MasukDengan susah payah, Tanisa berusaha menjauhkan bibirnya dari bibir Ricky. “Apakah kamu sedang mabuk?” seru Tanisa ketika dia berhasil menjauhkan bibirnya. Dia bisa merasakan aroma minuman dari mulut pria itu. Bukannya menjawab, Ricky berusaha melumat bibir Tanisa kembali. “Lepaskan aku! Sadarlah! Aku Tanisa.” Tanisa berteriak berusaha menyadarkan Ricky, tapi pria itu mengabaikannya. Semakin Tanisa memberontak dalam dekapan Ricky, pria itu malah semakin marah. “Jangan munafik! Kamu kemarin menggodaku dan mengirim sinyal agar aku menyentuhmu, sekarang kenapa kamu berubah bersikap sok suci?” geram Ricky yang mengira jika wanita yang bersamanya kini adalah Karina. Dalam ingatan Ricky, malam itu Karina sempat menggodanya, tapi dia menolak karena merasa tidak ada rasa apa pun yang dia rasakan pada wanita itu. Bahkan dia sama sekali tidak bergairah Karina. Yang mengejutkan, malam ini perasaan yang berbeda dia rasakan. Tiba-tiba saja dia merasa bergairah pada wanita yang bersamanya. Apa
“Anda Nyonya Hilton ...? Maafkan saya karena tidak mengenali Anda. Saya senang dan berterima kasih, Anda mempercayai toko daging saya. Tidak masalah bekerja lembur, saya senang melakukannya,” balas Tanisa. “Kamu selalu memberikan daging yang terbaik dan selalu jujur menyediakan apa yang kami butuhkan, itulah yang membuatku senang dan percaya dengan tokomu. Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku hanya ingin membuat susu untuk anakku,” ujar Catelyn. “Baik Nyonya,” kata Tanisa lalu melanjutkan pekerjaannya. Setelah berbincang sebentar, mereka mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Catelyn melanjutkan pestanya dan menikmati kebahagiaan bersama suaminya, memulai kehidupan baru mereka sebagai sepasang suami istri, sedangkan Tanisa pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ketika Tanisa turun dari bus dan berjalan dari halte menuju tokonya, tanpa sengaja dia melihat Ricky dan Karina turun dari mobil mewah pria itu, mereka masuk ke sebuah bar. Ingin mengetahui apakah Ricky pria yang baik atau
Di kantor, Karina bergegas lari masuk ke ruang kerja. Baru saja dia duduk, seseorang mengetuk pintu ruangannya “Masuk …!” ucap Karina mengizinkan orang itu menemui dirinya. “Ada apa?” tanya Karina yang melihat salah satu rekan kerjanya yang datang. “Tuan Aaron ingin bertemu denganmu,” jawab rekan kerjanya. “Baiklah, aku akan ke ruangannya sebentar lagi.” Setelah menyuruh rekan kerjanya pergi, Karina mengambil sisir dan cermin dari dalam tasnya. Dia memastikan jika penampilannya sudah baik. Apalagi dia sempat berlari terburu-buru dan membuat rambutnya berantakan. Sebelum memasukkan kembali sisir dan cerminnya ke dalam tas, dia memastikan kembali penampilannya. Siapa tahu bosnya yang tampan itu melirik padanya karena yang dia tahu jika bosnya tidak pernah jalan bersama seorang wanita mana pun. Setelah yakin dengan penampilannya, dengan langkah anggun dia pergi untuk menemui Aaron. “Apakah Tuan memanggil saya?” tanya Karina ketika sudah berada di hadapan pria itu. “Ya, benar. Aku
Ricky yang tidak mau membuat masalah tambah besar, hanya menatap kedua wanita itu pergi menjauh, tanpa berkomentar apa pun lagi. Bagaimana ada seorang kakak yang begitu mengatur kehidupan adiknya, bahkan sampai kehidupan pribadinya? Penasaran dengan hal tersebut, Ricky kembali ke meja di mana teman-teman Karina masih ada di sana. “Apakah kalian melihat kejadian barusan?” tanya Ricky pada para wanita di depannya, mereka pun mengangguk mengiyakan. “Siapa wanita yang menyeret Karina?” tanya Ricky. “Malaikat pelindung Karina,” ujar teman-teman Karina yang kemudian tertawa mengejek wanita yang mereka katakan malaikat pelindung itu. Ricky mengerutkan kening semakin penasaran dengan hal tersebut. “Wanita itu kakak Karina, dia sangat protektif terhadap adiknya yang membuat Karina terkekang hingga sampai sekarang Karina belum mempunyai kekasih. Karina seperti putri yang dipingit, tidak boleh pulang setelah lewat jam 12 malam. Membatasi pergaulan Karina dan melarang Karina berhubungan denga
Hidup Ricky terasa hancur karena pernikahannya yang gagal. Rahangnya mengeras dengan mata penuh kemarahan dan hati penuh kepahitan. Tadinya dia ingin melanjutkan pernikahannya dengan Catelyn untuk membuat Aaron menderita, tapi itu artinya dia akan menyakiti Catelyn dan dia tidak tega melakukannya. Catelyn adalah cinta pertamanya yang membuat hidupnya penuh warna dan yang menghancurkan warna itu adalah Aaron, sahabatnya sendiri. Dia bertekad untuk menghancurkan pria itu untuk memberinya pelajaran agar pria itu menghargai arti sebuah persahabatan. “Siapa orang yang bisa membuatku masuk ke bisnis Aaron, khususnya Fortune?” tanya Ricky pada anak buahnya yang dia suruh untuk memata-matai struktur organisasi di Fortune. Mendapat pertanyaan tersebut, pria di depannya mengeluarkan sebuah foto dan menaruhnya di hadapannya. Gambar seorang wanita cantik yang sedang tersenyum menatapnya dan tiba-tiba ada kehangatan yang dia rasakan dari tatapan wanita tersebut. Wanita tersebut bernama Karina,
“Ini salahku,” ucap Catelyn sambil membaringkan Aaron dengan perlahan, raut penuh penyesalan terlihat jelas di wajahnya. “Ini bukan salahmu,” gumam Aaron lirih, menyangkal apa yang Catelyn katakan. Catelyn langsung memeluk Aaron dan menangis terisak di sana. Dia mengecup kening Aaron dan mengusap kepala serta rambut pria itu. Tidak lama kemudian, seorang dokter datang dan memberi obat pereda rasa sakit dan obat tidur sehingga Aaron bisa beristirahat. “Catelyn, bisakah kita keluar sebentar? Aku ingin bicara denganmu,” ucap Amber pada sepupunya itu. “Tapi Aaron …” “Christhoper bisa menjaganya sebentar,” kata Amber memotong perkataan Catelyn. Catelyn akhirnya mengangguk dan keduanya pergi ke kantin rumah sakit untuk berbicara. Amber memesan dua minuman hangat agar bisa menenangkan Catelyn yang dia yakin saat ini penuh dengan tekanan. “Terima kasih,” ucap Catelyn sambil menerima minuman tersebut dari tangan Amber. “Aku sangat tahu tentang perasaanmu karena aku pernah berada di pos







