Share

Terpikat Pesona Suami Sedingin Salju (love me please, Hubby)
Terpikat Pesona Suami Sedingin Salju (love me please, Hubby)
Penulis: Althafunnisa

Dijual Tante Tika

"Tante, apa maksud Tante menjualku di f******k?" Risa berdiri di hadapan Tante Tika seraya memperlihatkan ponselnya.

"Kenapa? Kamu keberatan?” Tante Tika menyunggingkan senyumnya disertai cibiran di bibir seakan mengejek ucapan Risa. “Anggap aja kamu sedang beramal untuk biaya pengobatan Om-mu yang sedang sakit parah." 

Risa mengepalkan tangannya kuat-kuat sehingga buku-buku tangannya memutih dengan gigi yang bergemelutuk. "Tapi, Tante aku bukan wanita murahan!" Risa menatap Tante Tika dengan geram.

Perempuan berambut panjang itu mendekati Tante Tika dengan wajah merah padam. Dia bahkan membanting tas yang sejak tadi disampirkan di bahunya. Sakit hati Risa karena Tante Tika membuat postingan di F******k yang menjual dirinya terang-terangan.

"Lalu, kamu kira Tante peduli?" 

"Tapi Risa peduli, Tan. Risa nggak bisa nikah sama sembarang orang." Risa mencoba berbicara baik-baik dengan Tante Tika.

"Sudah, tidak ada penolakan." Tante Tika mengibas tangannya dan berlalu masuk ke dalam rumah. "Pakai ini!" Tante Tika melempar kebaya berwarna putih dengan kain berwarna bata berukir mewah.

Risa menatap kebaya berwarna putih yang berada di tangannya. Kebaya itu terlihat mahal harganya. Bisa dilihat dari bahannya yang dipenuhi Payet dan mutiara berkilau. 

"Kebaya itu dari calon suamimu. Dia kaya, kok. Makanya kamu harus bersyukur karena aku menjualmu, hidupmu sudah pasti terjamin," ujar Tante Tika.

 Risa menghempaskan kebaya itu ke lantai secara kasar. Dia tetap tidak ingin menerima takdir buruk begitu saja. Risa bahkan menginjak kebaya mewah itu dengan kuat sehingga beberapa mutiara mewahnya lepas dari jahitan. Seperdetik berikutnya, Risa bersimpuh di kaki Tante Tika dengan harapan hati perempuan itu terbuka jika mendengar janjinya.

"Kalau memang semua ini karena Tante butuh uang banyak, Risa akan bantu. Risa janji akan cari kerja sampingan, asal Tante batalkan rencana ini." Risa berujar seraya memeluk kaki Tante Tika.

Namun, Tante Tika justru mengangkat tubuh Risa dan mencengkeram kedua bahu gadis itu kuat-kuat.

"Dengar, Risa, pernikahan ini tidak akan pernah dibatalkan. Laki-laki itu telah membelimu dengan mahar yang cukup besar. Dengan uang itu, aku bisa menggunakannya untuk biaya pengobatan suamiku dan juga untuk membiayai kehidupan kami sehari-hari." Tante Tika mencengkram dagu Risa dengan kuat.  

"Jangan pernah bermimpi untuk kabur dari pernikahan ini karena aku akan menunggumu disini." Tante Tika mendorong tubuh Risa masuk ke dalam kamar yang sudah menanti team MUA di dalamnya.

Tiga puluh menit kemudian, Risa telah selesai dirias dan siap dibawa ke tempat ijab qabul. Gadis itu sangat cantik dengan riasan make up natural, tapi semakin mempercantik wajahnya yang memang tak pernah tersentuh alat make up. Risa memakai kebaya putih dengan singer Sunda di kepalanya yang membuat perempuan itu semakin ayu.

Tante Tika terperangah melihat kecantikan Risa. Dia yakin lelaki yang telah membeli Risa tidak akan menyesal membeli keponakannya dengan harga mahal. 

Namun, amarah membuncah di ubun-ubun Tante Tika saat melihat air mata masih meluncur di pipi Risa yang sudah dirias sedemikian cantik. 

"Hapus air matamu, Risa. Aku tidak ingin suamimu marah melihat air mata itu. Kalau sampai pernikahan ini batal gara-gara air matamu itu, maka kamu akan menyesal karena akan segera melihat mayat Om-mu. Jadi, jangan cuba-cuba bikin malu Tante." Tante Tika mengancam Risa dengan sorot mata tajam mematikan.

Risa tidak ada pilihan lain. Dia tidak ingin Om Herman mati karena tidak punya biaya untuk berobat. Perempuan itu pun menghapus air matanya dan berusaha menerima kenyataan pahitnya.

 Risa yang masih mematung di depan meja rias membuat Tante Tika kesal. "Dengar Risa, suamimu sudah menunggu di luar," ujar Tante Tika. Ia menarik tangan Risa keluar dari kamar.

  

Tante Tika mendudukkan Risa di samping seorang laki-laki yang memakai blazer berwarna hitam. Risa mendengar suara bisik-bisik para beberapa saksi yang hadir di pernikahannya.

Risa gemetar saat mendengar suara bariton disampingnya mengucapkan ijab kabul dengan sekali tarikan nafas. 

SAH … Alhamdulillah

Risa benar-benar merasakan sesak yang teramat sangat karena hari ini dia sudah resmi melepas masa lajang untuk menjadi seorang istri dari laki-laki yang tidak dia kenal. Hatinya hancur karena impian untuk menghabiskan masa muda dengan bahagia pupus sudah.

Risa melihat tangan mengulur kedepan wajahnya. Tangan yang besar, putih, dan mulus. Gadis itu meraih tangan tersebut dan menyalaminya dengan takzim. Lalu sang pria memasangkan cincin di jari manis Risa membuat pemilik mata bening itu mendongakkan wajah dan melihat seraut wajah tampan yang memasangkan cincin di jari manisnya.

Lelaki itu menatap Risa dengan tatapan ....

.... dingin.

Risa menahan napas saat wajah lelaki asing itu mendekat dan melabuhkan kecupan sekilas di keningnya. Jantung Risa berdebar jauh lebih kencang dari normal. Bahkan seakan ingin melompat keluar dari tubuh.

Semua tamu meninggalkan rumah Tante Tika setelah acara akad nikah tanpa acara ramah tamah.

"Kamu sudah berkemas?" Suara serak Gilang membuat Risa terkejut.

"Be-belum," sahu Risa terbata. 

Risa masih tertunduk dan tidak berani menatap wajah suaminya karena takut melihat senyum sungging yang nanti akan suaminya tampakkan di wajah tampan itu.

"Sudah aku kemasi. Bawa nih!" Tante Tika mendorong koper berwarna merah maroon yang tertutup rapat di hadapan Risa

Risa ketakutan melihat suaminya yang bernama Gilang mengambil koper dari Tante Tika dan memberi isyarat untuk segera meninggalkan rumah ini. Terlebih ketika lelaki itu hendak menyeretnya keluar ruma

Risa menahan tangan Gilang dan memohon untuk pamit terlebih dahulu kepada Om Herman. 

"Tunggu, Aku mau pamit pada Om Herman," ujar Risa. 

"Tidak ada waktu, Risa. Pulanglah bersama suamimu." Tante Tika menghardik dengan mata yang seakan hendak menelan Risa.

"Ayo pulang!" ujar Gilang seraya menggandeng tangan Risa.

"Sebentar. Aku ingin pamit dengan omku dulu." Risa menolak Gilang menggandeng tangannya.

Gilang menatap tajam pada Risa. Ada amarah yang membuncah dari sorot matanya. Sontak membuat nyali Risa menciut sehingga tidak berani berontak. Lelaki itu mendorong tubuh Risa masuk ke dalam mobilnya.

"Kamu adalah istriku. Jadi kamu harus menuruti semua perintahku. Aku tidak suka dibantah," hardik Gilang. 

Lelaki itu membawa mobil meninggalkan kediaman Tante Tika.

Jalanan cukup lengang, hanya ada beberapa kendaraan saja yang berlalu lalang. Selama di dalam perjalanan, tak ada suara karena Gilang fokus mengemudikan mobilnya. Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, Gilang memasuki sebuah rumah yang terletak di kawasan perumahan elit.

 Risa memandangi sebuah rumah yang berada di hadapannya. Rumah yang lebih tepatnya disebut Istana. Megah, dan mewah. Rumah itu berdindingkan tembok berwarna krem dengan pilar yang menjulang tinggi di terasnya. Ada beberapa pohon palem dan pohon anting Putri yang berjejer rapi di sepanjang paving block menuju teras rumah.

"Sampai kapan kamu mau diam di situ?" Gilang memutus tatapan Risa yang tengah mengagumi rumahnya. Cepat, wanita itu mengikuti langkah sang suami yang sudah lebih dulu berjalan beberapa langkah di depannya.

Mereka memasuki rumah yang tampilan elegan dan ornamen mewah di dalamnya. Ada sebuah sofa mewah berwarna coklat dengan motif bunga sakura. Ada juga beberapa guci yang didalamnya terdapat bunga bunga berbentuk kristal.

"Gilang! Kamu keterlaluan!" Seorang perempuan dengan penampilan mewah memanggil Gilang dengan suara yang menggelegar. Namun, Gilang tidak memperdulikan panggilan itu.

Risa menoleh ke arah asal suara. Seorang perempuan yang memanggil menatap Gilang dengan tatapan marah, membuat Risa terkejut dan sedikit takut.

Perempuan itu menghampiri Risa dan Gilang, lalu menatap Risa dari ujung kaki hingga kepala. Risa merasa risih dengan tatapan perempuan paruh baya itu. Ia merasa seolah-olah perempuan itu ingin menelanjangi penampilannya yang memang sederhana. 

Gilang hanya terdiam dan menatap sekilas, lalu menggandeng tangan Risa membuat Risa terheran.

"Siapa kiranya perempuan itu. Jika dia ibunya Kak Gilang, seharusnya Kak Gilang menghormati perempuan tersebut dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan olehnya," gumam Risa seorang diri.

Gilang terus menggandeng tangan Risa melangkah menuju lantai 2. Ketika sampai di anak tangga ke tiga, sebuah suara lain menginterupsi mereka.

"Gilang!" Kali ini suara seorang lelaki tak kalah menggelegar.

Gilang menghentikan langkahnya, tapi tidak menoleh ke arah asal suara. Sedangkan Risa menoleh ke arah asal suara tersebut karena penasaran dengan suara yang memanggil Gilang dengan suara cukup menggema.

"Jangan pernah bermimpi kami akan merestui pernikahanmu!" Laki-laki itu menatap tajam ke pada Risa.

 Gilang menoleh ke arah laki-laki itu. Ia menyunggingkan senyumnya seraya menggelengkan kepala. Ada binar kebencian dari wajah Gilang terhadap orang yang saat ini sedang berdampingan di bawah tangga.

"Aku tidak butuh restu dari kalian, setuju atau tidak, aku telah menikah dengan Risa. Dia akan menjadi Ibu untuk Amira. Dan kalau kalian masih bersikukuh untuk melarangku, aku akan membawa Risa dan Amira pergi dari sini!" Gilang hanya menatap kedua orang tuanya sesaat, setelah itu kembali menggandeng Risa ke lantai atas.

Sedangkah Risa, ia terkejut mendengar sebuah fakta baru yang dikatakan Gilang barusan.

Risa menoleh ke arah Gilang dengan wajah heran."Tu-tunggu. Apa maksudnya menjadi Ibu?"

Komen (24)
goodnovel comment avatar
Imtiaz salsabila
janji ga d jual...
goodnovel comment avatar
Noundtt Iefachaj
sepertinya gilang ini duda anak 1
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
awal baca dah menarik banget ceritanya semoga aja Risa jatuh ke tangan yg tepat,karna pernikahan itu ckup sakral dan sekli seumur hdup...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status