus membayar 700 miliar untuk menembus perusahaan itu. Tapi pada akhirnya, dia malah menawarkan untuk menikah dengannya dengan kompensasi selama satu tahun per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status